Tara 01

165 11 3
                                    

Seorang gadis cantik dengan rambut panjang tergerai sebatas pinggang sedang terduduk lemas di halte dengan kepala yang diletakkan diantara dengkulnya.

Langit menghitam dengan udara yang terasa dingin mencekam tak terasa sebulir air turun dan semakin deras. Gadis cantik itu mendongak ke atas dan membiarkan air hujan menerpa kulit mukanya yang halus, sesekali gadis itu tersenyum miris dengan tatapan hancur penuh luka.

Tidak ada seorang pun yang mau mengerti dengan dirinya. Keluarga? Mereka pun tidak memperdulikan dirinya, orang tuanya hanya mementingkan pekerjaan dari pada putrinya sendiri. Satu-satunya orang yang peduli dengan dirinya sudah pergi meninggalkan dia selamanya. Laki-laki yang sangat ia cintai yang menjaga dirinya, memeluknya ketika sendiri tidak ada lagi laki-laki yang menghapus air matanya ketika menangis. Dia Dirga irwanta Putra lelaki yang selalu ada untuk Tara.

Tidak akan ada lagi...

Semuanya berubah...

Kebahagiannya terenggut dalam sekejap mata...

Gadis cantik itu kehilangan seseorang yang begitu dicintainya pada malam ini, akibat kecelakaan mobil yang merenggut nyawa kekasihnya.

Dia, Tara Afshen siregar gadis cantik dengan segala rahasia yang dimilikinya. Ia menyentuh kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pusing, memang sejak tadi pagi ia belum makan apapun.

Tara bangkit dan menghapus air matanya dengan kasar ia tidak mau terlihat lemah di depan orang lain. Tetapi untuk hari ini ia tidak bisa menahan air mata yang sejak tadi memerobos keluar dari matanya.

Biarkan untuk hari ini Tara terlihat lemah, ia sangat kehilangan orang yang sangat dicintainya. Tara menyusuri jalan dengan sesekali ia berlari.

Dan saat Tara sedang menyebrang di trotoar sebuah suara klakson berbunyi dari arah kanan. Tara yang berjalan dengan tatapan kosong tidak mengetahui dan tidak mendengarnya.

Tinnn~~~

Pengemudi motor itu membanting stir untuk menghindari Tara.

Bugghhh~~

"woy sini lu!! Jangan kabur bantuin gw bangun" ucap ketus si pengendara motor

"jatoh sendiri bangun sendiri juga dong!!" ucap Tara tak kalah ketus

Tara memandang cowok itu yang sangat mengenaskan dan menurut Tara cara jatoh cowok itu sama sekali tidak elit sekali.

"bacot bat lu ya! Buruan bantuin gw!! kalo gak gw bikin hidup lu gak tenang"

"ribet banget sih jadi orang, bangun tinggal bangun" ucap Tara ketus sambil memapah tubuh cowok itu.

Cowok itu memandang Tara dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia memandang dari atas sampai bawah tubuh tara.

"lu kenapa? Penampilan lu kaya orang gila gitu" ucap laki-laki itu.

"harus gw jawab pertanyaan lu itu?!" ucap Tara setelah itu ia pergi meninggalkan laki-laki itu.

Tara menghela napas kasar lalu memeluk tubuhnya yang terasa menggigil. Tara terus berjalan sepanjang trotoar jalan, Tara merasakan seluruh badannya sakit seperti habis terlindas truk.

"shh" Tara memegang kepalanya yang amat sakit, pamdangannya buram seketika dan saat Tara menyentuh hidungnya darah segar keluar dari dua lubang itu.

"argghh"

"kenapa lu" ucap cowok yang tadi dengan nada dingin dan terkesan cuek

"kepala gw pusing banget"

"naik ke atas motor gw, cepet!!"

"gak mau"

"naik gakk!!"

"gw gak mau!! Lu kenapa sih gw udah bilang gw gak mau" ucap Tara marah

"gw gak nerima penolakan, cepet naik!!

Tara masih dengan pendiriannya. Ia masih berdiri masih dengan memegang kepalanya yang bertambah sakit

"batu banget si lu" ucap cowok itu sambil menggendong Tara seperti membawa karung beras

"turunin gw gak atau mau lu gw banting"

"lu lagi gw gendong kalo lu lupa" ucap cowok itu. Tara hanya bisa membisu dalam gendongan cowok tersebut.

"kalo gini kan enak. Dahlah gak usah banyak bacot tuh mulut"

"cowok sinting" ucap Tara

Dan pada akhirnya Tara dibawa pulang oleh cowok tersebut. Dalam perjalan tidak ada yang mau membuka suara, masing-masing hanyut dalam pikirannya sendiri

"turun" ucap cowok itu

"hmm, udah sana pulang!!" ujar Tara ketus

"lu gak diajarin sopan santun ya sama orang tua lu, udah untung gw tolongin bawa lu balik kerumah"

"lu yang maksa bawa balik gw. Gw gak minta bantuan ke lu" ujar Tara sambil membuka gerbang rumahnya "dan satu lagi orang tua gw gak peduli sama gw dan gak pernah ngajarin apapun ke gw" ucap Tara dengan nada ketus terselip nada lirih di dalamnya.

Cowok itu membeku mendengar ucapan Tara barusan. Ia menatap punggung Tara yang membelakanginya.

"udah sana lu balik" ujar Tara

Baru saja Tara ingin masuk ke dalam rumahnya dengan cepat cowok itu menarik tangan Tara hingga kepala Tara membentur dada bidang miliknya.

Tara menahan nafas saat berada di dalam dekapan cowok itu, ia merasakan detak jantung cowok tersebut. Wangi parfumnya sangat wangi hingga Tara merasa nyaman dalam dekapan cowok itu.

"gak usah gugup gw peluk, biasa aja" bisik cowok itu di telinga Tara

Kana bergidik ngeri merasakan hembusan napas cowok itu di area telinga dan lehernya

"a-paan sih gw biasa aja tuh" ucap Tara gugup

"muka lu gak jago buat boong, dan jelek kalo lu keliatan sedih kaya gini" ucap cowok itu saat melepaskan pelukannya.

"cowok dengan tampang garang, serem, ketua genk motor bisa alay juga ya" cibir Tara

"jaga omongan lu!!"

"kenapa?!! Gak suka hah?!!" tantang Tara

"diem atau gw cium!"

"dih kaya berani aja nyium gw. lu nyium gw, gw banting lu!!" ucap Tara

Tara yakin cowok di depannya ini tidak mungkin berani mencium dirinya di depan rumahnya, jadi Tara bersikap biasa saja

"oh jadi lu nantangin gw" seringainya

"iya kenapa"

Cowok itu merengkuh pinggang Tara hingga menempel pada dada bidangnya, dan mendekatkan bibirnya ke bibir Tara

"E-eh lu beneran mau nyium gw? Selangkah lu maju gw pastiin lu berakhir di rumah sakit" ujar Tara dengan nada sedikit panik

"gw gak peduli"

Cupp~~~

Tara memejamkan matanya saat merasakan benda kenyal dan lembut menyentuh kulit pipinya, terasa hangat bibir yang menciumnya.

Tidak lama hanya lima detik cowok itu mencium Tara. Setelah itu, cowok itu menjauhkan wajahnya dari wajah Tara dan lamgsung melangkah mundur menuju motor sportnya

"Sagara-"

"gak usah baper!"

To be continue...

Hai readers semoga kalian suka sama cerita aku ini ya :)

Mohon hargai penulis dengan tinggalkan jejak kalian setelah membaca, dengan itu aku jadi semangat untuk lanjutin cerita ini

Jakarta, 26 April 2020

T A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang