#Tonight

21 5 0
                                    

Wendy berlari menembus hujan. Sekarang bulan Mei tapi hujan sudah turun lagi dan langit benar-benar gelap sekarang. Badan Wendy kuyup, begitu juga dengan hatinya. Air matanya mengalir bersama dengan air hujan yang membasahinya sekarang, menyamarkan isakan juga lelehan air matanya. Dia terus berlari sambil menunduk, rumah Taehyun. Hanya itu yang harus dia lakukan, pergi ke rumah itu secepatnya. Kepalanya terasa kosong, dadanya bergemuruh berat, sakit sekali rasanya. Kenapa lupa memiliki rasa? Kenapa lupa bisa sesakit ini? Wendy menabrakan diri pada gerbang rumah Taehyun, tidak bisa memikirkan apapun selain segera berteduh di sana.
Air segera menggenang di lantai halaman rumah berdinding hitam itu, air hujan itu mengalir dari tubuh Wendy yang basah kuyup. Air mata Wendy masih terus mengalir, entah kenapa tangisnya tidak bisa berhenti. Kenapa dia jadi secengeng ini? Gemetaran jari telunjuk Wendy terulur menyentuh tombol kode pintu menekan beberapa digit angka yang sudah ia hafal. Biarkan dia masuk tanpa ada Taehyun di dalam, tidak apa-apa, dia hanya ingin pergi dari tempat kerja atau apartemennya, atau manapun itu yang mengenalnya. Dia hanya ingin bersembunyi di sini. Dia akan menunggu Taehyun di dalam. Wendy menarik tangannya menunggu pintu terbuka, tapi justru nada pendek yang menjadi respon. Pintu tidak terbuka, nomor yang dia masukkan salah.
Bahu Weny semakin bergetar. Tuhan tolong jangan katakan dia juga lupa dengan hal ini. jangan katakan Wendy salah memasukkan kode dan dia melupakan nomornya. Jangan katakan, tolong jangan bicara seperti itu.

Wendy menggeleng dan kembali memasukkan nomor. Baik, dia akan mencobanya sekali lagi.

Lalu sekali lagi nada yang sama dia dengar kembali. Rasa takut kini menyergap dirinya, ada apa? Ada apa? Kenapa? Wendy kembali menekan nomor, dia yakin dia benar. Sungguh dia mengingat kode pintu rumah ini.

Putus asa, Wendy terus menekan tombol-tombol itu dengan air mata yang semakin deras mengalir, isakan keluar dari bibirnya. Dia menangis sambil terus menekan tobol-tombol kecil itu. berkali-kali mencoba dan tetap saja sama. Wendy jatuh terduduk, menunduk dengan bahu bergetar, menangis marasa frustasi dengan dirinya sendiri, ada apa? Dia benar-benar takut sekarang. Takut pada semua yang dia rasakan saat ini.
***

Taehyun keluar begitu saja dari mobilnya saat menemukan sosok yang sangat ia kenali. Dia bahkan belum mematikan mobilnya, dia keluar begitu saja hingga membuat hujan membasahi mantel panjang yang dia kenakan. Pasti sesuatu yang buruk terjadi pada wanitanya. Wendy terduduk di depan pintu rumahnya dengan tubuh basah kuyup. Seharusnya wanita itu sudah masuk ke dalam dan mengganti bajunya.
Tapi ini?.
Dan benar saja, saat Taehyun mendekat dia menemukan wanitanya menunduk dengan bahu bergetar, menangis terisak sekalipun suara hujan menyamarkannya.
“Apa yang terjadi?” Taehyun berlutut, menunduk menyentuh bahu Wendy. Gadisnya mendongak menatap dengan mata memerah. Taehyun  tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya pada gadis kanadanya ini. dia menyentuh pipi Wendy dan menatap ke dalam mata coklat itu.
“Taehyun...” suara itu benar-benar lirih, ada keputusasaan dalam suara itu. Wendy menatap lelakinya. Mata indah itu kembali penuh dengan genangan air,Wendy siap menangis lagi.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” Taehyun mengusap pipi hangat itu, alisnya bertaut bingung, sakit melihat wanitanya seperti ini tanpa tahu apa penyebabnya.
“Taehyun...” sekali lagi hanya itu yang dapat keluar dari bibirnya. Kepala Wendy tertunduk, dadanya terasa semakin sakit dan isakannya tidak bisa dia tahan. Tangisnya mulai terdengar. Taehyun tertegun, dia segera menarik Wendy kedalam pelukannya, membiarkan wanitan itu menangis keras dalam pelukannya, sungguh hatinya sakit melihat wanitanya seperti ini. 
***

Taehyun duduk di sebelah Wendy, mengeringkan rambut gadisnya dengan handuk kecil. Tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Satu setengah jam Wendy berada di dalam kamar mandi, tentu saja hal itu membuat Taehyun khawatir. Satu setengah jam dia berdiri menunggu di depan pintu kamar mandi, beberapa kali mengetuk pintu menanyakan apakah Wendy baik-baik saja dan hanya dijawab dengan gumaman tidak jelas. Dia ingin mendobrak pintu, tapi tentu saja ia urungkan. Wendy benar-benar butuh waktu, mungkin dia belum selesai menangis dan satu-satunya hal yang harus Taehyun lakukan adalah menunggunya. Wendy masih diam, dia bahkan hanya menatap kosong ke depan. Kedua tangannya menggenggam cagkir yang mengepulkan asap teh panas.
Taehyun meletakkan handuk tadi dan melingkarkan lengannya dibahu Wendy, sedikit melirik wanitanya namun tidak menemukan reaksi apapun. Dia menghembuskan nafas berat, menyandarkan kepalanya pada Wendy, membuat pipinya menempel pada rambut Wendy yang masih setengah basah.
“Mau menceritakan apa yang terjadi padaku?”
Sekarang Wendy yang menghembuskan nafas berat, dia meletakkan cangkir tehnya  ke atas meja. Lalu membiarkan Taehyun kembali memeluknya dari samping. Apa yang harus dia katakan?
“Apa yang terjadi?” Taehyun mengusap punggung tangan Wendy yang dia genggam. Sekali lagi Wendy menghembuskan nafas berat.
“Aku melupakan banyak hal hari ini,”
Taehyun masih menunggu gadisnya melanjutkan cerita, kali ini dia sepenuhnya menatap ke arah wanita di sampingnya itu, sedangkan Wendy justru memilih untuk tetap memandang ke depan.

There Has Never Been a Day I Haven't Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang