•O1•

37 9 11
                                    

Duar......duar....duar....

Seketika televisi yang ditonton Jang Mira berubah menjadi sarang semut tanda sinyal dari antena hilang.

"Astaga....tadi sampai klimaks itu, si penjahatnya baru aja mau masuk ke rumah" ucapnya frustasi dan segera menghampiri antena televisi untuk di benarkan.

Dan selama 3 menit membenarkan antena namun tidak ada hasil, Mira hanya berdecak kesal dan mulai melirik jam yang ada di dinding kamarnya.

"Di luar hujan, pas banget gitu ya sama suasana yang ada di film"
Katanya yang terkekeh kecil dan segera mematikan televisi.

Karena hari sudah mulai larut dan Mira harus bangun pagi untuk sekolah, dengan berat hati menarik selimutnya dan memejamkan mata rapat rapat.

Kriieeeet...kriett.....kriett.....

Langkah kaki tersebut terdengar jelas untuk anak yang terlalu sensitif terhadap suara ini.

Dugaan yang ada di kepalanya ia tepis keras keras karena tak mungkin jika saja yang di luar itu makhluk gaib.

Konyol jika memikirkan makhluk gaib bisa menimbulkan suara langkah.

Mira hanya bisa menetralkan deru nafasnya dan mulai memejamkan mata kembali.

Suara tersebut sayup sayup tak terdengar lagi, mungkin faktor suara hujan yang lebih keras.

Brak..........

Kali ini Mira terlonjak kaget karena suara itu berasal dari luar kamarnya.

Tak mau pikir panjang dengan hal tersebut ia mulai menarik selimutnya hingga menutupi pucuk kepalannya.

"Kumohon tuhan...plisss.....bukan..."

Hal ini buruk, kali ini Tuhan tak berpihak padanya karena apa?? Oke
Suara langkah tersebut terdengar makin jelas bahkan Mira bisa merasakan bahwa ada seseorang di balik pintunya sekarang.

Tangannya mengepal kuat, keringat deras lolos begitu saja dari pelipisnya, tak bisa dipungkiri bahwa suhu di ruangan ini sangat dingin namun tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa takut gadis ini.

Seharusnya ia bisa saja teriak untuk memanggil kedua orang tuanya, but... Tidak semudah yang dibayangkan.

Kini bibirnya mengatup keras rasanya lidahnya mulai kelu tak bisa berbicara apapun, kecuali hatinya yang mulai berpasrah kepada Tuhan.

Pintu kamar dibuka perlahan, pikirannya sekarang mulai mengada-ngada, namun dalam lubuk hatinya ia berharap bahwa seseorang tersebut adalah ayahnya atau ibunya.

Gleg-

Tubuhnya mulai lemas, ia yakin bahwa setelah ini ia akan terlelap tapi bukan karena mengantuk namun karena jatuh pingsan.

Nafasnya terhenti karena Mira merasakan bahwa seseorang ini bukanlah ayahnya ataupun ibunya.

Auranya tidak seperti seseorang yang ia kenal, parfum ini seperti seorang pemuda kaya tapi ini terlalu menyengat.

Ia berharap ini hanyalah mimpi buruk yang dialaminya, walaupun ini mimpi buruk ia sangat bersyukur setidaknya ini tak nyata.

Tangan besar tersebut mulai terasa di balik selimutnya, menariknya perlahan hingga memperlihatkan pahatan cantik gadis mungil ini.

"Aku tidak tahan lagi......." Erangnya dalam hati.

Kini tubuhnya bergetar hebat, persetan dengan orang ini jika ia ketakutan.

"Don't be afraid, i'm still stay with you"

Suara itu terasa berat namun nyaman, tapi tetap saja tak mengurangi rasa takutnya.

Tapi sekarang ia tidak peduli dengan rasa takut, yang ada dipikirannya adalah rasa penasaran siapa sosok ini sebenarnya.

ia mulai membuka matanya perlahan, sudah terlihat celana dan background belakangnya.

Matanya mulai meneliti salah satu dari pantulan di depannya ini, matanya mulai bergerak mendongak ke atas dan tepat ketika wajahnya bertatapan langsung dengan orang ini.

Seketika mata Mira melotot lebar karena cowok tersebut langsung saja memasangkan kupluk untuk menutupi wajah Mira.

Sontak Mira yang sedari tadi keadaanya sudah tidak karuan dan sekarang ia mulai kehabisan nafas langsung pingsan di dekapan pria ini.

Pria tersebut dengan senang hati menggendong Mira dengan gaya seperti mengangkut karung beras menuju keluar rumah.

"Saya sudah berhasil melakukannya, kirim mobil untuk bawa saya dengan dia keluar dari daerah ini"

"Pasukan sisi Utara segera mungkin pastikan rudal tersebut tidak mengenai apapun, pasukan sisi barat kalian tutup semula pintu yang ada, pasukan sisi timur awasi keadaan sekitar" ucap hangyul melalui earphone yang ada di telinganya.

▶️
















TBC
NEXT CHAP.....☢️☢️



' 𝐚 𝐜𝐡𝐨𝐢𝐜𝐞 '  𝕃𝕖𝕖 𝕙𝕒𝕟𝕘𝕪𝕦𝕝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang