Tara 06

52 4 0
                                    

Tara menghela napas berat kemudian mendongak, melihat langit yang sudah tidak nampak cerah sepertinya hujan akan turun hari ini. Deru napas Tara yang tidak teratur membuatnya merasakan sesak menjalar ke dalam lubuk hatinya.

Sorot mata kosong. Sesaat wajahnya menjadi sendu. Memori acak berputar begitu saja dalam ingatannya. Tatapan mamahnya yang terlihat begitu lemah. Senyum mamah yang begitu ia rindukan.

Suara isakan tertahan terdengar begitu memilukan. Mengapa takdir selalu mempermainkannya.

Tara ingin sekali bisa berdamai dengan masa lalunya. Bisa menerima semua kenyataan ini. Bisa menerima Mirra dan Sindi. Tapi, rasa egois yang tinggi masih menguasai dirinya.

"Arghhh.." geram Tara

"Lu gak boleh kaya gini terus Tar, jalanin hidup lu seperti yang lu inginkan" ucap Tara pada dirinya sendiri.

Tara beranjak dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Hari ini ia malas untuk melakukan aktivitas apapun.

Drtttdrtt

Ponsel Tara berdering nyaring, membuat Tara terkejut. Belum ada satu menit Tara memejamkan matanya.

Siapakah orang yang berani menelepon dirinya? Pasalnya Tara jarang sekali ditelepon orang kecuali papahnya dan itu juga belum tentu Tara respon.

Tara melirik ke arah layar ponselnya. Tertera nama 'pelakor' di layar ponselnya.

"Ganggu banget nih cewek uler" Tara mengabaikan panggilan dari orang itu yang tak lain adalah Mirra.

Drtttdrtt

Ponsel Tara kembali berbunyi. Kali ini Tara sudah geram untuk apa Mirra menghubunginya.

Tara pun akhirnya menerima panggilan tersebut.

"Mau apa?" tanya Tara tanpa basa-basi

"Tara tolongin mamah nak."

"Gak gw lagi sibuk."

"Mamah mohon Tara kali ini aja mamah minta tolong ke kamu."

"Minta tolong apa?"

"Tolongin mamah nak. Ada anak geng motor yang menghadang mobil mamah"

Tara mendengar isakan diseberang sana. Mirra menangis.

"Sekarang posisi dimana?"

Tara beranjak dari kasur, menyambar kunci motornya dan tak lupa jaket miliknya.

"Mamah sekarang lagi di Jalan Walang gak jauh dari arah jembatan."

"tunggu gw disana. Jangan keluar sebelum gw dateng dan kunci pintu mobilnya!"

Setelah mengucapkan kalimat itu Tara langsung mematikan telfonnya sepihak.

Tara melajukan motor dengan kecepatan lumayan tinggi. Untung saja jalanan menuju tempat itu terbilang cukup sepi. Jarang sekali kendaraan melintas sekitar jalan ini jika sudah larut malam seperti ini.

Motor Tara berhenti. Ia melihat mobil Mirra dan benar saja gerombolan geng motor yang Tara tidak kenal sedang menghadang mobil Mirra.

Tara turun dari motor sportnya dan melepaskan helm full facenya. Ia berjalan ke arah geng motor itu.

"Mau ngapain lu?" suara Tara membuat mereka membalikkan badannya dan menatap Tara tajam.

"Lu yang ngapain disini?" tanya balik salah satu anggota geng motor itu.

"Gw bilang ke lu semua pergi dari sini sekarang juga!"

Pemuda berpostur tinggi tegap dan berparas tampan tetapi menyeramkan melangkah mendekati Tara. "Siapa lu berani ngusir kita dari sini?" tanyanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

T A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang