4

64 4 1
                                    

Maaf kalau ceritanya masih acak acak an.

Jangan lupa
Like👍
Komen💬
And
Follow❤️!

Selamat membaca.

























Malam datang menyapa dengan cepat disaat jam dinding yang besar dikamar anak gadis satu satu nya itu sudah menunjukan pukul 7
Malam.

Dan disinilah Mita berdiri sekarang. Di depan cermin tinggi besar yang memperlihatkan pantulan dirinya. Wanita remaja dengan gaun putih selutut nya. Rambut nya yang panjang digerai menjuntai indah menutupi bahu yang cantik.

Dia memandang pantulan wajah di cermin yang sudah di make up minimalis tapi tidak mengurangi kecantikannya. Pantulan cantik di cermin itu memperlihatkan ke anggunan remaja yang beranjak dewasa. Sweet 17 adalah ajang paling berharga dalam hidup Mita. Ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

"Hai anakku sayang" ayah tersenyum menatap putrinya

"Turun yuk, tamunya udah datang". Ajak ayah.

"Duluan aja, yah. Mita sebentar lagi". Kataku pada ayah.

Dalam hati dia penasaran. Siapa tamu orang tua nya. Siapa orang ini? Apakah dis orang penting? Ah tapi Mita bersikap masa bodo, toh itu bukan urusannya. Paling hanya mau bicara urusan bisnis dengan ayah mungkin, Tapi kenapa harus pas di hari ulang tahun nya sih.

Sekali lagi Mita melihat tampilan dirinya di cermin.

"Ok fix, aku udah cantik".

Sebuah senyum terukir di wajah cantiknya. Teman teman nya bilang dia punya killer smile yang sanggup membuat semua cowok satu sekolah nembak dia (masa seh, alay ). Dan dia berharap ada satu laki laki yang mau nembak dia, tapi sepertinya mereka hanya terjebak dalam zona friendzone. Lelaki itu tak lain adalah Sian. Lelaki yang ia sukai diam diam selama ini.

Mita menghembuskan napas dan mulai berjalan keluar kamar.

_

Dari anak tangga ia berdiri, Mita melihat seorang lelaki sedang bercakap cakap dengan orang tua nya. Seorang pria dewasa menggenakan setelah jas abu abu dan dasi warna navy bergaris diagonal putih. Mita melangkah pelan pelan sambil mengamati pria tersebut. Wajah nya memiliki rahang tegas, dihiasi kumis serta janggut yang sangat tipis dan halus membingkai wajah nya. Rambut hitam lekatnya dipangkas sempurna. Hidung nya yang mancung seperti terpahat dengan pas di wajahnya. Alis mata nya yang lebat, memayungi mata hitam lekatnya. Harus Mita akui, lekaki itu berparas tampan.

Tiba tiba Mita teringat obrolannya dengan oca dan nita tempo hari bahwa bisa saja orang yang datang ini mau dijodohkan dengan nya. Mita menggeleng geleng kan kepala mengusir semua pikiran buruk dari dua temannya itu.

Namun ketika netra nya menangkap objek yang ditakutkannya itu, Mita tersenyum kecil.

"Nah ini dia yang berulang tahun". Kata ibuk riang. Mita berdiri di samping ayah dan ibu nya, sambil tersenyum dia menyalami tamu orang tua nya tersebut.

Lalu ayah menyela. " Nah Mita, ini Agata". Kata ayah sambil menepuk pelan lelaki di sebelahnya. Lelaki itu tersenyum sekilas memperlihatkan lesung pipi di sebelah kanan pipi nya tapi dengan ekor mata nya mencuri tatap dengan Mita.

"Mita...." Sambil mengulurkan tangan nya ke Agata. Tapi tangannya tak segera disambut Agata, justru dia menatap Mita tajam dengan tatapan yang entahlah, sulit bagi Mita menggambarkan tatapan pria dewasa di depannya ini. Dengan kikuk, Mita menarik kembali tangannya.

"Ayo kita mulai dinnernya". Omongan ibuk membuyarkan kalimat umpatan yang baru mau Mita sebutkan buat orang bernama Agata ini.

Mita merasa lelaki bernama Agata ini terus menerus memperhatikan nya. Dia menatap seolah sedang menilai setiap ini struktur wajah Mita. Sesekali dia menjawab pertanyaan ayah dan ibuk.

Penilaian Mita terhadap pria ini adalah dia tipe pria pendiam yang menyeramkan. Tatapan matanya tajam dan itu membuatnya terlihat galak.

Mita yang berasa ditatap terus menerus mulai berpikir ada tumpahan saus di bibirnya atau remah remah nasi menempel di sudut wajahnya. Refleks jempol tangan Mita membersihkan area sekitar bibirnya. Tiba tiba sehelai tisue terulur ke arah nya.

"Terimakasih" kata Mita kikuk.

Agata tak menjawab , tangan kanannya mengambil gelas berisi air lalu meminumnya pelan. Bahkan terlihat sangat pelan di mata Mita. Seolah ada slow motion dimana air itu bergerak masuk ke tenggorokannya dan perlahan memaksa jakun besarnya naik turun dengan perlahan di lehernya yang jenjang. Mita benar benar memperhatikan proses alamiah kaum Adam minum tersebut.
Sayangnya dari sudut ekor mata hitam nya yang tajam, Agata menangkap basah wanita remaja yang polos ini. Lalu dia balas melirik Mita, mengetahui reaksi Mita langsung merona merah membuat nya sedikit geli.

Deg! Jantung Mita terasa berhenti berdetak seketika karena tertangkap basah memperhatikan sang pria dewasa di hadapannya lekat lekat.

"Ok, fix! Ini om om mesum". Jerit Mita dalam hati.

_

Selesai makan, ayah membawa sebuah kotak yanh berisikan sebuah kalung bandulkan batu ukiran rumit beberbentuk bulan. Terlihat bahwa bandul kalung itu seperti memiliki pasangan kalung lain untuk membentuk satu gambaran utuh akan ukirannya.

Ayah yang memperlihatkan benda tersebut, mengeluarkan kalung itu dari kotak yang dari tadi dipegangnya.

"Mita kamu masih ingat kalung ini?" Tanya ayah memecah keheningan yang sempat terjadi diantara mereka.

Mita memperhatikan kalung berwarna ungu berkilau an tersebut. Iya dia ingat, Mita menjawab dengan mengangguk.

Ayah menyodorkan kalung tersebut pada Mita. Gadis yang sedang berulang tahun ini sangat ingat bahwa itu miliknya yang dia dapat 5 tahun lalu ketika ulang tahun nya ke 12. Tapi dia lupa siapa pemberinya. Kalaung itu mempunyai ukiran yang unik, seperti dua buah kalung yang harus disatukan dulu baru terbentuk lah ukiran ukiran indah.

"Apa kamu tau kalau batu ini dibuat sepasang?" Tanya ayah lagi.

"Tidak. Aku kira kalung ini hanya di buat satu berbentuk bulan saja". Jawab Mita.

"Kalung ini dulunta dibuat sepasang satu berbentuk bulan dan satunya lagi berbentuk matahari". Mita terkejut karena laki laki itu tiba tiba berbicara seraya mengeluarkan kalung dari dalam jasnya.

Agata merogoh ujung kalung yang di pakainya. Kalung itu telah melekat padanya sejak 5 tahun lalu. Dia membuka ujung nya agar kalung itu bisa digenggam nya. Begitu bandul berbentuk matahari itu terdapat di genggamannya, dia perlihatkan pada Mita.

Lalu Agata dan ayah saling menyatukan dua kalung tersebut, maka terbentuklah ukiran matahari dan bulan yang saling berhimpitan.

"Ini adalah perlambangan penyatuan semesta yang di ibaratkan lelaki dan wanita. Bulan perlambangan wanita dan matahari perlambangan pria". Agata berkata pelan tetapi sorot mata nya yang tajam laksana elang menatap Mita dengan dalam.

Mita yang kaget tiba tiba agata duduk disampingnya tidak mampu berkata apapun. Tercium aroma parfume seperti campuran rempah dan kayu kayuan menguar dari tubuhnya, membuat detak jantung Mita bergerak lebih cepat untuk sesaat. Setelahnya semua terjadi begitu cepat.

"Aku menunggumu sangat lama, kini aku kan memilikimu seutuhnya" Agata berkata dengan suara yang berat dan dalam. Mita hanya menatap kalung tersebut. Segala sesuatu masih berpendar buram di otak Mita. Betapa mereka seperti bermain teka teki dengan hidupnya.

Ayah tersenyum dia berkata,
"Agata adalah calon suami kamu, sayang". Tiba tiba ibuk sudah ada di sampingnya dan mengelus rambutnya.

Tiba tiba Mita merasa semua pandangannya mulai mengelap tanpa bisa ia cegah. Seketika semua Kesadarannya menghilang. Mita pingsan.

_

AGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang