Bab XIX

241 27 0
                                    

Arya fokus pada layar trasparan di depannya sedangkan Eisha kini memakan cemilan dan memandang bosan patnernya itu.

Beda lagi dengan Edsel yang kini tengah duduk menatap jendela dengan bosan dan Gwen yang termenung sambil mengetuk meja dan memakan makanannya.

"Jadi kita di kafe ini gapain? Kitakan di suruh meriksa sekolah itu terus ternyata kita tau ada siswa bunuh diri kan? Patutnya kita ngelapor sama Alan!" seru Eisha kesal.

"Gak semudah itu Ei, kalau dia tau kita hanya dapat itu aja sudah pasti kita akan mendapat bahaya," balas Edsel sambil membayangkan aura dingin Alan.

"Lagian bosan tau di sini, tapi lumayankan cuci mata," ucap Gwen sambil tersenyum gaje memandang sekitar.

"Tutup mata lo jangan ngelihat yang gak-gak," ucap Edsel dengan kesal sambil menutup mata Gwen dengan tangannya.

"Ih, Ed! Lo ngesalin banget sih! Ganggu kesenangan gue mulu," ucap Gwen kesal sambil menghempaskan tangan Edsel.

"Lagian salah lo juga sih, kalau sampai ada yang mikir yang gak-gak sama kita karena lo mandangi orang dengan aneh gimana?" tanya Arya.

"Ah terus kita ngapain di sini sih! Bosan tau! Gue bosan!" seru Eisha.

Arya menyuapi es krim pada Eisha membuat wanita itu terdiam, "Enak! Untuk gue ya!" seru Eisha.

"Gak ah, pesan sana sendiri!" seru Arya membuat Eisha merungut kesal.

Eisha segera pergi dan menghampiri salah seorang pelayan memesan makanannya, entah apa yang ingin ia pesan sampai dia pergi sendiri gitu padahal dia bisa manggil pelayannya ketempat mereka, Eisha kembali duduk dengan senyum ceria di wajahnya apa lagi ketika pesanannya datang.

"Lo sanggup ngabisin ini semua?" tanya Arya heran ketika melihat pesanan Eisha dan itu banyak pakai banget.

"Ei, bagi yuk, untuk gue setengah," ucap Edsel.

"Gak! Mau pesan sendiri!" seru Eisha lalu menikmati makanannya.

"Eh Ar, lo kenal Alan dari kapan?" tanya Gwen tiba-tiba.

"Udah lama, dari smp, tapi gak satu sekolah, jarang kalau ketemu dia, emang kenapa?" tanya Arya sambil kembali fokus pada laptop di depannya.

"Nanya doang, soalnya kayak akrab gitu lo berdua," jawab Gwen.

"Jadi lo tau sifat asli dia ya?" tanya Edsel.

"Hah, sifat asli dia ya? Tau pakai banget," jawab Arya dengan datar.

"Emang kenapa dengan sikap asli kapten?" tanya Eisha.

"Parah lo kalau gak tau Ei, emang lo gak memperhatiin apa?" tanya Edsel.

"Memperhatikan apa? Alan yang populer dan selalu dapat peringkat pertama dalam segala bidang? Atau fisiknya yang bagus pakai banget?" tanya Eisha dengan polos.

"Ei, lo selama ini taunya main doang ya? Gue tau Alan punya fisik bagus pakai banget dan gue sempat terpesona sampai gue sadar kalau dia itu sebenarnya iblis," ucap Gwen.

"Iblis? Diakan juga manusia? Eh, oh yang kalian maksud sifatnya," ucap Eisha yang baru nyambung.

"Lemot lo memang," hina Arya membuat Eisah benar-benar kesal.

"Kelamaan jadi anak manja sih lonya jadi kayak gitukan," ucap Edsel.

"Gila lo berdua. Siapa juga yang pengen lahir dikeluarga kaya, eh tapi enak sih ya," ucap Eisha.

"Iya enak, tapi herannya lo kok bisa masuk agen sih? Padahalkan lo itu aslinya manja," heran Gwen.

"Ya, bisa, gue anak bungsu semua diturutin, waktu gue mau masuk sih dulu dibantah tapi gue kan gitu, kabur dari rumah lalu dicariin, diomelin, lalu gue bilang mau masuk WE ketemu sama Scarlett, gue ngancam bunuh diri lalu dituritin deh dan di iyain makannya gue bisa ada di sini," ucap Eisha.

Action Of A Panther [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang