Pelukan Alan ~Final Part~

1.6K 151 14
                                    

Yang kemarin hanya setengah part. Main jujur jujuran aja.

Melia mendongakkan kepalanya. Melihat langit malam yang semakin gelap karena mendung dan bulan yang enggan menampakkan cahaya. Setelah bertemu dengan neneknya, Melia seakan enggan untuk bertemu orang lain.

"Ternyata di sini."

Suara itu mengejutkan Melia. Dia melihat Alan yang berdiri di belakangnya. Dengan lengan kemeja yang tergulung asal, dan rambut yang berantakan membuat penampilan Alan semakin tampan.

"Alan?" tanya Melia saat Alan duduk di sampingnya.

Melia menggeser duduknya tidak nyaman. Gadis itu membuat jarak sejauh mungkin dari Alan yang duduk santai di sampingnya.

"Dari tadi aku mencarimu. Kenapa tidak kembali ke ruang keluarga?" tanya Alan memiringkan kepalanya. Menatap Melia tidak pernah semenyenangkan ini.

"Alan, sepertinya aku nggak bisa lanjutin hubungan ini." Ucap Melia yang memilih untuk memalingkan kepalanya. Enggan menatap pemuda yang membuatnya jatuh berkali-kali.

"Kenapa?"

Alan mengeraskan rahangnya tidak terima. Tangannya refleks mencekal lengan Melia yang akan beranjak, "Apa karena Nenekmu?"

"Mbak Nova suka sama kamu."

Melia menatap Alan dengan matanya yang berkaca-kaca. Jika tahu akan seperti ini, dia tidak akan mengizinkan Alan untuk menemaninya pulang kampung.

"Lalu? Kamu pikir aku barang yang bisa sebebas itu kamu berikan kepada orang lain?!" tanya Alan mendesis.

"Tapi Mbak Nova suka sama kamu Al." Bibir Melia bergetar dalam usahanya untuk tetap kuat.

"Kamu akan diam? Sampai kapan kamu terus-terusan diam seperti ini saat orang lain ingin mempunyai apapun yang kamu punya? Aku kira kamu akan berubah, tapi ternyata kamu masih sama."

Melia mengigit bibirnya begitu kuat sampai bibirnya memerah.

"Saat Calista memintamu untuk menjauhiku, kamu menangis dan melakukannya! Ketika si brengsek Brilly memintamu datang sendirian ke basecamp, dengan polosnya kamu datang. Isi kepalamu itu terbuat dari apa sih, Mel? Kalau aku tidak datang, Brilly pasti sudah  ..." Alan meremas rambutnya frustasi. Alan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Jika mengingat keluguan Melia membuat hati Alan membara. Melia terlalu polos. Alan tahu kelemahan Melia. Gadis itu tidak bisa menolak. Semua masalah selalu dipendam sendiri. Alan benar-benar gemas dengan sikap lemah Melia.

"Alan, aku nggak bisa nolak. Nenek yang minta ..." Melia akhirnya menangis. Tubuhnya menggigil hebat. Melia tidak ingin kehilangan Alan. Melia telanjur mencintai Alan. Sangat mencintainya.

"Jadi kamu pikir aku bisa? Aku bisa bahagia dengan orang yang sama sekali nggak aku kenal?" bentak Alan yang seperti kehilangan akal sehatnya.

Pemuda itu menarik Melia yang terisak ke pelukannya. Menenggelamkan kepala gadis itu di dadanya dengan dagu yang bertumpu di kepala Melia.

"Tapi aku pernah ngerasain yang lebih Al, orang yang aku sayang pergi dengan keinginannya sendiri. Itu lebih menyakitiku saat aku tahu dia tidak menginginkanku lagi."

Alan menanamkan kecupan bekali-kali di puncak kepala Melia. Pemuda itu mengerti apa yang ditakutkan Melia.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku janji."

Melia menangis kencang seraya memeluk tubuh Alan. Melia benar-benar lemah saat Alan menggendong dan membawanya masuk ke dalam kamar tidur.

***

Rahasia Cinta MeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang