Love Sick 18+ (BounPrem)

1.6K 66 8
                                    

Love Sick © Keinyan-chama

.

.

.

.

Ssstttt...bukan buat anak kecil. Dirty Talk.

.

.

.

.

.







.

.

.

.

Babe, aku sudah di luar.

Hn. Sebentar.

Anyway, bisa pakai sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat?

Asal kau tidak langsung terangsang melihatku.

Tch. Kau meminta sesuatu yang impossible.

Idiot.

Boun mengulurkan tangan kirinya ke luar jendela untuk menjatuhkan abu pada rokok yang sedang dipegangnya sementara tangan lainnya memegang ponsel sambil tersenyum dengan bodoh. Tidak banyak kesempatan ia dan Prem dapat menghabiskan waktu bersama karena kesibukan masing-masing, meski di universitas yang sama mereka hanya bisa bertemu dua atau tiga kali dalam seminggu dan hanya dalam durasi yang sangat tidak memuaskan. Kuliah di akhir semester memang sangat merepotkan.

Boun menyelipkan rokok di bibirnya tepat saat ia mendengar suara pintu gerbang yang ditutup dan ia menoleh ke sumber suara, mendapati Prem-nya tercinta berjalan ke arah mobilnya dengan wajah pokerface seperti biasa, mungkin Boun tidak akan bosan memandang wajah itu jika saja perhatiannya tidak tertuju pada sesuatu yang lain.

"Oh damn, aku tidak menyangka kau akan sungguhan menuruti permintaanku," Boun tersenyum lebar saat Prem membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang. Maksudnya, lihat saja penampilan Prem yang sangat berbeda dari biasanya yang kurang lebih terlihat formal, ia mengenakan celana skinny jeans ketat berwarna hitam dan kaos lengan panjang longgar berwarna biru, yang menunjukkan seluruh bagian leher hingga di bawah tulang selangka yang seolah-olah menggoda Boun untuk segera melakukan sesuatu di sana.

"Oi, berhenti menatapku dan jalankan mobilnya."

Boun hanya mengangguk sebelum ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Jika saja Prem mau mengubah ekspresi dan nada suaranya sedikiiiit lebih manis pasti dunia akan terasa lebih indah.

"Hia, berhenti membayangkan hal-hal mesum di otak bersel satu milikmu atau kita akan kecelakaan sebelum sampai tujuan," Prem memutar bola matanya dan mendengus kesal, sebelum ia menggunakan satu tangannya untuk meraih rokok di bibir Boun dan menghisapnya sendiri.

"Huh? Aku tidak melakukan itu."

"Liar. Apa yang kau pikirkan tertulis jelas di wajahmu," saat Prem menghembuskan asap rokok di wajahnya, Boun hanya merengut dan mendorong wajah Prem pelan dengan tangannya.

"Well, kau yang menjadi penyebabnya. Apa kau sebegitunya rindunya padaku dan sudah tidak sabar untuk kutelanjangi?"

"Mungkin?" Prem menyandarkan dagunya di tangan sambil menyeringai tipis dan menatap ke arahnya.

"Prem, tolong hentikan siksaan ini," Boun menghela napas pelan, ia mengusap rambutnya yang berantakan sebelum mengulurkan satu tangannya untuk menyentuh wajah Prem yang sedang mematikan rokok di asbak.

"Apa?"

"Hanya ingin menyentuhmu."

Prem menatapnya dengan datar selama beberapa detik sebelum menarik tangannya dan membawanya ke bibirnya dan menjilati jari-jarinya.

Drables Thai CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang