Emm di part ini ceritanya agakk deg-deg serrrr *early warning loh ya* hihi
*Vi’s POV*
“Taa-daa!” Justin datang membawa 4 cupcake. Aku menghapus airmataku lagi dan tersenyum kecil.
“Woww cantiknyaaaa,” kataku senang.
“Well, rasanya aku yakin tidak enak, tapi aku rasa cream-nya lumayan enak. Kita makan cream-nya saja, okay?” tanya Justin geli.
“Okay,” kataku lalu mengambil cupcake yang berwarna biru. Aku menatap punggung Justin yang terpantul dikaca. Ada beberapa tato juga disitu and it makes him look even hotter.
“Hemm..” Justin menggigit cupcake-nya dan terdiam. “Lumayan, kan?” tanyanya meringis.
Aku sadar dan menggigitnya. Aku tersenyum sambil mengunyah. “Ini enak!!” kataku senang.
“Ah, kau cuma berusaha membuatku senang,” kata Justin merajuk.
“Tidak! Aku serius! Ini salah satu cupcake rumahan yang terenak yang pernah kumakan setelah buatan Mom kandungku,” kataku senang lalu memakai cupcake itu sampai habis untuk membuktikan aku jujur. “Lihat? Aku menyukainya!” kataku senang.
Justin tersenyum lalu meletakkan cupcakenya dan menatapku. Wajahnya mendekat dan dia menjilat bibir atasku.
“The cream,” kata Justin lembut.
“Aku tau,” kataku lalu memejamkan mataku. Bibir kami bertemu lagi, kali ini bergerak lembut.
Justin mengajakku berdiri dan kami berciuman lagi. Badannya menindihku ke dinding dan dia mencium leherku. Aku melihat pantulan punggungnya di kaca dan aku memejamkan mataku. Dia membuka singlet dan bra-ku lalu menarik turun celanaku, aku juga menarik turun celananya.
Dia menaikkan satu kakiku dan mendorong penisnya masuk. Aneh, badanku sepertinya tidak akan pernah menolaksemua tentang Justin. “A... ah,” aku mencakar punggungnya lemas. Satu tangannya meremas dadaku dan satu lagi menggenggam tanganku erat. Bibir kami bertemu dan dia menciumku dengan sangat lembut.
“A... aku suka,” kataku pelan. Aku terengah-engah ketika rasa nikmat yang kudapat membuat nafasku naik turun seperti ini. “R... right there, Justin,” kataku lemas.
Aku melihat pinggul Justin yang bergerak dengan seksinya melalui kaca. Ini membuatku jauh lebih terangsang dari sebelumnya. Justin tiba-tiba menatap mataku dan dia tersenyum kecil. Aku memegang dadanya dengan satu tanganku. “Justin, kali ini... kau bisa keluar didalam,” kataku pelan.
“Kau yakin?” tanya Justin.
“Iya,” kataku.
Justin mengangkat badanku dan aku melingkarkan kakiku di pinggulnya sambil meringis. Penisnya terlalu dalam kali ini.
“Aku sudah dekat,” kata Justin. Aku mengangguk dan tidak perlu bilang aku juga sudah dekat. Kurasa Justin sudah bisa merasakannya.
Aku memeluk Justin erat dan kami cum bersamaan. Justin menurunkan aku dan mendorongku pelan sampai punggungku menyentuh dinding dan kami terngah-engah. Kami berciuman lagi dan aku bisa merasakan spermanya menetes melewati kakiku.
Aku menatap Justin dan kami berdua terdiam. “Kenapa kita melakukannya lagi? ” tanya Justin pelan.
“I love you,” kataku pelan.
Mata Justin membesar. “Tunggu, kau tidak boleh bilang itu mendahului aku,” kata Justin mencibir. Aku tertawa geli melihat ekspresinya. “Tarik kata-katamu,” kata Justin.
“Okay, aku menarik kata-kataku,” kataku lalu mengangguk.
“Hey, Princess. Mau jadi pacarku?” tanya Justin lalu aku tertawa terbahak-bahak.
“Tentu, Yang Mulia!” jawabku lalu Justin memelukku gemas.
*Vi’s POV*
Hari-hariku menjadi jauh lebih baik. Pacar Harry juga ternyata sangat lembut dan keibuan. Tapi aku yakin setelah pacaran dengan Harry, dia tidak akan terlalu lembut lagi lagi hahaha... Hari ini, hari Jum’at, aku dan Justin akan skip latihan karena kita akan mendaftar untuk kompetisi dan setelah itu jalan-jalan ke Mall. Selama ini date kami hanya di ruang dance yang “hot” itu.
“God bless us,” kata Justin lalu mencium bibirku setelah kami menandatangani formulir itu.
“Kuharap begitu,” kataku senang.
Justin membawa mobil Cadillac yang dia sayangi itu dan aku merasakan sensasi mobil yang dicintai pemiliknya itu. Tak lama kemudian, kami sampai di mall. Seperti orang pacaran, kami makan, nonton bioskop, dan... photobox!
“Ayolah! Empat gaya!!” kata Justin bersemangat.
Gaya pertama kami memasang muka normal. Yang kedua memasang muka konyol, yang ketiga Justin seperti pura-pura menyanderaku dan menodongkan pistol ke kepalaku. Dan yang terakhir, kami berciuman. Kurasa, aku akan mengambil foto yang terakhir hahaha...
Aku merasa sangat bahagia dengan Justin tapi aku tidak sadar...
“Boss, saya melihat anak gadis Anda ada di mall dengan seseorang yang saya asumsikan sebagai guru dance-nya, dan... mereka tidak terlihat seperti guru dan murid,” lapor Pablo sambil menelpon Dad.
“Kau serius? Dia terlihat seperti apa?” tanya Dad cepat.
“Sekitar 175cm, berambut cokelat, bertato, tidak terlihat seperti anak orang kaya, dan mereka berpelukan,” kata Pablo.
“Aku akan menanyakannya ke Harry,” kata Dad lalu menutup telponnya dengan kasar.
*Harry’s POV*
“Hallo, Dad?” tanyaku ngos-ngosan sehabis berlath basket.
“Dimana adikmu?” tanya Dad langsung.
Jantungku berdegup kencang. “D... dia... dia ada kelas dance hari ini,” kataku cepat.
“Karena salah satu anak buah Dad melihat dia ada di mall dengan seseorang yang sepertinya guru dance-nya. Seseorang yang belum pernah Dad lihat sebelumnya,” kata Dad tegas.
Aku menggigit bibirku dan berusaha berpikir keras. “Apa Dad yakin?” tanyaku basa-basi.
“Harry, Dad tidak main-main. Dad yakin kamu yang menyarankan hal-hal dance ini ke Vi dan Dad tiddak tau apa yang kau rencanakan, tapi Harry... jaga adikmu baik-baik, dan Dad tidak mau dia bersama dengan orang lain selaim pilihan Mom dan Dad. Dad tidak mau mendengar kabar Vi jalan-jalan dengan orang miskin seperti itu lagi! Kau mengerti??” tanya Dad tegas.
“Y... ya Dad,” kataku lemas lalu menyimpan HP-ku. “Guys, aku berhenti. Aku lelah!” kataku melambai keteman-temanku. Aku duduk dibawah pohon dan mendesah bingung. What should I do?
Terimakasih sudah membaca. Mohon kritik dan sarannya :3
KAMU SEDANG MEMBACA
As Long As You Love Me
FanficKau tau, bagiku cinta bukan hanya sekedar seks denganmu. Aku tidak peduli dengan tatomu, juga senyum nakalmu. Aku cuma peduli pada perjuangan dan pengorbananmu, Justin. Aku rasa... as long as you love me, Babe... we will be just fine...