5🌙

6 4 0
                                    

"Dengan berat hati saya memberitahu bahwa kanker hati yang diderita pasien sudah memasuki stadiun 3,jadi tolong, kepada bapak ibuk supaya rutin memberikan obat pada pasien."

Dokter yang telah berumur itu memberikan selembar kertas kepada sepasang suami istri tersebut.

"Ada harapan untuk anak saya sehat kan dokter?" Tanya wanita itu dengan mata berlinang.

Dokter itu mengangguk." Bisa, asalkan pasien rutin meminum obat dan mengikuti kemoterapi dan satu lagi, pasti kan pasien tidak kelelahan." Ucap sang dokter dan di anggukin suami istri tersebut.

"Kami akan usahakan dokter, mohon kerja sama nya." Ucap lelaki 43 tahun itu.

Sang dokter mengangguk." Kami akan berusaha semaksimal mungkin." Ucap sang dokter.

---

"NABILA."

Gadis yang dipanggil nabila itu menoleh ke arah pemuda yang tengah berlari kecil dari arah parkiran.

"Kenapa?" Tanya gadis tersebut.

"Tumben ngk sama sendiri, wildannya mana?" Tanya pemuda itu sembari berjalan beriringan.

"Hanin ngk masuk kayak nya, kata bg abin mereka ada acara keluarga, jadi hanin izin."

Gadis yang dipanggil nabila tadi adalah sakira. Jika hanin memanggilnya abil, maka arjuna akan memanggil nya dengan nama nabila.

"Owh gitu, ehh jdi gimana tawaran gue kemaren soal olim sejarah?" Tanya arjuna.

"Hmm, kata bunda sih ngk papa, emang yang ikut berapa orang?" Tanya sakira.

"Kita berdua doang, soalnya dalam undangan kata nya peserta lomba ngk boleh lebih dari 2 orang." Jelas arjuna.

"Trus kenapa harus gue?kan banyak yang lebih pinter sejarah dari pada gue." Tanya sakira lagi pada arjuna.

"Pak tito yang nyuruh,gue liat lo juga pinter dalam mapel sejarah, jadi mau ngk?" Tanya arjuna.

Sakira tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Kapan lagi ia mengikuti olimpiade.

"Lah lah lah chaca kok sama juna?wildan mana."  Tanya yaya saat sakira dan arjuna masuk ke dalam kelas.

"Hanin izin, ada acara keluarga,gue ketemu juna di parkiran." Jawab sakira dan duduk disamping gadis berkaca mata itu.

---

"Pulang sama siapa?"

Lagi lagi sakira terkejut karna suara arjuna yang muncul di belakangnya.

"Ngk tau sama siapa, mau nelpon bg ino tapi kek nya bg ino masih ada kelas deh." Ucap syasa.

"Bareng gue aja yuk?gue anter sampai rumah?" Tanya arjuna.

Sakira tampak berpikir, ia takut jika nanti hanin melihatnya. Eh tapi kan hanin ada acara keluarga, otomatis rumahnya kosong, pikir sakira.

Pulang bersama tak terlalu buruk, sepertinya

"Ngk ngerepotin kan?" Tanya sakira.

"Ngk kok, lagian rumah kita searah keknya." Ucap arjuna.

"hmm...." Sakira tampak masih berpikir.

"Hari mau ujan, udah lah kelamaan mikir lo, ayok."

"eh eh eh." Arjuna langsung menarik lengan sakira ketempat motornya terparkir.

Mereka pulang berdua, sama motor matic nya arjuna. Untungnya arjuna bawa helm cadangan. Bukan apa apa, arjuna memang selalu membawa helm cadangan.

---

"Rumah lu masuk disini kan?" Tanya arjuna saat mereka telah sampai di komplek sakira.

"Masuk gang itu tuh." Tunjuk sakira,arjuna langsung menjalankan motornya lagi.

"Yang gerbang item."

"Bego,rumahnya gerbang item semua nabila." Kata arjuna. Sakira terkekeh mendengar jawaban arjuna

"Stop."

Arjuna langsung menghentikan motornya di depan rumah sakira.

"Makasih juna." Kata sakira sembari mengembalikan helm hitam milik arjuna.

"Sama sama, gih masuk." Suruh arjuna, sakira mengangguk dan melambaikan tangan pada arjuna

"Dadahhh hati hati juna." Itu kata sakira sebelum arjuna hilang dari pandangan nya.

Gadis itu tersenyum dan langsung membuka gerbang rumahnya yang memang tak dikunci,itu menandakan jika keluarganya sudah ada dirumah.

---

Malam hari,sakira berjalan mendekati balkon kamar nya yang langsung berhadapan dengan balkon kamar hanin.

Gelap.

Itu tandanya pemuda yang menjabat sebagai pacar nya itu belum pulang dari urusannya.

"Kalau ditelfon?bakal di angkat ngk ya?" Monolog sakira. Dengan ragu ragu ia mencoba untuk menelfon hanin.

Nihil, pemuda itu tak menjawab telfonnya. Berkali kali sakira ulang, jawabannya sama...

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif

"hah, sibuk banget ya?"

Pasal nya pemuda itu tak ada kabar untuk hari ini. Biasanya, hanin akan memberi pesan pada sakira menandakan bahwa ia baik baik saja.

Tapi kali ini tidak, hanin bahkan tidak mengirim pesan padanya.

"Kak?"

Tiba tiba wanita berusia 43 tahun itu masuk kedalam kamar anak gadis nya itu.

"Kenapa?" Tanya bunda. Sakira menutup pintu balkonnya dan ikut duduk dikasurnya.

"Hanin ngk ngechat kakak bun."

"Sibuk kali,positif thingking aja, lagian kata mama nya tadi,mereka bakal dua hari disana."

"Bunda tau dari mana?"

"Mama wildan tadi nitip kunci rumahnya kesini."

Sakira hanya mengangguk. "udah sholat isya belum?" Tanya bunda lagi.

"belum, eheheh."

"Sholat gih habis itu kebawah bantuin bunda siapin makam malam."

---

Sekian untuk chapter ini
Mohon maaf jika ada typo
Maklum gan typo itu seni setiap manusia

Tapi ada juga kok typo yang...

✨M e r e s a h k a n✨

Dah ya baiiii

 ᴿᵉᵐᵉᵐᵇᵉʳ ᵐᵉ || Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang