1🌙

14 5 0
                                    

"Kak, anterin kue ini ke rumah wildan ya."

Sakira yang awalnya sedang fokus dengan ponselnya itu menoleh pada sang ibu yang menyodorkan nampan berisi kue kepadanya.

"Oh oke bun." Sakira langsung mengambil alih nampan tersebut dan berjalan ke luar.

"Hanin,hanin, main yok."

Pemilik rumah tersebut langsung keluar saat mendengar ada yang memanggilnya.

"Loh bil ngapain?" Tanya hanin

"Ngk di bukain gitu gerbangnya." Sakira menyindir pemuda yang seumuran dengannya itu.

Hanin itu menepuk dahinya pelan, lalu berjalan membukakan gerbang agar sahabatnya itu bisa masuk.

"Biasanya buka sendiri."

Sakira tak menghiraukan perkataan sahabat kecil nya itu. Kaki itu langsung melangkah keteras rumah hanin dan duduk di salah satu kursi yang ada disana.

"Mama mana nin?"

Pemuda yang dipanggil 'nin' itu menjawab dengan gelengan kepala.

"Mama tadi pergi agak pagi, jadi aku ngk tau."

Sakira hanya mengagguk sebagai jawaban.

"Oh iya, nih bunda bikin kue." Syasa memberikan nampan itu pada hanin.

"Wah, bilang makasih ya sama bunda." Hanin tersenyum. Kebetulan dirumahnya saat ini tidak ada makanan.

"Udah makan?" Tanya sakira pada hanin yang kini duduk disamping.

"Hehe, belom." Pemuda itu hanya memberikan cengiran pada sakira.

"Jajan yok, kemana gitu, bosen tau ngk." Ajak sakira. Dan diangguki setuju oleh hanin.

"Aku ngeluarin motor dulu, tunggu bentar."

Setelah berkata seperti hanin langsung berjalan menuju garasi untuk mengeluarkan scoopy kesayangan nya.

"Yok, kita naik mogi. " Sahut hanin. Sakira mengangguk dan langsung menaiki scoopy kesayangan hanin yang sudah ada sejak hanin menaiki kelas 9 smp.

"Kita kemana bil?"

Gadis yang di panggil 'bil' itu tampak berpikir dari belakang.

"Ke lapangan depan aja, biasanya hari minggu gini banyak yang jualan." Sahut sakira dari belakang. Hanin mengangguk dan melajukan motornya menuju lapangan yang terletak tak jau dari perumahan mereka.

Ternyata benar apa yang di katakan sakira, banyak sekali para pedagang yang berjualan.

"Yok nin." sakira langsung menarik tangan hanin ketika mereka baru tiba dilapangan itu.

"Sabar bil, ngk bakal abis kok jajannya." Hanin terkekeh melihat tingkah syasa.

"Beli apa?" Tanya hanin.

Sakira tampak melihat sekeliling. Dan mata itu tertuju pada penjual cilok yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Beli cilok yok." Sakira langsung menarik tangan hanin. Hanin? Hanya pasrah.

Setelah mendapatkan jajanan yang mereka inginkan, mereka langsung kembali ketempat parkiran motor.

"Pulang langsung?" Tanya hanin dari depan. Posisi mereka saat ini sedang berada di atas mogi hanin.

Sakira mengangguk walaupun tak dapat dilihat hanin. "Langsung pulang aja, ntar ciloknya dingin, kek doi."

Hanin terkekeh. "Emang kamu punya doi?" Tanya hanin.

"punyalah."

"siapa?"

"kamu."

---

"Makan dirumah aku yok." Ajak syasa.

"Yaudah ayok, tapi masukin mogi dulu." Ucap hanin. Kemudian ia memasukan motornya ke garasi.

"Ih, jajan ngk ngajak ngajak haru."

Mereka berdua terkejut ketika haruto tiba tiba muncul dibalik pintu.

"Bodo."

"BUNDA KAKAK PELIT."

Tiba tiba haruto berteriak memanggil sang bunda yang mau tak mau sakira melotot dibuatnya. Memandang sang adik dengan tatapan sengit.

"Kenapa dek?" Tanya sang bunda.

"Kakak jajan ngk bawa bawa haru bun."

"Ajak bang ino sana." Suruh sang bunda.

"Duit?" Tanya haruto. Sang bunda mengeluarkan uang 20 ribu dari saku bajunya.

"Makasih bunda."

Sakira heran, padahal adiknya sudah kelas 8 smp, tapi tetap saja sikapnya seperti anak berumur 8 tahun.

---

:)

 ᴿᵉᵐᵉᵐᵇᵉʳ ᵐᵉ || Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang