7

64 4 1
                                    

Maaf kalau ceritanya masih acak acak an.

Jangan lupa
Like👍
Komen💬
And
Follow❤️!

Selamat membaca.
Untuk kota Andorra gambarnya ada di part 6
Terimakasih










1 tahun kemudian

Andorra, jerman


Tik. Tak. Tik. Tuk

Oh, itu hanya suara jarum jam yang terdengar teratur, bukan suara delman tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk.

Tetapi bagiku suara itu bagaikan melodi mengerikan. Bahkan jarum jam saja bisa berdetak dengan irama yang teratur, mengapa tidak dengan jantungku? Detaknya tidak normal terkadang, lebih sering membuat sesak dan sulit bernapas.

Tidak, aku tidak mengatakannya kepada siapa siapa. Cukup untuk berpura pura baik saja, toh nyatanya aku memang baik baik saja sampai saat ini. Aku tidak pernah mendengar namanya lagi tapi kenapa jantungku masih berdetak amat kencang ketika aku mengingatnya kembali.

Ah, kenapa malah membahas masalah jantung? Lupakan. Lebih baik membahas keadaanku saat ini. Suara bising di sekitarku tak mampu mengeluarkan diriku yang tersedot jauh ke dalam duniaku sendiri. Ini ramai, tetapi justru aku merasa sepi. Yah begitulah aku selalu terngiang ngiang bagaimana keluargaku disana, dan apakah ia sang iblis akan menemukanku? Hal itu yang sangat ku takutkan, semoga saja tidak.

-

sudah hampir 20 menit Mita mengelilingi toko buku karena buku yang dicarinya tak kunjung ketemu.

"Apakah stoknya habis?" Guman Mita dengan kesal. Mita menghentikan langkahnya saat jarak 1 meter darinya, buku yang ia cari ada di depannya. Mita mengambil buku itu dengan semangat.

"Yeyyy ketemu" serunya dengan senang. Mita menuju kasir dan membayarnya, ia merogo rogo saku celananya. Ia mulai merasa panik saat ia lupa membawa uang.

Tamatlah riwayatku, aku tak bawa uang OMG!!!

" Ini mbak " mita menoleh kearah pria disebelahnya yang membayar bukunya. Pria dengan kemeja biru navy tersenyum kearah Mita dan Mita pun membalas senyuman itu.

"Aku tau kau lupa tak bawa uang" ucap pria itu.

"Seharusnya kau tak perlu repot membayarnya". Balas Mita mengambil kantong yang berisikan buku yang ia beli, ralat tapi laki laki ini yang membelikannya untuknya.

"Tak apa, aku ikhlas" balas pria itu. Mita dan pria itu berjalan keluar toko buku.

"Cafe dulu yuk" ajak pria itu dan Mita pun mengangguk setuju, ia tak menaruh kecurigaan pada pria tersebut entah mengapa, ia merasa dia pria yang baik.

Mita dan pria itu duduk disalah satu bangku cafe, pria itu memanggil pramusaji dan memesan minuman.

"Mau pesan apa?" Tanya pramusaji itu dengan sopan dan note kecil ditangannya untuk mencatat pesanan.

"Cappucino satu" ucap pria itu dan beralih menatap Mita.

"Ha?" Dengan ekspresi kaget Mita membalas.

"Kau tak pesan sesuatu?" Tanya pria itu.

"Aku--"

"Tak apa, aku yang bayar" sahut pria itu seakan tau apa yang akan diucapkan gadis didepannya ini

"Jus Alpukat satu" ucap Mita pada pramusaji.

"Baiklah. Ditunggu" kata pramusaji itu dan melenggang pergi.

"Oh ya, kenalin aku Luis". Ucap pria itu yang bernama Luis sambil mengulurkan tangannya. Mita tersenyum dan membalas jabatan tangan Luis.

"Aku Mita permata putri" balas Mita.

Mereka tak menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan sejak mereka keluar dari toko buku tadi. Pria itu tak lain adalah Agata dengan menggunakan topi hitam dan juga masker hitam. Ia menyeringai saat mengetahui nama pria yang sedang duduk berhadapan dengan gadisnya. Beberapa bulan terakhir Agata sudah mengikuti gadisnya dan mulai mengiriminya pesan pesan misterius, Agata tak sabar ingin menarik Mita kepelukanya. Ia tak suka jika ada lelaki lain melihatnya karna Mita adalah miliknya.

"Luis" gumamnya dengan seringaian.

"Apakah kau mau menjadi temanku Mita?" Tanya Luis yang masih dapat didengar oleh Agata. Saat ini Agata duduk dibangku belakang Mita.

"Tentu saja" jawab Mita dengan antusias.

Apakah setelah kau tau semuanya, apakah kau masih mau berteman? Batin Agata masih dengan seringainya.
Agata membiarkan gadisnya berteman dengan Luis, ingat! Hanya teman.
Agata mengirim pesan ke seseorang setelah itu Agata pergi meninggalkan cafe.

Setelah Agata pergi meninggalkan Cafe hp Mita berbunyi pertanda ada pesan masuk. Ia membuka pesan itu, alisnya berkerut setelah mengetahui itu adalah pesan misterius yang sering ia dapat beberapa bulan terakhir.

From : +54321xxxx

Hai.... Mita
Semoga kau tak menyesal berteman dengan dia. Jangan lebih dari teman atau kau tak punya akan punya teman.

Itulah isi pesan yang diterima Mita. Tentu saja pesan dari Agata tapi Mita tak mengetahui bahkan apartemen yang ia tinggali sekarang  adalah pemberian Agata melalui kepala asrama yang ditempati Mita saat mita kabur dan hp Mita gunakan juga pemberian Agata.

Mita sekarang bekerja disebuah Cafe sebagai pramusaji untuk kebutuhan hidupnya. Sekarang ia adalah orang sebatang kara sejak ia memutuskan kabur dari Agata meninggalkan keluarganya.

"Ada apa Mita? Ada masalah?" Tanya Luis saat melihat Mita hanya terdiam melamun.

"Tidak! Hanya pesan masuk dari operator katanya paketan internet ku tinggal sedikit" jawab Mita bohong dan memasukan hpnya kedalam saku celananya.

"Aku juga sering menerima pesan dari operator" balas Luis dengan senyuman

Semoga aku tak menyesal berteman dengannya. Ia kan pria baik, dan semoga tuhan melindunginya. Batin Mita. Karena setiap Mita menerima pesan pasti ada saja yang terjadi.

Mita meminum minumanya yang sudah datang sejak tadi.

"Baiklah Lu, aku harus pulang. Terimakasih untuk teraktirannya kali ini" ucap Mita sambil berdiri dari duduknya dan hendak berjalan keluar cafe, tapi tanganya dicegat oleh Luis.

"Ayo kuantar kau pulang" Mita menggelengkan kepala dan tersenyum.

"Tidak udah Lu. Apartemen ku dekat tolak Mita halus.

"Jangan menolak anggap saja ini rasa terima kasih ku karena kau mau jadi temanku" balas Luis

"Baiklah" putus Mita, lalu ia berjalan bersama Luis menuju mobil Luis yang terparkir disebelah cafe.

Luis membukakan pintu mobil setelah pengemudi untuk Mita.
"Thanks" ucap Mita dan masuk kedalam mobil milik Luis, setelah itu Luis masuk ke dalam kursi pengemudi. Luis mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.

Mobil milik Luis memasuki area apartemen yang terbilang elit. Luis hampir terperengah akan apartemen yang Mita tinggali.

"Ini aku tinggal di apartemen hadiah dari kepala asrama yang aku dulu tinggali" ucap Mita seakan tau ekspresi bingung milik Luis dan Luis mengangguk mengerti.

"Baiklah, aku masuk dulu ya. Thanks udah dibayarin bukunya dan udah dianterin" ucap Mita sambil tersenyum.

"Sama sama" balas Luis dan Mita mulai melangkah masuk lobby apartemen.

-

Selamat membaca

AGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang