Permisi ada tamu...
*Vi’s POV*
“Vi, aku harus mengangkat telpon ini,” kata Justin meminta izin sambil mengangkat telponnya.
“Silahkan,” kataku. Justin menaruh roti panggangnya dan mengangkat telponnya. Aku juga penasaran. Siapa yang menelpon Justin pagi-pagi begini? Aku ikut-kutan mendengarkan dengan serius meski Justin tidak meloud-speaker pembicaraannya.
“Lalu?” Justin mengusap rambutnya dan menggigit bibirnya. Ah, kalau dia begini, rasanya aku ingin menciumnya saja. “APA??” Justin tiba-tiba berteriak, menghancurkan lamunanku. “T... Tuhan...,” Justin tiba-tiba bertelungkup diatas meja. “B... baik, terimakasih...,” Justin menutup telponnya dan menaruh HP-nya diatas meja.
“B... Baby... Kamu tidak apa-apa?” aku bertanya dengan sangat hati-hati.
“Ini apa-apa,” kata Justin. Aku menunduk dan mengelus tangannya. Justin mengangkat kepalanya dan berjalan ke arahku. Dia memelukku lalu mencium perutku. Usia kandunganku sudah 9 bulan dan dalam seminggu, perkiraan dokter anak ini akan lahir.
“Masalah pekerjaanmu?” tanyaku. Justin mengangguk pelan dan aku mendesah pasrah. “Baby... Tidak apa-apa... Kita pasti bisa melewatinya kan? Ide projekmu sudah bagus, mungkin hanya kurang cocok dengan keinginan klien-mu. Yang penting, kau sudah berusaha, ya kan?” tanyaku lembut sambil mengelus rambut Justin. Justin mencium perutku lagi.
“Ya Tuhan! Aku mau meledak!!” Justin tiba-tiba terduduk dilantai dan tertawa terbahak-bahak.
“J... Justin?” panggilku bingung.
“Dengar, Vi...,” Justin berdiri dan memegang kedua tanganku.
“O... okay...,” kataku gugup. Justin memang suka aneh kalau lagi berusaha menghibur diri sendiri.
“Projekku diterima...,” kata Justin lalu menatapku senang.
“P... projekmu???” tanyaku kaget. Aku memegang perutku tiba-tiba.
“YES!” Justin berteriak kencang lalu menutup mulutnya dan tertawa lagi. “Oh God, Aku terlalu senang!” kata Justin lalu menjejakkan kakinya.
“Y... ya Tuhan,” airmataku menetes dan aku tertawa kecil. “Kau berhasil,” kataku lalu Justin memelukku.
“Sayaaang, kita bisa membeli rumah ini! Langsung! Kita tidak perlu lagi ke bank tiap bulan! Kita bisa membeli semua yang bayi ini butuhkan! Tuhan, aku senang sekali,” kata Justin. Aku hanya bisa memeluk Justin sambil menangis senang.
“Terimakasih, Justin. Kau sudah bekerja keras,” kataku sesegukan.
*Vi’s POV*
Aku bersenandung kecil sambil mengaduk salad untuk makan siang. Aku sudah selesia dengan semuanya dan sekarang waktunya bersantai. Justin sudah tidak masuk menurut shift lagi. Dia berangkat jam 8 dan pulang jam 4, pretty normal right?
Jum’at ini aku akan mulai stay di Rumah Sakit. Justin sudah mengurus semuanya dan kami hanya tinggal datang nanti. Hari ini, Justin ada rapat penting dan akan pulang dengan membawa uangnya, dalam bentuk cek tentu saja, atau mungkin saja surat perjanjian. Kami berencana melunasi rumah ini hari Rabu atau Kamis, secepat mungkin.
“Tok tok tok!” terdengar suara ketukan pintu. Aku langsung melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 4 kurang 10.
Aku berjalan dengan hati-hati sementara Lucky mengikutiku sambil berputar-putar dengan senang. Dia sangat ceria beberapa hari ini.
“Hahaha Lucky, kau terlalu bersemangat untuk menyambut Ju...,” aku terdiam melihat siapa tamuku.
“V... Vika... Kau hamil, Sayang?” tanya Dad lalu dia tersenyum haru.
“D... Dad... Mom...,” kataku pelan.
“My Baby....,” kata Dad lalu maju ingin memelukku. Aku mundur dan menunduk.
“Kenapa kalian disini?” tanyaku datar.
“Baby, kenapa kau bertanya seperti itu?” airmata Mom menetes.
“Kita disini untuk menemuimu, Vi. Sudah lebih dari dua tahun kau pergi dan itu menyiksa kami. Kami merindukanmu,” kata Dad sedih. Lucky berlari-lari disekeliling Mom dan Dad. Dad lalu menggendong Lucky. “Hello, Ksatria. Kau terlihat gagah,” kata Dad lalu Lucky menjilat wajah Dad.
“Silahkan masuk,” kataku sambil berbalik dan memegang perutku.
Mom langsung membantuku dan mendudukanku di sofa. “Kau tidak apa-apa, Sayang?” tanya Mom khawatir.
“Aku baik-baik saja,” kataku lalu mengusap rambutku. “Aku akan menelpon Justin,” kataku lalu berjalan ke arah telpon rumah. “Hah...,” aku menghela nafas gugup.
Terimakasih sudah membaca :3 Mohon kritik dan sarannya yaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
As Long As You Love Me
Hayran KurguKau tau, bagiku cinta bukan hanya sekedar seks denganmu. Aku tidak peduli dengan tatomu, juga senyum nakalmu. Aku cuma peduli pada perjuangan dan pengorbananmu, Justin. Aku rasa... as long as you love me, Babe... we will be just fine...