"-- Kau keren saat memukul mereka. Boleh aku tahu namamu?"
"Ah!.. kau Jeon Jungkook dari klub seni?"
.
Taehyung lelah sekali. Part-time yang di lakukannya membuat waktu bermainnya semakin sedikit. Walau sebenarnya dia sangat rindu nongkrong dengan teman-temannya.
Tapi ia kehabisan akal untuk mencari bantuan dana selain dari kiriman orang tuanya. Itu tidak akan cukup, jadi ia memutuskan untuk melakukannya.
Untuk itu sebaiknya Taehyung bergegas mandi dan tidur.
Tapi?
"Jungkook?" Sebuah pesan.
.
"Darimana kau tahu aku?"
"Lebih mudah mencari datamu daripada bertanya langsung pada orangnya."
"Ye?"
Anak itu tersenyum.
"Perkenalkan. Kim Taehyung."
Jungkook berjalan lurus.
.
"Oh, ayolah! Beri tahu aku nomormu."
"Tidak!"
"Jungkook."
"Kookie."
"KOOKIE-YA!!"
Sesuatu memdarat di atas kepala Taehyung.
.
"Apa-apaan ini!!"
"Bertemu lagi, jeon!"
"Lepaskan aku!!"
Jungkook mengingatnya. Itu hanya dendam lama yang belum selesai. Dasar kekanakan. Beraninya main keroyok.
BUGH!
Jungkook tiba-tiba sudah berada di dekapan orang lain. Dan ya, itu tidak mungkin dia.
"Taehyung?"
"Senang kau mengingat namaku." Buru-buru Jungkook melepaskan diri, dia ingin segera meremukkan tulang-tulang mereka.
Tapi Taehyung berdiri di hadapannya dengan angkuh, membentenginya seolah Jungkook harus terlindungi.
Oh. Yang benar saja! pikir Jungkook.
"Jangan sok pahlawan ya. Urusan kami dengan kelinci yang satu itu!" Taehyung menyeringai.
"Urusannya. Urusanku juga."
"Ah! Rupanya benar-benar pahlawannya ya. Oke?"
Jungkook berdiri bagai orang bodoh saat tubuh kerempeng Taehyung membanting orang orang brengsek itu satu persatu. Itu sungguh di luar perkiraannya.
"Sana pergi!!"
.
"Nah! Kita berteman, kan?"
Kali ini Jungkook menerima uluran tangan Taehyung.
"Tidak janji."