Part 12: Too much why

64 11 3
                                    

Celline pamit pulang duluan sama Anta, sedangkan yang lain hanya bisa menyoraki bucin pada Celline, toh buat Celline yang penting hubungan dia sama Anta udah balik ke jalan yang benar. eheh.

Setelah numpang makan dirumah Lavina, ketiga makhluk astral itu akhirnya milih buat pulang ke habitat dianter sama supirnya Della.

Lavina lega. Gimana ngga lega? Orang utan di rumahnya udah pulang semua ya alhamdulillah:))

Bisa bayangin?
Keliling kota pagi².
Naik vespa bareng Anta.
Belom ada polusi sama sampah masyarakat berkeliaran.
Lampu merah juga belom pada nyala.

Pacaran sama Anta itu simple. Mau jalan kemana ayok! Gaperlu harus disusun sedemikian rupa.
Cukup bonceng motornya,
Dengerin dia ngomong sambil ngalus gajelas,
Udah dijamin bahagia lahir batin.
ga percaya?

cobain kuy:)

#edisimaboklucas.

Capek keliling kota, kering juga kerongkongan ini dari tadi ketawa mulu. Mereka akhirnya mampir di bubur ayam pinggir jalan.
dahla hal apa aja yang ada bumbu 'Anta' itu manis. Biarkan diri ini membucin.

"Yang bayar gue aja ya." Celline hendak beranjak merogoh tas nya mencari dompet.

"Udah aku aja Cell." bantah Anta sambil makan bubur ayam nya yang belom abis.
"Gue aja, ishh dompet gue kemana?!!" Celline sudah panik mengeluarkan semua isi tas nya.

"Dicari dulu yang bener." Anta yang udah sering liat Celline kayak gini cuman bisa menghela napas sabar. "Inget² lagi kamu taro dimana?"

Celline terdiam, hingga dua detik setelahnya.
'Brakkk!'

Celline menggebrak meja bikin Anta yang lagi makan bubur keselek setengah mati.

"KETINGGALAN DIRUMAH VINA NTA!! GIMANA INI?!!" Celline mengguncang brutal bahu Anta.
"Astaghfirullah Cell udah Cell, abis ini mau dianterin ke apart Vina lagi?" -Anta

"Engga deh, agak sorean aja. Mau tidur eheh semalem begadang." Anta mengusak pelan surai Celline gemas.
"Tapi Nta, gue gajadi bayar dong?:(" -Celline.

"Udah dibilang aku aja, bandel sih." Anta mencubit pipi Celline, kemudian beranjak buat bayar makan.
Ninggalin Celline yang atinya udah salto ditempat, Anta itu...

"Mau pulang ngga kamu?" Celline yang melamun, kembali sadar berkat sentilan Anta di dahinya.

APA AKU HARUS SEDEKAH PULAU DULU BIAR BISA DAPET CEMCEMAN KEK ANTA?!!🙂

"I-iya."

.
.
.

"Tunggu bentar ya!" Celline turun dari motor Anta selepas menyerahkan helm. Berlari kecil memasuki apart Lavina.

Ini udah sore, para pekerja yang baru balik kerja dan bertempat tinggal di Apart ini bikin Apart Lavina jadi lumayan rame.
Buru- buru keatas, ambil dompet, pulang. Celline juga bego, dompet segitu pentingnya bisa ketinggalan.

101. 101. 101.
Celline menggumamkan nomor kamar Lavina, setelah dirasa sampai Celline segera mengetuk pintu apart Lavina pelan.
"Lav?"

Tak ada jawaban. Celline memutuskan masuk sendiri saja, toh dia juga udah tau sandinya.
'Cklek'

Setelah masuk apart Lavina, Celline buru² nyari dompet nya di seluruh penjuru apart Vina. Capek juga geledahin sofa, belakang tv, sampe kamar mandi nya Vina juga udah. Ya siapa tau kan manusia ke kamar mandi, ganyadar kalo bawa dompet.

Ngerasa usaha nya sia² Celline beranjak menuju kulkas nya Lavina, numpang minum.

"Lah? Dompet gue?" Celline yang liat dompet nya tergeletak di atas kulkas cuman bisa menggeleng heran.
Niatnya sih abis ini pamit sama Vina, yang mungkin ketiduran di kamar.

"Argghhhh"
"Gue kenapa sihhh?!! Masa ngapalin gitu aja gabisaa?!!!"

Celline terdiam di depan pintu kamar Vina yang keadaan nya udah setengah kebuka.

Celline tak berniat masuk atau menyapa, masih terpaku menatap Lavina yang sudah menyandarkan kepalanya pada meja belajar.

Vina tak menyadari keberadaan Celline karena posisi meja belajar yang membelakangi pintu dan ada di sudut kamar.

'Brakkk!!'

Kepalan tangan Lavina menghantam keras pada lengan² kursi, Celline menggigit bibir bawahnya ngilu.

"Gausah lemah."
"Lo gaboleh gini Lav.."
"Sikap lo kek bocah gini gimana bisa orang tua lo bangga.."

Lavina berucap pada dirinya sendiri sembari memeluk kedua lututnya.

Detik itu juga air mata Celline turun membasahi kedua pipinya, buru² keluar dari apart Lavina dan menutup pintu nya sebelum isak tangisnya keluar.

Selama perjalanan turun ke lantai dasar, Celline hanya menatap kosong sekitarnya dengan air mata yang terus mengalir. Tak jarang ada beberapa orang yang menunjukan tatapan aneh pada Celline.

Berjalan tak peduli, hingga matanya menangkap lambaian tangan Anta di depan apartement.

"Hey, kamu kenapa?" Anta panik melihat Celline datang dengan muka yang sudah sembap.
Celline hanya menggeleng pelan selagi memakai helm.

Selama perjalanan Anta hanya membiarkan Celline memeluk pinggang nya erat dan terisak di pundak nya.

Sedari tadi Anta terus menahan dirinya untuk bertanya apa yang terjadi.

Tak tega.
Khawatir.
Gelisah.
Semuanya jadi satu ketika melihat Celline yang terisak seperti ini.

Motor Anta berhenti di depan pagar rumah Celline. "Makasih Nta," Celline turun dari boncengan motor Anta.

Tak ada yang beranjak, mereka berdua hanya saling menatap retina satu sama lain. Anta hanya berharap tabu dapat mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Tak tahan hanya diam, Anta merangsek meraih Celline masuk ke dalam dekapan nya. Celline terkejut, namun sedetik setelahnya membalas pelukan Anta lebih erat.

"Percaya sama aku, everythings gonna be fine. Kamu masih punya aku." Anta mengelus pelan punggung Celline yang sudah kembali terisak.

-salam lotus

there was a lotus, and she want u to vote mwah <3

ditulis pada massa rindu anda.

Include You √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang