Vote before reading ❤
Vote sebelum baca, okay?Enjoy~
"Jangan nangis."
"Yaudah kalau gitu jangan pergi..."
"Azura.. We already talked about this, remember?" gue mengangguk pelan dan air mata tetap membasahi pipi gue. Dia berkali-kali mengusap kedua pipi gue dan berniat membuat gue berhenti menangis tapi gue malah menangis lebih kencang. "AAAAA, KAK JIHOON..!!" gue teriak dan dia meredamnya dengan membawa gue ke pelukannya.
Gue mendongak, mengelus rambutnya pelan. "Gue bakal balik kok, i promise."
"Jangan kecantol perempuan lain."
"Iya."
"Jangan pergi dengan perempuan lain."
"Iya."
"Fokus sama kerjaan dan jangan pernah berpikir untuk cinta sama pe-rem-pu-an la-in!" ucap gue mengeja kata terakhir dan memekik pelan. Bunda dan ayah Kak Jihoon udah cekikikan di samping kami, bahkan dia juga udah menahan senyum agar gak ketawa. "Iya, Azura Renjana Langit... Udah ya? Gue dikit lagi harus masuk."
"Janji?" gue memberi jari kelingking gue untuk dia sambut. "Janji." setelah mengaitkan kedua kelingking tersebut, gue melepas pelukannya dan mempersilahkan dia pergi. Dia melambaikan tangan ke kami bertiga dengan senyuman kecil.
Setelah punggungnya gak terlihat, gue dan orang tuanya memutuskan untuk makan dulu di salah satu restoran di bandara. Sambil menunggu makanan kami mengobrol.
"Bunda masih inget kamu dulu lucu banget."
"Sekarang udah gak lucu, bun?" beliau tertawa kecil. "Masih.. Cuma udah kelihatan dewasanya."
"Kak Jihoon juga. Dulu imut, sekarang mukanya udah garang banget. Apalagi dia udah tau gym, jadi ototnya gede banget. Kenapa gak dilarang sih, bun?"
"Loh emang kenapa? Bagus dong dia jadi berotot daripada kecil tapi tulang doang, cemen keliatannya."
"Ya kalau ototnya segede gitu Azura yang ambyar, bun..." ucap gue jujur disambut tawa sepasang suami-istri itu. Gue memang sering berkunjung ke rumahnya tanpa Kak Jihoon. Bahkan kalau gue males pulang, gue akan melipir ke rumah Kak Jihoon untuk membantu bunda masak. Nanti kalau Kak Jihoon pulang biasanya dia ngomel karena gue gak bilang dulu ke dia.
Gue sama bunda juga sering gibahin Kak Jihoon. Bunda sih yang duluan, dia ceritain seluruh kejelekan Kak Jihoon waktu kecil. Gue bukannya ilfeel malah tambah cinta. Berarti Kak Jihoon gak sesempurna bayangan gue, dia masih manusiawi karena punya aib banyak.
"Zura.." panggil ayah saat gue menelan air minum. "Ya, ayah?"
"Kalau Jihoon beneran nikahin kamu, serius mau?"
"Mau kok."
"Tapi Jihoon tuh gak seganteng cowok lain. Badannya juga mungil, gak tinggi. Mau?"
Gue tertawa pelan. "Sependek-pendeknya Kak Jihoon, Azura masih lebih pendek, yah."
"Ya berarti kamu gak bisa memperbaiki keturunan dong?"
Kok sedikit jleb ya..
"Hehe, gapapa, yah. Lagian Zura juga males kalau harus ganti cowok dan ngulang semua dari awal lagi. Belum tentu selain Kak Jihoon ada yang mau sama Zura."
"Loh, kamu cantik loh, sayang.." ucap bunda sambil mengelus rambut gue pelan. "Makasih, bunda.. Tapi dapetin cowok itu susah bagi Azura, hehe. Untung Kak Jihoon mau."
"Yaudah.. Kalau kamu beneran yakin sama anak ayah, makasih banyak ya, Azura. Awalnya ayah gak nyangka Jihoon bisa dapet cewek. Secara dia galak banget."
"Emang galak sih.. Cuma kadang-kadang aja."
"Nanti, kalau kalian nikah, tolong jaga Jihoon ya.. Dia ceroboh, semuanya gak bisa sendiri kalau soal pekerjaan rumah. Sabar aja kalau Jihoon galak sama kamu. Ayah titip Jihoon sama kamu, bisa ya, Zura?" gue tersenyum lebar dan mengangguk. "Bisa kok, ayah..."
Setelahnya kami memakan makanan dan berbincang-bincang banyak hal. Mereka menceritakan seluruh perjalanan mereka dari awal kenal sampai sekarang, lalu gue juga ditanya bagaimana bisa ketemu Kak Jihoon. Kuliah dan karir gue juga ditanya. Saat makanan habis, kami memutuskan berdiam diri karena masih merasa terlalu kenyang. Gue menonton berita di TV, yang menempel di dinding restoran.
"Berita terkini, pesawat Maung Air dengan nomor penerbangan HS-110 jatuh saat 20 menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 15,30 penyebab jatuh masih belum diketahui, sampai saat ini ......."
Gue melebarkan mata. HS-110?
PESAWAT KAK JIHOON?
"B- bun.." mata gue mulai memanas, gue lihat bunda dan ayah juga melihat berita yang sama. "I- itu bukan pesawat Kak Jihoon, kan, bun.."
"Nomor penerbangannya...." bunda langsung melemas pingsan dan ditahan oleh ayah. Gue langsung berteriak mencari pertolongan, beberapa orang langsung mendekati kami begitu juga petugas bandara yang lewat. Mereka membawa bunda ke posko kesehatan dan gue memilih untuk diam di tempat. Gue memutuskan untuk ke meja informasi, menanyakan apa pesawat yang dibilang jatuh adalah pesawat yang ditumpangi oleh Kak Jihoon.
Kalian tau? Dunia gue seakan runtuh saat mereka mengiyakan pertanyaan gue. Kedua kaki gue langsung lemas seakan gue memang gak punya tulang. Gue berkali-kali menepuk pipi gue untuk berharap ini semua mimpi karena kenyataan terlalu kejam untuk diterima. Gue berjalan ke kursi dimana gak ada siapapun yang menduduki. Pikiran buruk merasuki otak gue.
Enggak...
Kak Jihoon gak boleh benar-benar meninggalkan gue dengan cara seperti ini. Harusnya dari awal gue gak pernah mengiyakan dia dan memaksa untuk tetap tinggal. Harusnya gue gak minta dinikahkan agar dia gak merasa terburu-buru untuk mengumpulkan modal. Harusnya gue mengunci dia di kamar agar dia gak bisa ke luar untuk ke bandara. Harusnya..
Harusnya...
Gue gak tau gue harus apa. Gue gak tau hidup gue akan sehancur apa tanpa dia. Gue.. Gue gak tau...
Siapapun, tolong bilang ini mimpi ya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.TBC
Jihoon, how dare u...
Hayo misuh sini misuh...
Btw, iya, itu Maung Air buatan. Mana ada Hoshi punya pesawat namanya Maung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA || Lee Jihoon ✔
Fanfiction"Semesta bagi manusia kan berbeda-beda, tapi semesta bagi aku cuma Kak Jihoon." -Azura Renjana Langit By : Ai 🐣 || Shuahann [Oktober, 2019]