Mereka Mengincar Bayi-Bayiku 6

240 15 1
                                    

>>>Cerita kembali ke istriku, istriku sebagai "aku"<<<

Aku berusaha mengingat kejadian yang berhubungan dengan pertanyaan pak dhe, 5 bulan yang lalu saat aku bertemu dengan Bu Sandi.

"Nduk tekan ndi wae loh, ibu golek i jare arep mlaku-mlaku cedak kene lah kok nganti awan kaet balik, suwi temen"
Terjemahan ("nduk dari mana saja loh, ibu nyari katanya mau jalan-jalan dekat sini. Lah kok sampai siang baru kembali, lama sekali") khawatir ibu mertuaku sambil mengambilkan ku air putih. Aku merasa bersalah dan menjelaskan kejadian yang ku alami tadi.

".....ngoten buk kejadian e. Sepuntene ngge buk pun damel ibu khawatir, ngapunten saestu"
Terjemahan ("....begitu bu kejadiannya. Maaf ya bu sudah membuat ibu khawatir, sungguh saya minta maaf") wajar saja mertua ku sangat khawatir. Karena pagi itu adalah baru dua hari aku kehilangan bayi ketigaku.

"Yo wis nduk sing penting kowe rapopo kan? Sik toh nduk, jaremu Bu Sandi meteng? Ket kapan nduk? Wong aku ketemu seminggu winginane weteng e ra ono, ra meteng wong kuwi nduk, lah umur e yo wis tuwo pisan kok nduk"
Terjemahan ("ya sudah yang penting kamu baik-baik aja kan? Bentar deh nduk, katamu Bu Sandi hamil? Sejak kapan nduk? Kan aku ketemu seminggu yang lalu perutnya rata, ga hamil orang itu nduk, lah umur nya aja sudah segitu juga kok nduk") kelak ibu mertua ku.

"Tapi buk, Bu Sandi sanjang e pun limang sasi ngoten"
Terjemahan ("tapi buk Bu Sandi bilang nya sudah 5 bulan, gitu") bela ku.

Sambil melotot ibu mertua ku mengatakan "ora nduk, moso meteng kok cepet tenan sih. Kae loh takono Mbak Sum, aku petuk Bu Sandi iku pas karo Mbak Sum kok nduk. Opo keno santet yo Bu Sandi nganti gedhe weteng e?"
Terjemahan ("ngga nduk, masa hamil kok cepat sekali sih. Sana loh tanya Mbak Sum, aku ketemu Bu Sandi waktu bersama Mbak Sum kok nduk. Apa kena santet ya Bu Sandi sampai besar perutnya?") dengan berteriak ibu mertua ku memanggil Mbak Sum. Mbak Sum adalah buruh cuci dirumah mertuaku.

"Ono opo toh rame tenan iki"
Terjemahan ("ada apa sih kok ribut-ribut ini?") tanya ayah mertua yang baru pulang dari sawahnya.

Sejak pensiun ayah menghabiskan waktunya di sawah untuk menambah kegiatan agar tidak berdiam diri dirumah. Beliau menanam kacang hijau, jagung, nangka dll sesuai musim.

"Dalem bu dhe enten nopo?"
Terjemahan ("iya budhe ada apa?") jawab Mbak Sum tergopoh-gopoh sambil membawa baju-baju kering yg baru saja ia ambil dari jemuran.

"Eh Sum dino kamis wingi kae lak kene kepethuk karo Bu Sandi yo? Jajal Sum ngomong o, Bu Sandi meteng ora?"
Terjemahan ("eh Sum hari kamis kemarin itu kan kita ketemu dengan Bu Sandi ya? Coba Sum bilang, Bu Sandi hamil apa ngga?") tandas ibu mertuaku kepada Mbak Sum yang sudah bisa ditebak Mbak Sum akan menjawab apa.

"Ngge bu kepanggih pas acara kamisan niku kan ngge? Ngge mboten mbobot, mbak rama"
Terjemahan ("iya bu ketemu waktu acara kamisan itu kan ya? Ya emang ngga hamil, Mbak Rama") jawab Mbak Sum dengan yakin.

"Wis berarti Bu Sandi kuwi keno santet, Bu Sandi kuwi..."
Terjemahan ("udah berarti Bu Sandi itu terkena santet, Bu Sandi itu...") belum selesai ibu bicara tiba-tiba ayah memotong "wes wes ojo diterusno. Lek encene Bu Sandi meteng alhamdulillah sing di jaluk di ijabah maring gusti Allah. Lagian ono bojone kok terus opo masalah e toh yo?"
Terjemahan ("sudah sudah jangan diteruskan. Kalo emang Bu Sandi hamil alhamdulillah yang di minta di ijabah oleh Allah. Lagian kan ada suaminya, terus apa masalahnya itu?").

Dengan nada lantang ibu menjawab "masalah e Bu Sandi seminggu wingi rung meteng. Trus sik tas kepethuk si nduk weteng e wis gedhe, mbobot limang wulan jarene pak e"
Terjemahan ("masalahnya Bu Sandi seminggu kemarin belum hamil. Terus baru saja ketemu si nduk perutnya besar, hamil 5 bulan pak e") ayah pun terlihat kaget saat itu mencerna kata-kata ibu yang tidak masuk akal.

Mbak Sum pun berkata lirih yang tidak ayah dan ibu dengar "janin pindah". Aku menatap Mbak Sum dan mulai memikirkan perkataannya.

