•O3•

34 9 15
                                    

Tuhan......bantulah saya!!"

Sekelebat siluet beradu warna hijau dan putih melintas di pandanganya.

Siluet tersebut menampakkan bayangan yang menuntunnya untuk melepaskan tali yang berada di tubuhnya.

Dalam siluetnya tergambar bahwa ia harus mencari sumber tali dan menariknya hingga terlepas.

Langsung saja ia mengikuti instruksi tersebut, dicarinya sumber tali dan melepasnya dengan paksa, kemudian ia mulai melepaskan ikatan di kakinya, dan yang tersisa kini ikatan di tangannya.

Karena Mira sudah berhasil berdiri ia pun memecahkan piring yang terbuat dari keramik putih untuk melepaskan ikatan di tangannya.

Dengan satu gerakan menyilet sudah mampu membuat talinya membelah dan menjauh dari tangan Mira.

Emosinya sudah tidak bisa terkontrol, bahkan tanganya yang merlumur darah tak bisa ia rasakan.

Darah tersebut berasal dari serpihan kaca yang ia gunakan untuk menyilet tali di tangan.

Jalan terakhir untuknya agar bisa keluar dari ruangan ini adalah menjebol pintu besi tersebut.

Segera ia mengambil kursi dan mulai mendobraknya.

Dua kali ia dobrak tak berhasil, ruangan ini semakin lama semakin panas, ditambah lagi ada darah yang mengalir melalui tangannya.

Rasa nyeri luar biasa tak bisa ia bendung lagi, Mira berteriak sekeras mungkin untuk mengumpulkan tenaga yang ada.

Pandangannya mulai kabur, samar samar ia bisa melihat darah yang jatuh di lantai meletup letup.

Lagi dan lagi siluet tersebut muncul, sekarang menampilkan sebuah tangan yang sedang mengambil sebuah botol cairan.

Ia tidak bisa melihat dengan jelas siluet tersebut, pandangannya semakin kabur, namun tiba tiba saja siluet itu bergerak menampilkan label cairan tersebut.

Mata Mira mulai memincing tajam untuk bisa dengan jelas melihat label tersebut.

HNO3 DAN HCI
-Aqua regia-

"HNO3..... bukannya itu cairan asam untuk menghancurkan besi"

Dia memutar otaknya lebih dalam menelaah semua gambaran siluet yang muncul setiap saat.

Ia pun menatap sekilas pintu yang berada di sampingnya dan beralih menatap darah yang meletup letup.

"Aku harus dapetin cairan asam itu!!"

Dengan cepat ia langsung berlari, membongkar semua laci yang diatasnya ada benda kerajinan.

Berlarian ke kanan dan ke kiri, dia tak peduli sekarang lantai pun sudah sangat panas.

Karet yang ada di alas sepatu hampir meleleh, ia pun tak tau sejak kapan sepatu sneakers ini terpasang di kakinya.

Mulai dari sudut ruangan ia telusuri, tapi dia tak mendapat apa apa.

Bau menyengat mulai muncul, entah darimana yang jelas bau tersebut seperti bau anyir yang bercampur minyak.

Bau tersebut berasal dari blower di dinding ruangan.

Dengan cepat ia bergegas lari menuju kesana, dan melihat samar samar sebuah botol.

Mira langsung saja mencongkel blower tersebut dengan tangan kosong, tak peduli lagi jika besi tersebut sudah mengalami peristiwa konduktor.

Akhirnya ia berhasil membuka nya dan segera membawa botol tersebut ke pintu besi.

Dengan emosi yang memuncak dan wajahnya sekarang yang sudah pucat, ia menyiramkan dengan kasar.

Semakin lama pintu besi itu seperti menyusut, ditambah dengan mulai terkikis perlahan teralis logam tersebut.

Karena reaksi cairan tersebut menurutnya terlalu lama, ia segera kembali untuk mengambil kursi dan mendobraknya.

Tuhan berpihak kepadanya sekarang, ia berhasil membuka pintu tersebut.

Dilihatnya sebuah lorong yang sangat panjang dan sebuah pertigaan di pojok sana.

Mira segera memprogram kakinya untuk berlari secepat kuda.

Sesampainya di persimpangan tersebut ia berbelok kanan, namun belokan tersebut di buntu dengan adanya tumpukan kardus.

Tak mau berlama lama lagi untuk mendorong tumpukan kardus, ia langsung membalikkan tubuhnya dan berlari ke belokan yang lain.

Belum 3 langkah ia pijakan 2 orang dengan tubuh gempal menghampirinya dan menodongkan sebuah airgun berjenis N-70.

Deg-

Mira menghela nafas pelan, nafasnya berderu lebih keras semenjak ia berhasil keluar dari ruangan neraka itu.

"Mau kemana kau??" Tanya seorang pria dengan perawakan seperti seorang gangster.

"Bukan urusan kalian!!"

"Sebuah peluru kecil akan langsung meremas ke dalam otakmu jika kau tak mengatakan apa maksudmu!!?!"

Matanya kini berkaca-kaca, rasa takut bercampur dengan rasa benci mengoyak seluruh raga yang ia pertahankan.

"Menemui pria bodoh yang ingin membunuhku" suaranya mulai melemah, ia tak mau lagi menguras tenaganya untuk membentak bentak seseorang.

"Siapa yang kau maksud??"

"Pria dengan rambut pirang dan otaknya yang mulai tak waras"

Perubahan mimik wajah tercetak jelas di wajah kedua pria ini, dengan hatinya yang masih bertanya-tanya Mira menguatkan iman untuk tak mengajak baku hantam dua orang di hadapannya sekarang.

"Jangan pernah macam-macam dengan atasan kami!!" Kata mereka yang mulai mendekat dan menodongkan senjata kebanggannya.

"Ohhh, jadi pria bodoh itu atasan kalian??" Tanya mira yang kini sudah menahan tawa geramnya.

"Mau aja kalian diperintah oleh pria yang yang sakit jiwa" tawanya puas rasa geramnya terbalaskan sudah.

"Jaga ucapanmu!!??!!??"

Sejurus kemudian kedua pria ini menarik pelatuknya, segera mungkin Mira menghindar.

Peluru tersebut mengarah tepat di kepala Mira, namun ia bisa mengelaknya dengan cara menundukkan kepala.

Namun naas peluru kedua mengenai betisnya, rasa nyeri kini bertambah parah, sakit yang dihasilkan oleh tanganya kini harus beradu oleh peluru yang menancap di betisnya.

Darah mulai mengucur deras dari kakinya, tubuhnya seakan mati rasa, semua yang ia rasakan bercampur aduk menjadi satu.

Kepalanya seakan seperti batu kali yang beratnya Berton-ton.

Tangannya mengepal keras, giginya bergemelatuk tak karuan, matanya memerah bak mata iblis.

Apa yang akan dilakukannya sekarang??.

▶️

Hemmmm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hemmmm.....












TBC

NEXT CHAPTER ............

' 𝐚 𝐜𝐡𝐨𝐢𝐜𝐞 '  𝕃𝕖𝕖 𝕙𝕒𝕟𝕘𝕪𝕦𝕝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang