🌾DC - 8

8.2K 572 23
                                    

Lea meletakkan bolpoinnya dengan kasar, kemudian menatap kembali layar ponselnya yang mungkin saja ada pesan masuk dari grup ujian sekolah.

Dua hari lagi dia akan melaksanakan ujian nasional, tak terasa juga waktu begitu cepat. Dia berpikir, bagaimana untuk nanti melanjutkan ke jenjang kuliah, atau memilih berwirausaha seperti orang tuanya.

"Kak Lea," panggil seseorang yang tak lain Rafa, dengan membawa nampan berisikan segelas susu, dan roti bakar kesukaan Lea.

Beberapa hari ini Rafa menemani Lea belajar, meski begitu dia juga ikut belajar tak hanya menemani begitu saja.

"Repot-repot banget sih, Raf? Nanti aku bisa buat sendiri," balas Lea sopan sembari mematikan ponselnya.

Rafa hanya tersenyum, berjalan menuju meja di samping tempat tidur Lea, meletakkan nampan itu lalu kembali duduk di samping Lea membuka buku yang dia letakkan sebelumnya.

"Nggak kerasa udah mau lulus aja, semoga dapat hasil yang memuaskan ya," ucap Rafa dengan semangat.

Lea tertawa. "Gini aja udah seneng aku, makasih udah selalu ada. Bener-bener, adek paling the best."

Keduanya kembali melanjutkan belajar masing-masing, dengan saling bertanya dan bertukar pendapat.

***

"Dio di mana, Arumi?" tanya Arga pelan, menatap bingung karena sedari tadi dia tak bertemu dengan Dio.

Arga menyempatkan waktu luangnya untuk berkunjung ke rumah Arumi, dia seketika rindu dengan Dio karena sudah lama tidak berjumpa dengan dia.

"Dia lagi tidur, capek banget abis bermain," balas Arumi seraya menaruh secangkir teh hangat di meja ruang tamu.

"Silahkan diminum, Ga. Selagi hangat," lanjut Arumi.

Arga mengangguk paham, mengambil cangkir berisikan teh lalu menyeruputnya perlahan.

"Maaf, aku nggak bisa kalau sering jenguk kalian. Mungkin kalau ada waktu aku akan kembali ke sini lagi," ucap Arga tiba-tiba.

Arumi mengerti, dia tidak bisa menuntut Arga untuk terus bersamanya. Masa lalu, ya masa lalu kini Arga harus kembali pada kehidupannya tidak terus-terusan mencukupi kebutuhan dirinya, dan juga sang anak.

"Aku ngerti kok, Ga. Eum, kalau boleh tau, udah ada calon belum?" tanya Arumi dengan malu.

Arga mengernyit, lalu tersenyum. "Udah, tinggal nunggu aja," balas Arga.

Arumi terdiam sejenak, lantas menatap Arga bingung. "Siapa, Ga?" tanya Arumi.

"Nanti kamu tau sendiri, jangan terlalu mengurusi hidupku ya? Aku mohon, semuanya sudah masa lalu, jadi aku hanya bisa membantu kamu seperlunya saja," balas Arga.

Arumi tersenyum kecut, Arga tau akan apa yang dirasakan Arumi. Arga juga tak salah, masa lalu yang dilakukan Arumi yang membuat Arga ingin jauh dari Arumi. Semua yang dilakukan Arga, hanya untuk menghibur Dio yang menjadi korban keegoisan orang tuanya.

***

Tadi, sepulangnya Arga dari rumah Arumi kembali menuju rumah sakit melanjutkan pekerjaannya. Sampai malam tiba, tepatnya tengah malam dia baru saja sampai di rumahnya.

Dokter CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang