Cinta Pandangan Pertama

1.4K 135 13
                                    

Cielah kayak judul lagu.

Tiga tahun yang lalu ...

Halaman Universitas di kota Malang itu terlihat dipadati oleh ribuan mahasiswa baru yang tengah diberikan arahan oleh pembimbingnya masing-masing. Di dekat gerbang kampus, terdapat sekitar sepuluh mahasiswa baru yang menunduk takut saat seorang perempuan meledak-ledak di hadapan mereka. Perempuan itu memiliki tanda pengenal yang melingkar dileher.

"Memangnya kalian masih SD! Bisa-bisanya telat di hari pertama masuk! Kalian tidak melihat penggumuman di website kemarin?!"

Melia semakin menundukkan kepalanya, bibirnya dia gigit keras-keras menahan air mata yang mengaburkan penglihatan. Dan kepala yang terbalut hijab hitam itu terasa seperti terbakar matahari, jelas saja karena sekarang sudah mendekati pukul dua belas. Melia ingin mengeluh. Dokter Trias yang selama ini menjadi dokter pilihan Melia selalu mewanti-wanti Melia untuk tidak berada di bahwa sinar matahari langsung.

Sambil menahan tangis, Melia tetap bertahan. Dia sebenarnya sudah sampai dari pagi, tetapi karena kram di perutnya membuat Melia mau tidak mau kembali ke kos untuk mengambil obat. Sayangnya saat kembali ke kampus, Melia dilanda macet karena ada mobil box oleng hingga menutupi badan jalan.

"KALIAN DENGAR SAYA TIDAK?!"

Suara napas yang tertahan terdengar di telinga Melia membuatnya ikut menahan napas. Apalagi mendengar hukuman yang diberikan. Mendapat tanda tangan ketua BEM dan jajaran membuat Melia tanpa sadar meringis.

Melia pernah mendengar dari mahasiswa yang kebetulan satu tempat kos dengannya bahwa ketua BEM dan antek-anteknya di kampus ini sering hilang entah kemana. Berpencar seperti buaya yang melihat perempuan cantik mempesona.

"Saya mau kalian saling kerja sama. Entah bagaimana caranya, setelah jam istirahat kalian berkumpul di sini lagi."

Melia menghembuskan napasnya saat melihat macan betina itu pergi. Rasanya seperti menghadapi eksekusi.

"Kita bagi tugas." ucap salah seorang diantara mereka.

Melia memperhatikan pemuda itu dengan kening berkerut. Dia seperti pernah melihatnya.

"Nggak usah serius juga kali liatinnya. Gue Evan, kita satu SMA dulu. Teman Adrian, 'kan?" Ucap pemuda itu lagi sambil menatap Melia.

Melia membuka mulutnya dengan kepala mengangguk.

"Oke, jadi gini. Kira-kira ada 10 orang yang harus kita mintai tanda tangan. Ck. Gue pusing mikirnya, bentar."

Evan kemudian membuka tas dan mengeluarkan buku kecil kemudian membaca isinya.

"Di catatan gue, ada 8 cewek yang jadi anggota BEM, terus .... WHAT THE HELL!"

Mata Evan membulat saat membaca lagi catatannya. Dia memang merangkum semua hal tentang kampus yang akan dia masuki. Termasuk anggota BEM yang tengah menjabat lengkap dengan sifat-sifatnya dari teman bandnya yang merupakan mahasiswa tingkat akhir di kampus ini.

"Hmmm guys, kalian baca sendiri gih." Ucap Evan mengulurkan bukunya pada mahasiswi yang ada di sampingnya.

"Gue cari Kak Najwa." kata cewek itu cepat setelah membaca sekilas catatan Evan.

Melia tersenyum saat melihat temannya sedang berdiskusi. Suasana ribut itu berlangsung cukup lama hingga memakan waktu setengah jam lebih.

"Ehm, tiga puluh menit lagi waktunya habis." Ucap Melia dengan ringisan di ujung kalimat.

Huh! Melia benci menjadi pusat perhatian.

"Ok, semuanya udah tahu tugas masing-masing kan? Yang mau beribadah silakan beribadah terlebih dahulu."

Rahasia Cinta MeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang