Akhirnya berhasil kabur ya? Ckckck... selamat...
*Vi’s POV*
Aku membaca buku novel favoritku sementara Justin memelukku dari belakang. Sesekali aku melirik cincin yang terpasang manis di jariku dan aku sangat senang hal ini terjadi. Aku tunangan Justin sekarang dan kita akan menikah secepatnya!
“Astaga, kenapa bisa begini?” aku bicara sendiri sambil serius membaca novel itu.
Tiba-tiba aku mendengar suara dengkuran Justin. Aku berbalik ke belakang dan melihat Justin tertidur lemas.
“Bieber!!” panggilku kesal.
“Y.... ya??” dia langsung terbangun dan celingukan kiri kanan. “Ada apa??” tanyanya bingung.
“Kita sedang mandi dan kau tidur! Kau tidak bisa sedikit lebih romantis??” tanyaku kesal. Well, aku dan Justin memang sering bertengkar karena dia suka tidur sembarangan, bahkan sehabis seks.
“Maaf Viiii. Kau asyik membaca buku dan aku jadi mengantuk,” Justin membujukku.
“Kau bisa melakukan sesuatu yang lain!” kataku sebal.
“Oke oke, berbaliklah. Aku tidak bisa melihat muka marahmu yang lucu itu,” kata Justin menggoda. Aku menatapnya, mencoba meyakinkan diriku sendiri. “Percaya padaku...,” kata Justin. Aku pun berbalik dan dia memelukku dari belakang.
Justin menyenderkan kepalanya di punggungku dan tiba-tiba aku merasakan tangannya meremas pelan kedua dadaku. Aku menggigit bibirku pelan.
“Baby....,” kataku pelan.
“Kau punya dada yang indah, Vi,” kata Justin pelan.
“Jangan menggodaku,” kataku mulai menyerah. Tangan Justin memainkan putingku dan badanku menggelinjang karenarasa nikmat yang kurasakan.
“Justin, cium aku...,” kataku pelan.
“Berbaliklah,” kata Justin lalu aku berbalik dan menciumnya selembut mungkin. “Vi, hidup baru kita tidak akan mudah. Tapi aku menjanjikanmu satu hal, kita akan selalu bersama menghadapi semuanya,” kata Justin lalu menciumku lembut.
“Aku percaya padamu,” kataku lalu tersenyum manis.
*Vi’s POV*
“Bagaimana menurutmu?” tanya Justin sambil tersenyum manis.
Aku memperhatikan rumah kecil itu. Aku mengangguk-anggukan kepalaku dan tersenyum. “Butuh banyak sentuhan tapi... aku menyukainya,” kataku setuju.
“Oke, kita setuju!” kata Justin lalu menyalami sang pemilik rumah.
Aku dan Justin menandatangani surat pembelian rumah itu secara kredit. Harganya memang mahal dan kami punya banyak pertimbangan. Maksudku, bisa saja Dad melacak kita dan menarikku pulang. Tapi aku pikir Harry pasti sudah melakukan sesuatu dan aku bisa hidup tenang dengan Justin tanpa gangguan Dad atau anak buahnya.
Justin sudah mendapatkan pekerjaan di kontruksi. Pekerjaan blue collar, tapi Justin menerimanya dengan senang hati. Lagipula Justin cocok dengan pekerjaan yang membutuhkan tenaga banyak seperti itu.
“Kita masih punya beberapa furnitur yang bisa kalian gunakan, seperti sofa, tempat tidur, lemari, dan lain-lain,” kata Mr. Smith menjelaskan dengan ramah.
“Ini benar-benar membantu,” kata Justin senang. Aku tersenyum ramah ke arah Mr. Smith.
“Ini nomor telpon saya. Jika Anda membutuhkan bantuan saya, jangan segan-segan menelpon. Selamat datang di Miami,” kata Mr. Smith ramah. Mr. Smith pamit untuk pulang dan Justin mengantarnya sampai kedepan rumah sementara aku hanya melambai saja. Mereka berbicara sebentar dan aku duduk di atas sofa itu. Masih nyaman meski sudah tua dan aku yakin Mr. Smith sudah membersihkan rumah ini sebelum aku datang.
“Hey, jadi bagaimana?” tanya Justin lembut. Dia menutup pintu dan menguncinya. “Kita harus banyak bekerja, kan?” tanyanya lembut sambil memelukku lalu menciumku lembut.
“Sangaaatt banyak,” kataku lalu kami tertawa geli.
“Oh,” Justin melihat jam tangannya. “Vi, kita telat!” kata Justin.
“Ha? Telat untuk apa?” tanyaku bingung.
“Ikut denganku,” kata Justin lalu menarik lembut tanganku.
“Baby, tunggu... Kau memintaku menggunakan satu-satunya gaun floral dress kesayanganku dan sekarang kemana kita akan pergi?” tanyaku penasaran.
“Ikuti saja aku,” kata Justin lalu mengedipkan sebelah matanya. Aku pun menghela nafas dan berhenti bertanya. Dia selalu memberikan aku kejutan dan biasanya aku selalu menyukainya.
“D... disini?” tanyaku bingung sambil menatap bangunan tua yang klasik itu.
“Yes,” Justin memberikan sebuket bunga stargazer lily, my favorite flower. Aku mengambil bunga itu dan sebelum sempat bertanya, Justin menarikku kedalam bangunan itu.
Aku ternganga. I.. ini emm... sebuah pernikahan... aku.. dan Justin? Kenapa aku tidak sadar sebelumnya?
~~~
“Saya mengesahkan kalian sebagai pasangan suami dan istri. Anda boleh mencium pengantin wanitanya,” kata penghulu itu dan Justin menciumku lembut. Hanya satu orang yang bertepuk tangan, sang Penghulu sendiri. Tapi itu lebih dari cukup. Dadaku serasa ingin meledak karena terlalu senang.
“Aku tidak percaya kita sudah menikah!” kataku senang sambil memeluk lengan Justin manja.
“Maaf aku tidak memberitahumu sebelumnya, aku ingin membuat kejutan,” kata Justin lembut.
“Kau bercanda? Ketika kau melamarku, aku rasanya ingin mati dan aku tidak mau merasakannya lagi,” kataku lalu kami tertawa.
Hey hey, sekarang aku sudah jadi Mrs. Bieber. Aku sangat senang!
Terimakasih sudah membaca :3 Mohon kritik dan sarannya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
As Long As You Love Me
Hayran KurguKau tau, bagiku cinta bukan hanya sekedar seks denganmu. Aku tidak peduli dengan tatomu, juga senyum nakalmu. Aku cuma peduli pada perjuangan dan pengorbananmu, Justin. Aku rasa... as long as you love me, Babe... we will be just fine...