Bagaimana bisa? Janin bisa berpindah ke perut orang lain? Apa itu janin ku? Apa itu bayiku? Meskipun dalam hatiku terasa tidak rela karena kehilangan bayi ku setidaknya aku merasa lega jika bayi ku masih hidup meskipun berganti di rahim orang lain. Setidaknya pun kelak jika dia lahir dan dewasa aku tau dan bisa melihat dia beranjak dewasa.

Tapi apa iya sejahat itu Bu Sandi? Setega itu kah Bu Sandi merampas hak orang lain? Lalu kemana janin-janin ku sebelumnya?

>>>Kembali lagi saat dirumah pak dhe, dan tetap sudut pandang "aku" sebagai istri<<<

Dengan senyum lebarnya pak dhe mengatakan, "Bu Sandi ra peduli bayi e sopo sing arep di pindah di weteng e. Tapi dalang e sing kurang ajar, wani-wani e ngeriwuk dulurku. Dalang iki sing kudu di babat cek ga akeh sing dadi korban e"
Terjemahan ("Bu Sandi tidak peduli bayi siapa yang akan dipindah ke perutnya. Tapi dalangnya yang kurang ajar, berani-beraninya mengusik saudaraku. Dalang ini yang harus dimusnahkan agar tidak banyak yang jadi korban"), wajah pak dhe berubah menjadi sangat marah.

"Dados pak dhe semerap sinten dalang e?"
Terjemahan ("jadi pak dhe tau siapa dalangnya?") tanya suamiku.

Pak dhe hanya mengangguk kemudian menatap suamiku dalam-dalam, "mben limang sasi ne bojomu tak marino kabeh"
Terjemahan ("nanti 5 bulanan istrimu ku selesaikan semua") tandas pak dhe.

Beberapa bulan telah berlalu, saat yang dinantikan telah tiba, suamiku Mas Rama sudah menceritakan semua yang terjadi kepada seluruh keluarga sepulang dari rumah pak dhe waktu itu. Mau tak mau ayah mertua ku juga menerima cerita tersebut.

Semua keluarga berkumpul termasuk orang tua ku. Kami semua duduk lesehan menggelar tikar, pak dhe memberikan sebuah kantung berwarna emas. Kemudian memberikannya kepada suamiku, "le iki sawurno mubengi umah yo. Lek nyawurno karo ndugo lan dzikir. Sawurno tekan titik awal nyambung ojo nganti pedot garis e"
Terjemahan ("nak ini taburkan mengelilingi rumah ya. Kalau menaburkan sambil berdoa dan dzikir. Taburkan dari titik awal tersambung jangan sampai putus garisnya").

>>>Cerita di ambil alih suamiku, "aku" sebagai suamiku<<<

Saat aku mulai membuka kantong berwarna emas tersebut aku mulai berdoa dalam hati, agar Allah senantiasa memberikan perlindungan kepada kami sekeluarga. "oalah uya, tak kiro opo"
Terjemahan ("oalah garam, ku kira apa") batinku.

Saat sudah berada di belakang rumah, aku dibuat kaget dengan suara, suaranya seperti orang sedang mengorok.

Tiba-tiba aku mendengar suara pak dhe "ndungo  lan dzikir ojo putus"
Terjemahan ("doa dan dzikir jangan putus"). Aku berdoa dan melanjutkan tugas dari pak dhe.

Setelah sampai di titik awal aku menabur aku dikagetkan dengan cahaya. Rumahku terlihat bercahaya, aku takjub dibuatnya.

"Uya e wis tak dungani, iku duk uya sembarangan"
Terjemahan ("garamnya sudah ku doakan, itu bukan garam biasa"), aku hanya menganggukan kepala karena tidak bisa berkata apa-apa melihat rumahku terasa lebih nyaman dan indah.

"Umah iki lek di delok wong biasa ketok adem tentrem. Lek di delok wong sing ngerti ketok ono cemlorot sinar e. Seje mane lek dhemit sing jahat, ketok umah mu wedhi di kiro iki istana sang maha ratu"
Terjemahan ("rumah ini kalau dilihat orang biasa keliatan dingin nyaman. Kalau di liat orang yang mempunyai ilmu terlihat ada sinar. Lain lagi kalau yang melihat setan jahat, melihat rumah mu ini takut dikira istana ratu/raja yang hebat") lanjut pak dhe.

Kami semua para lelaki berada di luar rumah. Saling berbincang setelah di adakan pengajian sejam yang lalu. Jam masih menunjukkan 22.00 tapi suasana terasa mencekam, tidak ada suara binatang malam kala itu. Angin pun enggan untuk berhembus, hawa dingin menusuk tulang, kami semua terdiam merasakan hal yang sama.

"Pinarak melbet teng griyo sedoyo. Le bojomu tunggonono yo, ojo lali tetep ndungo lan dzikir"
Terjemahan ("silahkan masuk kedalam rumah semua. Nak istrimu dijaga ya, jangan lupa tetap berdoa dan dzikir") pinta pak dhe kepadaku.

"Pak Yanto (ayahku) kulo nedhi tolong bapak jagi tiang estri. Dek Dayat (mertua ku) kowe melu aku ngancani aku yo"
Terjemahan ("Pak Yanto saya minta tolong bapak jaga para perempuan. Dek Dayat kamu ikut aku temani aku ya") lanjut pak dhe.

Saat di dalam rumah ayahku memimpin "Wes ayo podo ndungo, mugi-mugi lancar an selamet kabeh"
Terjemahan ("sudah mari berdoa bersama, semoga lancar dan selamat semua").

Kumpulan Thread HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang