Happy Reading
"Jarak sekolahnya cukup dekat, hanya beberapa ratus meter saja." ungkap sang Nenek.
Jimin langsung kehilangan semangat ketika disuruh berjalan ke sekolah. Biasanya dia diantar pakai mobil bagus, sekarang dia harus berjalan. "Apa nenek tidak punya sepeda?"
Nenek menggeleng. "Berjalanlah, itu bagus untuk tubuhmu,"
Jimin menghela nafas pasrah. "Ya sudah tidak apa-apa. Kalau gitu aku pergi dulu nek," Jimin mengambil tas ransel yang terletak diatas meja makan.
"Tunggu dulu," Nenek menahan Jimin.
"Ada apa nek?
Nenek menghela nafas. "Hati-hati. Jika ada orang yang menatap matamu, segera kau pejamkan kedua matamu. Jangan sampai ada satu orang pun yang menatap matamu."
"Kenapa harus begitu?"
"Lakukan saja perintahku jika kau ingin hidup lebih lama," ucap wanita tua itu dingin lalu bergegas pergi meninggalkan Jimin yang masih kebingungan.
Jimin menatap punggung sang nenek yang mulai membungkuk. "Nenek aneh sekali," gumam Jimin.
***
Jimin menghela nafas sebentar sebelum memasuki sekolah barunya. Ia benci sekali harus berada ditempat itu.
"Sabar Jim, kau hanya satu tahun saja bersekolah disini." Jimin menyemangati dirinya.
Kaki pemuda itu melangkah maju memasuki gerbang sekolah. Namun, sebelum ia melewati gerbang Jimin sempat mengeryit heran sekaligus bingung. Pasalnya sekolah itu sepi sekali, seperti bukan sekolah.
"Selain aneh, sekolah ini juga menyeramkan seperti kuburan." gumam Jimin menelan air ludahnya.
Jimin melanjutkan langkahnya kembali. Dan alangkah terkejutnya dia, saat melewati gerbang. Gerbang itu tertutup dengan sendirinya dan bukan hanya itu saja tiba-tiba sekolah itu menjadi ramai. Padahal jelas-jelas dengan mata kepala Jimin sendiri ia melihat bahwa sekolah itu sangat sepi.
Jimin jadi merinding. Mendadak ia susah bernafas. "Tidak mungkin. Tidak mungkin." Jimin menggeleng-gelengkan kepala.
Refleks pemuda itu membalikkan tubuhnya dan berusaha membuka gerbang sekolah tersebut. Satu-satu tujuannya ialah pulang. Bagi Jimin ini semua gila, tak masuk akal. Bagaimana mungkin dia bersekolah disini?
Sialnya gerbang tak bisa dibuka, padahal dengan sekuat tenaga Jimin membuka gerbang. Jantungnya semakin berdetak tidak karuan. Ia benar-benar dalam situasi yang menegangkan.
"Jangan buang tenagamu untuk gerbang itu,"
Jimin tersentak kaget mendengar suara seorang perempuan. "Siapa kau?"
"Sepertinya kau manusia. Akhirnya aku punya teman manusia juga!" gadis itu bersorak senang.
"Apa maksudmu?" tanya Jimin bingung.
"Kau tidak taunya? Ini adalah sekolah para setan~" gadis itu berbisik tepat ditelinga Jimin.
"APA!?"
Rasanya Jimin ingin pingsan saat itu juga, tapi tidak bisa. "Mungkin aku salah alamat sekolah,"
"Mana mungkin kau salah alamat sekolah, hanya ini satu-satunya sekolah disini," ungkap gadis berambut panjang yang dibiarkan tergerai.
Jimin semakin susah bernafas, keringat dingin mulai bercucuran dipelipisnya. "Tolong keluarkan aku dari sekolah ini," pinta Jimin pada gadis itu.
Gadis itu menggeleng. "Aku tidak bisa. Lagian kau tak perlu takut, lama kelamaan kau akan terbiasa berada disini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKOLAH SETAN
HorrorKetika memasuki gerbang itu, kau akan melihat yang seharusnya tak dilihat! cover by @Renichoo