*Vi’s POV*
Aku menatap jam antik diruang tamu yang sudah menunjukkan jam 1 lewat 45 menit dan mereka berdua belum pulang. Harry sudah tertidur dengan lelap disofa. Aku berharap mereka merayakan ulang tahun pernikahan mereka, bukan bekerja.
Terdengar suara pintu dibuka dan suara Mom bicara dalam bahasa Prancis. Aku terdiam dan menunggu suara Dad. Ternyata Mom sepertinya sendiri dan dia stay dikoridor selama bicara. Hampir 10 menit lamanya. Mom mengucapkan selamat tinggal di telpon lalu hening.
“Oh, hey!” Mom menyapa seseorang.
“Kau baru sampai?” suara Dad terdengar.
“Iya, kau sibuk juga sepertinya,” kata Mom.
Aku ternganga. Mereka ternyata bekerja. Bahkan mereka tidak mengucapkan selamat sama sekali. What kind of marriage this is??
“Vi?? Kau belum tidur? Bukannya besok kau sekolah?” tanya Mom kaget.
“Aku menunggu,” kataku kecewa. “Dari jam 9 malam sampai jam 2 pagi untuk memberikan kue ini. Apa kalian ingat hari ini hari jadi kalian? Dan... aku... aku MENCOBA untuk menjadi anak yang baik dan menyediakan ini semua! Tapi kalian tau apa yang lucu? Kalian bahkan tidak ingat hari penting ini. KELUARGA MACAM APA INI?” teriakku yang membuat Harry terbangun.
“Hey, tenang!” Harry memegang tanganku. Dia melihat ke jam dinding. “Seriously, Mom? Dad? Jam 2 pagi?” tanya Harry kesal.
“Harry, Vika, apa yang kalian harapkan?” tanya Dad.
“Sebuah keluarga, bukan pohon uang. Aku hampir tenggelam oleh uang kalian,” kata Harry lalu mengelus kepalaku. “Ayo ke kamar, kita harus sekoalh besok,” kata Harry sambil menarik tanganku pelan.
“Kuenya kadaluarsa!” aku membuang kue itu ke lantai dan mengikuti Harry ke lantai dua.
Dikamar, Harry berusaha menenangkanku. “Hey, tenang, Vi...,” Harry memelukku erat.
“Aku benci mereka, mereka bahkan tidak peduli dengan dirinya sendiri, bagaimana mereka bisa mempedulikan orang lain?” tanyaku sesegukan. Harry menghela nafas berat lalu mencium kepalaku.
“Vi, ayolah... Ini bukan pertama kalinya,” kata Harry lembut.
Aku mengangguk. “Aku tau dan aku tidak seharusnya menangis lagi. Kau bisa ke kamarmu sekarang, Haz. Aku akan baik-baik saja. Kau ada kelas olahraga besok, kan?” kataku.
Harry menatap mataku. “Janji?” tanya Harry serius.
“Iya, aku janji,” kataku lalu tersenyum manis.
Harry mengangguk lalu mencium kepalaku. “Goodnight, hati-hati naga menggigitmu,” kata Harry.
“Jangan biarkan peri itu menggelitikimu, goodnight,” kataku lalu tersenyum. Harry terawa geli dan dia keluar dari kamarku.
Aku mengambil HP-ku dan menelpon Justin. Tidak mengharapkan apa-apa. Tapi, ternyata dia mengangkat.
“Ada apa jam 2 pagi?” tanyanya langsung. Suara seraknya terdengar sangat menggoda dari telpon.
“Aku baru saja bertengkar dengan orangtuaku,” kataku pelan.
“Apa?” dia terdengar bergerak dari posisi awalnya. “Kau kabur dari rumah?” tanya Justin cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Long As You Love Me
Fiksi PenggemarKau tau, bagiku cinta bukan hanya sekedar seks denganmu. Aku tidak peduli dengan tatomu, juga senyum nakalmu. Aku cuma peduli pada perjuangan dan pengorbananmu, Justin. Aku rasa... as long as you love me, Babe... we will be just fine...