1

225 8 6
                                    

( Agata )

Sempurna

Kata itu mengibaratkan seorang yang bernama agata.
Tubuh nya tinggi dan atlentis. Wajahnya yang tampan bak pangeran. Dengan hidung mancung dan kulit putih. Mata hitam lekatnya seperti mencekik siapapun yang berani mendekatinya.

Alis matanya menaungi mata hitam yang lekat. Dengan rahang yang tegas dihiasi rambut tipis yang senantiasa dicukur rapi membuatnya terlihat menggoda siapapun wanita yang beruntung berpapasan dengannya. Bahkan dengan rambutnya dipangkas rapi terlihat segar bagi siapapun yang yang melihatnya. Para pria iri dengan ketampanannya.

-

" Apakah si tua itu sudah melunasi hutangnya? " Nada suara nya terdengar berat dan dalam khas pria dewasa. Dengan suaranya saja terasa bagai mengintimidasi lawan meski ia berkata dengan datar

" Satu minggu lagi tuan " lelaki berjas hitam yang berdiri sedikit membungkuk.

" Terlalu lama, aku ingin gadis itu secepatnya!. Kau sudah mempersiapkan yang kusuruh qirot? " Tanya laki laki itu.

Lelaki berjas hitam yang berdiri itu mengeluarkan map coklat khusus yang disegel dengan lambang FBI.

" Data lengkapnya ada di map ini, tuan. Beberapa data pendukung sudah ada di dalam map ini. Mereka tidak bisa mengelak lagi batas yang anda tentukan sudah sampai masanya. Perjanjian yang anda buat dengab ayah gadis itu akan segera berakhir ketika gadis itu berusia 17 tahun ". Lelaki bernama qirot ini memiliki tubuh tinggi tegap khas orang asia lebih tepatnya khas pria America. Dia berdarah campuran america dan koream sedikit bicara, banyak bekerja adalah ciri khasnya. Wajah nya datar nyaris tanpa ekspresi.

" Semua  persiapan nya sudah lengkap, qirot?". Tanya laki laki itu lagi.

"Yes, sir".

"Kalau begitu siapkan jet pribadi ku kita berangkat besok pagi".

Lelaki itu berdiri sambil berjalan ke arah dinding kaca besar di belakang meja kerjanya.

"Yes, sir".

Lelaki itu mengangkat tangannya tanpa menoleh ke belakang dan memberi tanda bahwa semua orang boleh pergi.

Ruang kerja bergaya minimalis modern itu tampak lenggang. Lelaki itu membuka jas hitam armani nya. Mengendurkan dasi lalu membuka satu kancing teratas meja putih nya. Dengan malas ia menghempaskan diri, duduk di kursi kerjanya, membuka laci di pinggir meja nya dan mengeluarkan foto hitam putih.

"My little honey, We'll meet soon".

Dia berjalan ke arah dinding kaca di belakang meja kerjanya. Kedua telapak tangannya ia tempelkan ke dinding kaca itu. Dinding yang menyajikan pemandangan kota Chicago di malam hari, dari ketinggian 50 lantai tempat ia berdiri kini. Kota di bawah nya tampak seperti kelap kelip lampu berwarna warni.

Pandangannya menerawang jauh melewati batas dinding tersebut, tak terasa sudah 15 tahun dia di kota ini. Kota pelariannya. Tiba tiba bibirnya sedikit menyeringai.

Sebuah pelakat dari emas indah di depan meja kerja yang besar dan kokoh itu. Bertuliskan sebuah nama. Nama laki laki tersebut.

AGATA

AGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang