Hari semakin gelap, dan mereka pun mencari tempat untuk bermalam hari ini. Boy dan Candra pergi untuk mencari kayu bakar dan persediaan makanan. Sementara yang lain menyiapkan tenda dan segala perlengkapan.
Saat sedang berjalan, Boy melihat selintas bayangan di depan matanya. Seketika itu juga Ia tersandung akar pohon dan terjatuh tepat disamping bongkahan batu besar. Dengan keadaan setengah sadar, Boy menemukan sebuah buku tua di sampingnya.
Sesaat setelahnya, Boy merangkak maju menuju arah buku tersebut tergeletak sembari menyingkirkan ranting pohon yang berjatuhan di kakinya. "Ini kan...."
"Boy, dimana kamu? coba kesini bantuin angkat kayu disini." Candra yang tengah kesulitan pun memanggil Boy untuk segera datang ke tempatnya.
Dengan segera Boy memasukkan buku tersebut ke dalam tas hitam kecil yang sengaja Ia bawa. "Iya, tunggu sebentar."
Malam semakin larut, seakan mengajak mereka semua untuk segera beristirahat. "Sebelum tidur gimana kalau kita main ini dulu." Samsuri berdiri sembari mengacungkan sebuah botol plastik.
"Kita mau bersihin sampah? Kalo ngamen kan gaada orang disini," ucap Dhian dengan segera.
"Bukan, kita main tutut or dare," sambut Samsuri.
"TRUTH SAM, BUKAN TUTUT," balas Candra dengan nada tinggi.
"Boleh tuh, bakal seru nih malam ini," sahut Maria.
Maria mendekat ke arah Dhian, begitu juga dengan Boy dan Candra yang sedari tadi sibuk dengan api unggun agar tidak padam.
"Jadi gini, kita putar botolnya, kalau ujung botol mengarah ke arah aku misalnya, aku bisa milih mau Truth apa Dare. Tapi misalnya aku milih Truth, terus putaran selanjutnya aku lagi yang kena, otomatis aku harus pilih yang sebaliknya, atau aku harus milih Dare,dan berlaku sebaliknya. Semuanya ngerti?" Jelas Sam.
"Ngerti Pak Guru." Teriak semua.
Setelah semua mengerti dengan permainannya, mereka kemudian membentuk lingkaran dengan berpusat pada botol air mineral yang saat itu dalam keadaan mengenaskan tanpa busana. Boy memutar botol tersebut. Botol berputar cepat, kemudian melambat dan semakin melambat bagaikan motor tanpa oli. Keadaan itu membuat mereka semua cemas ditambah suasana malam di tengah hutan yang baru mereka datangi membuat suasana mistis semakin terasa, membuat bulu hidung mereka berdiri. Botol pun akhirnya berhenti dan memilih seseorang untuk pendamping.
"Ah dia, tuh Candra." Botol mengarah ke Candra, namun dengan bantuan angin, dengan sekejap botol mengarah ke arah Boy.
"Boy." Teriak semua dengan semangat, namun tidak untuk Boy yang mulai merasa cemas.
"Pilih apa?"
"Aku hanya mau milih dia yang setia dan menerima apa adanya," jawab Boy yang membuat Candra geram dan menggetok kepalanya.
"Serius, Bantal."
"Pilih dare lah, apa lagi."
"Serius nih? Dare nya lu harus muterin hutan ini tiga kali, gimana?"
"Kalo ada setan yang ngejar gimana?"
"Terima nasib aja, siapa tau setan nya itu setia terus menerima lu apa adanya." Jawab Samsuri yang membuat semua tertawa.
"Oke," jawab Boy dengan nada pasrah dan segera berlari.
Beberapa saat berlalu, ketika Boy benar-benar menghilang dan lenyap dari jarak pandang mereka, Boy mendengar suara langkah kaki mengikutinya. Ada sesosok makhluk dengan kecepatan berlari yang luar biasa sehingga dengan sekejap berada di belakang Boy. "Ikut dengan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endgame : The Story
Mystery / Thriller*Update saat ada waktu #SehatSelalu Samsuri, pemuda kelahiran Bandung yang baru saja lulus dari sekolah. Di tengah sulitnya pekerjaan ditambah dengan Samsuri yang tidak memiliki pengalaman kerja, membuat hidupnya menjadi tanpa arah. Namun, pemuda ya...