Jungkook menunggu.
Hampir petang.
Jungkook menunggu bagai orang sinting, membiarkan angin masuk ke pori-pori kulitnya. Membuatnya mengeratkan jaket yang di pakainya. Rambutnya juga sudah tak berbentuk.
Jungkook akan menghajarnya saat orang itu tiba.
.
Temui aku di rooftop sekolah. Penting. Sekarang juga.
.
Taehyung tidak tahu.
Dia hanya panik. Tidak! Dia sangat panik sekarang. Bagaimana mungkin ia mengabaikannya, berapa lama sudah anak itu menunggu.
Dua jam.
Taehyung benar-benar panik.
Dengan modal kakinya, ia berlari. Menerobos apapun yang menghalanginya. Tak memikirkan bagaimana sandal rumahnya bisa terbawa, topi yang di pakainya bahkan hampir terjatuh.
Berpikirlah.
Taehyung. Kim Taehyung.
Berpikir. Ia lupa dompetnya, Sial. Ia juga lupa soal ponselnya. Semua ada di flat. Berlari?
.
Hubungan keduanya dekat.
Setelah hari itu berakhir, mereka punya hubungan yang akrab dan ikatan kuat. Mereka melewati banyak hal bersama. Sebagai sahabat.
Sampai Jungkook melihatnya bersama wanita.
"Maaf. Aku punya seseorang."
.
"Kau kenapa?"
"Tidak ada."
"Katakan padaku. Jungkook!"
"Biarkan aku sendiri."
"Tidak! Kau kenapa sebenarnya?"
"Diam, Taehyung!!"
"Kau Kenapa!"
BUGH!
.
"Maaf."
"Ya, tidak masalah. Walaupun ini sakit sekali." Jungkook mengobati Taehyung pada akhirnya.
"Kenapa kau memukulku?"
"Karena kau membentakku."
"Lalu kenapa kau badmood seperti tadi?"
"Sedang ingin saja."
"Benar?"
"Pliss. Berhenti bertingkah seolah kau mengerti diriku. Kau bukan ayahku."
"Aku memang bukan."
"Menyebalkan." Jungkook sudah selesai dengan antiseptik nya.
"Sudah. Aku mau pergi."
Taehyung memandang punggung Jungkook yang semakin menjauh.
.
"Aku ingin mengerti."