Keadaan mulai berubah setelah 1 jam berlalu, dari yang asalnya ribut menjadi senyap dan rasa kantuk mulai terasa oleh Maria.
Di sebelah Maria ada Dhian yang sedang asyik menonton film drakor kesukaannya. Dia sudah mempersiapkan berbagai film untuk ditontonnya selama 7 hari ke depan. Dhian sudah punya firasat bahwa di desa kemungkinan tidak akan ada sinyal, jadi dia mengantisipasinya dengan mengunduh film.
Boy dan Candra daritadi sibuk mengobrol dengan topik yang tidak jelas. Mulai dari kenangan saat mereka kecil hingga saat terakhir kalinya mereka melihat keluarganya.
***
Suatu ketika di 2008....
"Ayah, liat aku dapet apa," teriak Boy yang berlari dengan cepat ke arah ayahnya yang sedang duduk di kursi depan.
Rojak yang sedang membaca koran ditemani secangkir kopi, adalah ayah dari trio ABC, yaitu Asep, Boy, dan Candra.
"Iya, kenapa boy," ucap Ayah sembari menaruh koran dan kacamatanya diatas meja. Sejenak Ia melihat anak ke 2 nya berlari dari depan pagar menuju ke arahnya.
"Ayah, aku dapet juara," ucap Boy yang begitu senang sembari menyerahkan sertifikat yang baru saja Ia dapat dari sekolah.
Boy adalah anak yang pintar, bukan hanya otaknya, namun kemampuan mengendalikan emosi yang melebihi kemampuan manusia pada umumnya. Sesuai yang sudah dikatakan kakeknya pada saat Boy baru lahir.
"Boy menjadi anak yang kau ramalkan waktu itu, Ayah. Dia pintar, sabar, dan cepat dalam menyelesaikan masalah." batin Rojak
"Wah kamu dapet juara 1, selamat ya, Boy."
Sesaat setelah itu, datang Candra dengan wajah yang murung, seperti sedang dilanda masalah besar. Candra berjalan ke arah Ayahnya seraya berkata. "Ayah, aku turun peringkat, jadi ke 5."
"Candra, lain kali kamu bisa lebih baik dari hari ini. Ingat apa yang ayah sering sampaikan kepada kamu, bahwa orang yang pintar tidak selamanya akan menjadi juara, mereka akan kalah oleh orang yang tidak pantang menyerah dan menyadari kesalahannya," ucap Rojak.
"Makasih ya, Ayah."
***
Di sisi lain, Samsuri hanya bisa melihat keluar jendela, meskipun hanya batang pohon yang bisa ia lihat. Samsuri kembali teringat masa kecilnya saat pertama kali dibelikan buku oleh ayahnya. Betapa senangnya Samsuri waktu itu, saat melihat buku tentang seorang anak dan ayahnya.
Beberapa tahun kemudian, saat Sam melihat lagi koleksi buku nya dahulu, berjajar kumpulan buku Sherlock Holmes, tokoh yang sangat diidolakannya sampai saat ini. Dan saat ini, Samsuri bertekad untuk melampaui kepintaran idolanya itu.
***
Semakin lama, rasa kantuk pun hinggap di diri Samsuri, hingga akhirnya pun seakan dihipnotis untuk segera tidur dan berkarya di dalam mimpinya.
Beberapa menit kemudian....
"Hei! bangun, kita udah nyampe," ucap Dhian yang langsung membuat Samsuri terkejut.
"Ah! Kamu ngancurin mimpi aku aja, padahal dikit lagi ketemu orangnya," ucap Samsuri kesal karena Dhian menghancurkan mimpinya.
"Eh kenapa ini," ucap Dhian.
"Ini kereta mau jalan lagi, cepetan lari." Mereka pun lari menuju pintu keluar dari gerbong kereta, dan akhirnya mereka berhasil meski Samsuri terlihat kesakitan karena langsung melompat tanpa melihat kemana Ia akan mendarat.
Dhian yang sudah mempersiapkan segala macam obat, segera mengobati Samsuri. Untung saja, dia mengikuti saran ibunya untuk membawa obat.
Merasa kakinya mulai membaik, Samsuri dan yang lain melanjutkan perjalanan menuju desa.
"Tadi itu siapa ya di mimpiku, ngomong pake bahasa inggris lagi." Samsuri pun kembali teringat dengan sosok yang ada di mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endgame : The Story
Mystery / Thriller*Update saat ada waktu #SehatSelalu Samsuri, pemuda kelahiran Bandung yang baru saja lulus dari sekolah. Di tengah sulitnya pekerjaan ditambah dengan Samsuri yang tidak memiliki pengalaman kerja, membuat hidupnya menjadi tanpa arah. Namun, pemuda ya...