EMPAT

15 0 0
                                    

Jam diniding dikamarnya menunjukkan pukul 06.50 WIB.
Baru kali ini Anggi terlambat bangun, dan itu artinya dia akan terlambat datang ke sekolah. Ia buru buru untuk membuka jadwal pelajaran. Dan jam pertama adalah pelajaran Pak Amirudin. Guru itu bahkan tidak akan segan segan untuk mengusir muridnya keluar karena terlambat sedetikpun masuk kedalam kelasnya. Anggi menghembuskan nafasnya panjang, lalu beranjak mandi. Tak sampai lima menit, ia langsung memakai seragam dan lari kemeja makan. Seperti biasa, ada ayah dan bundanya disana.

"Ngapain sih sayang lari lari gitu?" tanya bundanya

"Duduk, sarapan." kata ayahnya kemudian.

"Ayah, bunda, ini tu udah siang banget. Anggi udah terlambat."

Bunda yang bingung, kemudian memperlihatkan jam tangan kado pernikahannya dengan ayah kepada anggi

"Jam setengah tujuh tepat." kata anggi kemudian "aahh bunda, jam dikamar anggi rusak ternyata, Anggi kena prank dong, padahal udah buru buru." rengeknya

"Yaudah duduk trus sarapan, nanti biar ayah yang anter kamu."  kata ayah menenangkan, sedangkan bunda? Masih tertawa dengan sikap konyol Anggi pagi ini.

Anggi sampai digerbang sekolahnya duantar dengan ayahnya, karena masih pagi.

"Masuk dulu ya yah." anggu berpamutan dan keluar dari mobil ayahnya. Ayahnya tersenyum mengiyakan.

Anggi berjalan menyusuri koridor seorang diri. Kelasnya berada diujung koridor ini. Wajar saja kelasnya nampak paling tenang. Namun saat itu juga anggi merasakan ada yang menggandeng tangan kaannya saat ia sedang berjalan,

"Siapa lo, lepasin gue." kata anggi sambil berusaha untuk melepaskan tangan laki laki itu.

"Ngajak kenalan? Gue Yoga" Katanya

"Lepasin, atau gue gigit lo." kata anggi melawan. Tangan yoga yang begitu kuat mencekal telapak tangan anggi hingga sulit dilepaskan

"Susah ya, mau kenalan sama lo doang, dasar cewek belagu." kata laki laki itu, lalu mendekatkan wajahnya kepada wajah anggi, anggi mundur, semakin mundur, dan langkahnya terhenti karena sudah tak ada lagi ruang untuknya bergerak, wajah laki laki itu perlahan mendekat, makin dekat, makin dekat, dan....

Bugh Bugh Bugh.

Pukulan keras itu membuat yoga tersungkur dihadapan anggi. Selanjutnya yoga lari meninggalkan Anggi dan Tama.

"Lo gapapa?" tanya tama. Anggi mengangguk.

"Ati ati sama dia, gue ke kelas dulu ya." Tama meninggalkan Anggi dan berjalan menuju kelasnya. Anggi sama sekali tak mengeluatkan sepatah kata apapun.

Hatinya berkata " makasih."

Viana sampai dikelas, dan anggi langsung menceritakan semuanya kepada viana, tentang kakaknya yang baru saja menyelamatkan dari laki laki yang ia dengar namanya Yoga.

"Lo tau Tama abang gue?" Tanya viana penuh selidik. Anggi mengangguk.

"Taulah. Cowo rese, ngeselin, nyebelin, super pede. Dan lo kenapa ga bilang sih sama gue." Tanya anggu dengan kesal.

"Gue mau bilang waktu itu, lo motong kata kata gue sh." Jawab viana. Anggi kemudian mengingat ingat kata kata viana, lalu menyeringai, dan menggaruk tengkuknya yang terasa gatal karena malu. Tak lama kemudian pelajaran sejarahpun dimulai. Bu Sabrina menjelaskan panjang lebar tentang para pahlawan revolusi sampai jam pelajaran usai.

"Sekian, ada yang ingin ditanyakan?" Tanya bu sabrina sembari merapikan buku yang ada diatas meja.

Anggi mengangkat tangan ingin bertanya. namun dengan sigap viana menurunkan tangan anggi sebelum bu sabrina melihatnya. Anggi mengerutkan keningnya, Bingung. Padahal bertanya adalah hal biasa yang dilakukan disekolah lamanya untuk mendapatkan poin khusus sebagai tambahan nilai.

"Gausah tanya. Lo mau bu sabrina ga keluar kelas seharian, lo mau ga makan siomay sama minum es jeruk dikantin? Dia kalo jelasin satu pertanyaan bisa ngabisin waktu seharian." Kata viana panjang lebar.

"Ya maaf, gue gatau." Kata anggi.

Kriiiiinnngggg!!!

Jam istirahat pertama. Anggi dan viana bernafas lega, lalu berjalan menuju kantin, seperti biasa, mereka melewati deretan ruang kelas 12.
Anggi menghentikan langkahnya sesaat setelah melihat sosok yoga yang sedang nongkrong didepan kelasnya, yang kini Anggi yakin sekali tengah berjalan kearahnya.

"Balik vi, balik." Kata anggi. Lalu menarik viana untuk kembali ke kelas. Viana yang tidak terlalu berat itu mudah ditarik dengan cepat oleh anggi, hingga mereka berhasil menghindar dari Yoga.

Dring!

Suara handphone anggi berbunyi disertai getaran yang membuat ia langsung mengambil handphone yang ia letakkan dikantung roknya.

1 message unread from +628923665****

"Lo tau ga, ini nomor siapa?" Tanya anggi kepada viana. Dengan cepat viana menggelengkan kepalanya tanda ia tidak tau.

+628923665****
Ke rooftop sekarang

Anggi :
Siapa sih lo.

+628923665****
Gausah banyak tanya. Kalo lo ga mau nyesel.

Anggi :
Apa sih mau lo?

+628923665****
Gue tunggu 10 menit lo ga dateng. Liat aja:)

"Anjirr. Gue ke rooftop dulu vi." Anggi berlari meninggalkan kelas dengan cepat, membuat semua orang yang ada dikelas itu berbisik bisik, dan viana. Masih bingung dengan sikapnya yang berubah cepat.

Anggi berjalan menaiki anak tangga menuju rooftop tempat seseorang misterius itu menunggunya. Tapi tak ada satu orangpun yang ia temui. Sampai akhirnya...

Prok prok prok..
Suara tepukan tangan itu menggema ditelinga Anggi, ia membalikkan badannya. Seorang perempuan berparas cantik seperti barbie dan tiga orang temannya berjalan mendekati Anggi, tanpa sedikitpun anggi takut.

"Muncul juga ya akhirnya. Anak baru belagu." Kata perempuan itu.

"Sorry. Gue ga kenal lo, dan gue ga punya masalah sama lo!" Kata Anggi dengan sangat berani. Ia menggunakan nada yang begitu tinggi untuk memperingatkan perempuan itu. Dan kenalin perempuan itu adalah Catlyn. Seorang perempuan yang menjadi incaran semua cowok di sekolah kecuali Tama dan Yoga.

"Wait, lo ngomong apa barusan, sopan dikit sama kakak kelas emang ga bisa?" Tanya catlyn berikutnya. Dan hampir menjambak rambut anggi, tapi dengan cepat anggi melangkah mudur menghindari tangan catlyn tanpa selangkahpun catlyn mengikuti.

"Gausah main jambak jambak, gue baru keramas. Rambut gue kotor lagi dipegang lo." Kata Anggi,membuat emosi catlyn memuncak. Anghi selalu bisa menghadapi siapapun yang membuat gara gara dengannya dengan santai.

"Anjing!" Catlyn marah.

"Jadi perempuan kok kasar." Kata anggi meremehkan. Catlyn benar benar marah. Wajahnya berubah merah, tangannya mengepal erat dan sekarang melayangkan tamparan kepada anggi.

Plakk!!!

Telapak tangan itu berhasil mendarat dipipi Anggi. Rasanya? Panas, perih, sakit. Bukan pipinya, tapi hatinya. Seorang anak baru yang ngga tau apa apa, tiba tiba di beri masalah oleh seorang kakak kelas yang sangat berambisi untuk memiliki salah satu dari Tama dan Yoga. Anggi menangis.

"Itu kan yang lo mau dari gue?" Tanya catlyn tanpa rasa bersalah, kemudian beranjak pergi dari hadapan Anggi.

"Gausah macem macem makanya sama catlyn." Kata teman catlyn lalu mengikuti langkah catlyn meninggalkan rooftop.

Tetapi, langkah catlyn dan teman temannya terhenti karena ada Tama yang tengah berhenti di ujung anak tangga rooftop, sudah dari tadi? Jelas, Tama menyaksikan semua yang terjadi disana. Mengapa tama tidak mencegah? Karena tama tidak ingin masalah Anggi dan catlyn bertambah. Ia dapat memberi pelajaran kepada catlyn dengan cara yang berbeda.

🌈

WIRAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang