Rahasia Melia

1.7K 215 50
                                    

Melia menatap sekeliling ruangan dengan teliti. Sepertinya rumah neneknya ditambah furniture baru, atau rumah neneknya baru saja direnovasi. Gadis itu berlari saat melihat neneknya duduk anggun di kursi meja makan. Memeluk neneknya erat setelah mencium pipi keriput itu.

"Nenek apa kabar?" Melia bertanya tulus, tetapi dibalas lain oleh wanita berusia 70 tahun itu.

"Kamu sendiri apa kabar? Betah sekali tinggal di kota." Sindiran halus wanita itu membuat wajah ceria Melia kembali muram.

"Nenek sehat, 'kan?" Melia memaksa dua sudut bibirnya terangkat. Senyum kecil menghiasi wajah pucat Melia.

"Tentu saja sehat." jawab Nenek Melia singkat.

"Dia siapa, Li?" tanya Nenek Melia saat melihat Alan yang setia berdiri di belakang tubuh Melia.

"Oh, Alan Nek. Temen kampus Melia." ucap Melia setengah terkejut. Dia lupa jika Alan mengikutinya di belakang seperti bodyguard.

"Selamat malam." sapa Alan sopan. Pemuda itu mengulas senyum ringan yang membuat Melia terpaku. Selama ini Alan tidak pernah tersenyum di depannya. Alan sangat tampan ketika tersenyum, tapi sayang, senyum itu jarang Melia dapatkan. Alan selalu dingin dan kaku jika bersamanya.

"Kamu sudah ketemu Nova sama Puput?" tanya neneknya ketika melihat Melia yang masih menatap Alan.

"Oh iya Nek, Lia cari Mbak Nova sama Mbak Puput dulu ya."

Melia mengecup pipi neneknya kemudian berjalan meninggalkannya pergi. Masih setia dengan Alan yang berjalan di sampingnya. Gadis itu berdiri kaku saat melihat dua sosok perempuan dengan hijab lebar yang menutup kepala sampai setengah badan.

Menunduk, Melia melihat pakaian apa yang dia kenakan sekarang. Rok jeans membentuk tubuh bawah dengan blouse panjang modern bercorak bunga yang ditutupi hijab pasmina warna pastel. Gadis itu mengepalkan tangannya, merasa jika salah kostum. Selalu seperti ini. Reuni keluarga terasa seperti reuni keagamaan. Dan kembali Melia merasa terasingkan di keluarganya sendiri.

Melia mengakui dirinya bukan seorang muslimah yang baik. Melia masih belajar memakai hijab.

Alan yang merasa Melia berdiri kaku menoleh, menatap tidak mengerti saat melihat gadis itu menunduk.

Melarikan jemarinya, Alan mengurai kepalan tangan Melia dan menggenggam tangan gadis itu.

"Ayo."

Melia menghembuskan napas sebelum kembali mendekati dua perempuan yang masih asyik dengan kitab keagamaan di tangannya.

"Assalamualaikum, Mbak."

Melia mengucap salam dengan bibir berusaha mengulas senyum yang malah menjadi senyum kaku.

"Waalaikumsalam."

"Wah Lia, ya? Kamu tambah cantik ya." ucap Nova sambil berdiri dan memeluk Melia yang berdiri kaku. Berbeda dengan kulit Nova yang berwarna sawo matang yang manis, Lia mememiliki kulit putih, terkesan pucat. Warna kulit yang Melia miliki kadang-kadang membuat para sepupunya iri.

'Kamu salah, Mbak. Mbak Nova lah yang cantik. Kamu tidak hanya cantik rupa, hatimu bahkan begitu bersih.'—Batin Melia menjerit.

Nova dan Puput memang cantik. Dengan kulit sehat dan hijab tebal yang setia menutupi kepalanya. Kedua kakak sepupunya itu memang tinggal di pesantren. Setelah menginjak usia sepuluh tahun, kedua kakak sepupunya dikirim oleh paman dan bibinya ke pesantren. Hanya Melia sendiri yang menolak saat neneknya memberikan ultimatum itu.

Melia menolak, tapi gadis itu berusaha untuk mendalami ilmu agama di rumahnya. Dia masih ingin menuntut ilmu dan mengangkat derajat kedua orang tuanya. Melia juga ingin membuktikan jika dia bisa sukses meskipun dia perempuan karena di pandangan keluarga besarnya seorang anak perempuan sudah harus didikte sebagai calon istri yang baik. Memasukkan ke pesantren contohnya.

"Oh jadi ini pacar kamu yang di foto itu ya, Li?" tanya Puput saat melihat Nova yang terdiam saat melihat Alan. Pipi Nova memerah saat tidak sengaja bertemu tatap dengan Alan.

"Ehm ... Iya, Mbak." Melia hanya bergumam dan tersenyum kecil. Melia menyimpan banyak foto Alan di galeri ponselnya, dan tanpa sengaja kedua sepupunya itu pernah melihat foto Alan.

"Mas ..." Nova menghentikan ucapannya saat bingung harus memanggil Alan apa.

"Alan." jawab Alan dengan suaranya yang memang berat dan tegas.

"Mas Alan haus, 'kan? Aku ambilkan minum ya."

Nova segera bangkit berdiri kemudian berjalan meninggalkan tiga orang di belakangnya dengan tangan yang menarik sedikit roknya ke atas agar memudahkannya berjalan. Kemudian Puput yang terbiasa membuntuti Nova, mengikuti gadis itu di belakang.

"Kayaknya Mbak Nova suka sama kamu." ucap Melia setelah melihat Nova yang telah menghilang dibalik tembok.

"Bukan urusanku kalau dia menyukaiku." jawab Alan santai.

'Bukan urusan kamu tapi itu menjadi masalah untukku, Al.'—batin Melia sedih.

"Mbak Li, dicari Nenek di belakang."

Aulia dengan tangan yang membawa sepiring kue memberitahu Melia. Gadis kecil itu meletakkan piring kue ke atas meja kemudian kembali melesat entah kemana.

Nenek?

"Aku ke belakang dulu ya, Al."

Alan mengangguk dengan mata yang masih fokus dengan ponsel di tangannya. Lelaki itu harus melakukan penelitian untuk tugas akhirnya nanti.

Saat melewati ruang makan, Melia berpapasan dengan Nova dan juga Puput yang membawa tiga gelas minuman di atas nampan.

'Bahkan kamu sudah menyiapkan semua ini, Mbak.'—Melia semakin muram melihat keceriaan Nova. Apa ini tanda-tanda bahwa Melia harus mengalah lagi?

Melia berjalan tanpa semangat ke ruang pribadi neneknya. Baru saja akan mengetuk pintu, neneknya sudah mempersilahkan Melia masuk. Suasana sunyi dan tatapan dingin sang nenek membuat Melia yang lemah semakin down.

"Nenek mau ketemu sama Melia?" Melia meremas pakaiannya. Jantungnya bertalu-talu dalam iringan waktu.

"Kamu tahu kan kalau Nenek sangat menyayangi Nova." Mata Melia berkaca-kaca mendengar suara memuja sang Nenek saat membicarakan Nova.

'Melia juga cucu Nenek. Apa Nenek nggak sayang sama Melia?'—Melia ingin mencurahkan seluruh isi hatinya. Tetapi lagi-lagi hanya keterdiaman sunyi yang dapat Melia lakukan.

"Nenek ingin sesuatu dari kamu, Melia."

TBC

Sahabat. Semangat ya WFH dan SFH nya. Kaum rebahan mah gak akan tahu ini hari keberapa karantina.

Nova! Kamu jadi bumbu bumbu cintaku dan doi ●_●

Rahasia Cinta MeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang