Gue lagi nge-packing baju beserta alat-alat ritual setiap hari gue, dikoper super besar.
Mama papa beserta keluarga besar ngerencanain mudik buat lebaran tahun ini.
Ya pastinya semua keluarga gue ngikut, termasuk keluarga Hyunjin. Karena mudik ini cuma setahun sekali.
Ngomong-ngomong Hyunjin, setelah kejadian itu gue jadi awkawrd tiba-tiba.
Gue juga kabur setiap ada Hyunjin di deket gue.
🌻🌻🌻
Kali ini keluarga besar gue mudik pake minibus. Jadi satu minibus lumayan muat banyak, dan kita nyewa dua minibus.
Gue bodoamat gamau ribut soal tempat duduk, gue langsung duduk dipojok belakang yang kursinya berderet itu.
Gue milih merem sambil dengerin musik pake earpods—ngantuk bor semalem gue begadang sampe jam tiga marathon film horor bareng Jisung.
Ada yang nepuk paha gue, gue masih merem ini males melek. Palingan si Jisung mau ngusilin gue lagi.
Dan lama-lama gue ngerasa earpods gue ditarik-tarik terus. Akhirnya gue kesel dan melek sambil teriak.
“JISUNG!!LO RESE BANGET, GALIAT APA GUE MASIH NGANTUK!!”
Pas gue bener-bener melek ada Hyunjin lagi nyengir di depan gue.
Mau minggat aja.
“Jisung mulu Lo, gue disamping Lo dari tadi ampe ga sadar” ucapnya sambil mempoutkan bibirnya.
“Bomat” Gue kembali membenarkan airpods gue dan menutup mata kembali.
“Ada orang ganteng disamping Lo, Lo malah tidur, cih”
Hyunjin menarik airpods gue lagi, dan menyimpannya di saku celana.
“Dari pada Lo tidur mending dengerin pangeran nyanyi” Hyunjin memutar badan terlihat mengambil sesuatu dari balik badannya.
“Halah. Pangeran kodok kali” ucap gue sambil membetulkan posisi duduk menjadi lebih tegak.
Hyunjin yang tiba-tiba sudah bersama gitar ditangannya, mulai memetik-metik senar.
When you close your eyes, tell me, what are you dreamin'?
Sepatah lirik menguar dari bibirnya.
Diam-diam gue menatap sendu ke arah wajahnya, sedang Hyunjin menatap kearah gitarnya.'Kenapa harus Lo, Jin?' batin gue bersorak.
Waktu terhenti sebentar seakan sedang mengagumi keindahan sosok ciptaan Tuhan.
Dengan senyum yang merekah, Hyunjin mulai mengangkat wajahnya dan menatap lekat wajah gue.
Everything, I wanna know it all
Tatapannya seakan mengunci pergerakan mata gue. Membuat gue susah berpaling dari mata hitamnya. Dan Hyunjin diam-diam tersenyum kecil disana.
I'd spend ten thousand hours
And ten thousand moreDan entah sejak kapan gue mulai mengikuti lirik-lirik lagu tersebut, Mengalun bersama gitar akustiknya membuat gue jatuh dalam tatapan lembutnya.
Oh, if that's what it takes to learn
That sweet heart of yours
And I might never get there,
But I'm gonna tryIf it's ten thousand hours or
The rest of my lifeI'm gonna love you
Lirik terakhir tersisa, tak ada dari satupun kita yang memalingkan wajah, saling menatap tanpa mulut yang berbicara, dan terhanyut dalam sendu yang tercipta.
Sampai terdengar riuhan tepuk tangan dari oknum Jisung, gue langsung memutus kontak dan memalingkan wajah asal tidak bertemu dengan manik sendunya lagi.
“Terhura banget gue, gilaaa” ucap Jisung sambil pura-pura menyeka air mata.
“Kenapa lo berdua kagak ikut audisi Stand up Comedy sih?”
“Salah server goblok” Dengan jurus seribu bayangan, Dongpyo yang berada disampingnya menoyor kepala Jisung.
“Heh! Kurang ajar maneh”
Sore itu, kami saling terdiam memaknai kata hati yang tersirat. Tentang bagaimana perasaan yang semakin menguar, namun tak dapat terartikan.
::To Be Continue::
Maaf lagi ambyar 🙁🙁
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱᴇᴘᴜᴘᴜ ᴍᴀꜱᴀ ɢɪᴛᴜ // ʜᴡᴀɴɢ ʜʏᴜɴᴊɪɴ
Hayran Kurgu❝Hwang Hyunjin, dekat namun tak mudah digapai.❞ ⁀➷ Saling memberi Euforia, namun kelabu tentang perasaan mereka. Saling berbagi kenyamanan, namun lupa akan batas mereka.