Setelah menempuh perjalanan sekitar 6 jam, keluarga besar Natya sampai di Bandung-Kampung halamannya.
Beruntung mereka berangkat dari pagi hari sehingga dapat melihat sawah-sawah yang menghampar di sepanjang jalan. Dan sampai pada sore yang disuguhi pemandangan orang berlalu-lalang di Jalan Asia Afrika.
Sampai disana pun, disambut meriah oleh Aki Nini dan Om Tante yang tinggal di daerah kota kembang ini. Tidak terlalu sepi dan tak terlalu ramai tinggal di daerah ini, ditambah banyaknya pepohonan yang melambai menambah kesan sejuknya sore.
"Kak, unjinnnn" Sapa gadis yang langsung menghambur ke pelukan Hyunjin.
Tara, sudah biasa jika ia suka memeluk sepupunya itu.
"Kak unjin teh naha jarang ka bandung deui? abdi sono ka anjeun" (kenapa jarang ke Bandung lagi? aku kangen.)
Hyunjin membalas dengan kekehan manisnya, "Aku udah sibuk kuliah Tar, nanti kalo kamu kuliah juga bakal tau rasanya"
Tara mendenguskan hidungnya seakan tak percaya alasan Hyunjin.
"Jadi yang di kangenin cuma Hyunjin doang? Ok fine gue balik lagi" Ucap Jisung berpura-pura kesal, melihat drama kangen-kangenan sepupunya ini.
"Lo bau si" Dengan santainya Dongpyo menyahuti Jisung sambil mengunyah sebungkus Chittato kesayangannya.
Sontak mereka semua tertawa mendengar sarkasme dari mulut pedas Dongpyo. Jarang sekali mereka berkumpul lalu saling melempar candaan karena terlalu sibuk dengan hiruk pikuk kehidupan kota. Mungkin hari ini akan selalu dikenang.
Sedikit informasi Dongpyo ini adeknya Hyunjin, tapi kelakuannya sama bejatnya kayak Jisung.
"Mampus euy diledekin bocah" Sahut Natya dengan logat Bandungnya yang tiba-tiba muncul.
"Haduh, barudak teh rame pisan, di dieu heula babantuan om nyate dibelakang" (Haduh, anak-anak rame banget, kesini dulu bantuin om nyate di belakang.) Ucap Om Yunho yang lewat sambil membawa baskom berisi sate.
Dan sedetik kemudian, ruangan yang tadi ricuh sekarang menjadi sepi. Buru-buru mereka melarikan diri agar tidak ikut membantu om Yunho membakar sate.
"Dasar darah muda, darahnya para remaja"
🌻🌻🌻
"Natya!!! Heh perawan kerjaannya tidur doang! Bangun!" Terdengar suara 5 oktaf yang otomatis membuat Natya membuka matanya dari acara tidur sorenya.
"Heh bangun! Kamu tidur apa simulasi mati si??!!" Tanya Bundanya dengan sorot mata yang berkilat-kilat.
"ASTAGFIRULLAH BUNDAA ASAL AJA" Natya langsung bangun dari kasur sambil mengucek-ucek matanya. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil matanya.
"Bangun, cepet mandi! Udah bau kambing gitu juga"
"BUNDAAAAA!!"
"Cepet mandi makannya!" Ucap Bunda sambil beristighfar agar tidak meloakan anak semata wayangnya.
Ada-ada saja kelakuan orang di negara berflower ini.
"Jis, PS kuy" Ajak Hyunjin kepada Jisung yang sedang memeperkan sesuatu di pojok dinding sana.
"Anjing Jisung ngupil jorok bat!"
"Apa hah? Mau?" Kembali Jisung mengorek dalam hidungnya, lalu menyodorkannya ke depan muka Hyunjin.
"Jijik bangsat!"
"Aduh!! Ieu lalaki berisik pisan si 11 12 kayak knalpot racing" Om Yunho kembali datang, yang kali ini membawa baskom berisi daging rendang.
"Tau ni, Hyunjin tuh yang heboh banget" ucap Jisung dengan muka tak berdosa.
Rasanya Hyunjin ingin men-TAK HIH-kan mukanya Jisung saat ini.
'Sabar, orang sabar di sayang teh Raisa' ucap Hyunjin dalam hati sambil mengusap-usap dadanya.
"Iki lanangan kalo opseo gawean mending nganterin makanan ke rumah bu Ina" ucap Bunda dengan multilingualnya yang membuat orang-orang bertepuk tangan.
"Bu Ina yang janda muda di depan rumah?" kali ini malah Papah yang menyahut, yang langsung ditatap Bunda seakan ingin menerkamnya sekarang.
"PAPAH TIDUR DI LUAR!"
::To Be Continue::

KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱᴇᴘᴜᴘᴜ ᴍᴀꜱᴀ ɢɪᴛᴜ // ʜᴡᴀɴɢ ʜʏᴜɴᴊɪɴ
Fanfiction❝Hwang Hyunjin, dekat namun tak mudah digapai.❞ ⁀➷ Saling memberi Euforia, namun kelabu tentang perasaan mereka. Saling berbagi kenyamanan, namun lupa akan batas mereka.