🌾DC - 4

11K 686 31
                                    

Lea telah kembali masuk sekolah, setelah libur kemarin. Saat ini dia sudah bersiap untuk memulai ujian, ujian kali ini menggunakan komputer sekolah yang telah disediakan, sedangkan untuk beberapa hari lalu dia melakukan uji coba lewat ponselnya. Dengan tenang Lea mengerjakan soal yang tertera pada layar seraya berpikir mana yang pas untuk jawabannya. Waktu ujian hanya berkisar 2 jam, menurutnya itu sangat cepat.

Begitu juga dengan 3 temannya yang bisa fokus dalam mengerjakan ujian, mungkin karena dalam masa ujian, kalau tidak ujian? Mengobrol terus temannya itu, obrolannya pun tidak jelas untuk di dengar.

"Lea semangat, kita lagi ujian buat masa depan yang lebih cerah," bisik Kesha seraya terkekeh lirih.

"Ish, bisa aja kamu. Udah itu lanjutin ujiannya, jangan ngobrol mulu. Entar dimarahin loh, guru sini galak semua," balas Lea dengan berbisik, Kesha hanya tersenyum, kembali menatap layar komputer itu dengan serius.

Sesekali Lea menghela napas, soal kali ini begitu sulit tidak seperti yang dia kira sebelumnya. Waktu terus berputar, apa yang dia jawab semoga benar adanya.

***

Arumi berlari kecil, seolah tak sabar ingin menemui buah hatinya. Sesampainya di ruang rawat, Arumi berhenti sejenak untuk mengatur napasnya yang masih terengah. Setelah merasa baik, dia melihat Dio sedang tertidur lelap dari balik kaca jendela. Arumi tersenyum tipis.

Dengan perlahan Arumi membuka pintunya, lalu masuk ke dalam. Dia sontak terkejut mendapati ada orang yang juga ikut masuk bersamanya, yang tak lain orang itu adalah Arga dengan jas dokter yang menambah kadar ketampanannya pria itu.

"Arga, buat aku kaget aja. Keadaannya bagaimana? I-itu kenapa alat pernapasannya dilepas, Ga?" tanya Arumi saat sadar akan alat pernapasannya anaknya itu sudah dilepas.

Arga yang mendapati Arumi bertanya seperti itu hanya menanggapinya dengan senyuman tipis namun akan terkesan manis bagi siapa saja yang melihatnya, kaum hawa pun akan meleleh dibuatnya.

Arumi merasa malu sendiri, rasanya masih sama seperti dulu. Namun, dia juga harus ingat kalau sekarang dia sudah berkeluarga sendiri meski tidak seperti apa yang diharapkan olehnya.

Arga berjalan mendekat, menduduki kursi kosong di samping Arumi, menatap Dio sekilas lalu menatap Arumi dengan sendu. "Arumi," panggil Arga

"Iya? Ada apa, Ga?" jawab Arumi dengan penasaran.

"Keadaan Dio berangsur membaik, tadi dia sudah makan sama minum obat, lalu tidur lagi katanya dia masih mengantuk. Saya tanya tadi, kata Dio sudah merasakan lebih baik saat bernapas tidak seperti biasanya. Ini keajaiban dari yang kuasa, Arumi," jelas Arga dengan tenang.

Arumi sampai menitikkan air matanya karena terharu mendengar kabar seperti ini, namun dia tidak boleh senang dulu. Ini hanya kabar sementara, belum terlihat sepenuhnya bagaimana kesembuhan Dio agar bisa sembuh total, dan bisa pulang ke rumah.

"Alhamdulillah, terima kasih, Ga. Kamu udah jaga, dan rawat Dio selama di rumah sakit," ujar Arumi.

"Bukan cuma saya yang merawat Dio, ada juga dokter lain yang membantu," balas Arga seraya tersenyum.

Ada sesuatu yang sejak tadi menganggu pikiran Arga, mengingat semalam tadi dia mendengar jika Arumi sesekali terisak saat menelpon dirinya.

"Kamu semalam menangis?" tanya Arga lirih.

Arumi terdiam sejenak, lalu menatap Arga. Iris mata Arga menunjukkan kalau dia ingin tahu jawaban dari Arumi.

Dokter CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang