Kringg Kringg
"Baiklah anak-anak waktunya sudah habis, klo begitu kalian boleh istirahat."
"Iya bu."
Adeeva dan Avillia terlihat menghampiri ku dan fitri.
"Eh kantin ga?" Ajak Adeeva.
"Ayolah."
Saat diperjalanan menuju kantin Avillia yang memang sudah banyak mengetahui seluk beluk sekolah ini, menceritakan semua peristiwa dan kejadian kejadian yang pernah terjadi di sekolah ini.
"Nih aku bakal cerita tentang most wantednya sekolah ini."
"Ah Avillia mending ceritain cerita yang menarik dari sekolah ini." Jawab ku tak setuju tentang topik yang akan dia ceritakan.
"Maksud lo hal mistis?" Sarga Adeeva dengan pernyataan ku tadi.
"Y-ya emang apa salahnya?"
"Astaga engga, gue mending denger dia ceritain coganlah nis." Jawab Adeeva.
"Aduhh kalian tuh ya dari pada ribut mending aku ceritain dua-duanya gimna?" Usul Avillia melerai perdebatanku dan Adeeva.
"Nah aku setuju tuh." Ucap fitri.
"Di sekolah kita tuh ada cowo kelas 12 namanya Wildan Zain Wiliam, dia banyak dijuluki orang sebagai Ice Boy karna sikapnya itu dingin banget, irit ngomong, ngomong juga paling banyak 4 kata, tapi jangan salah dia itu murid teladan disini. Udah banyak dia nyumbang piala di sekolah ini."
Dan bla bla, entah mengapa aku sangat merasa bosan bahkan tak tertarik sama sekali.
"Dia udah punya cewe belum?" Tanya Adeeva.
"Nah kata nya dia tuh ga pernah pacaran sama sekali bahkan liat dia sma cewe sekolah aja ga pernah, dia itu misterius. Tapi banyak juga yang bilang bahwa dia itu suka hal hal yang berbau mistis sama kaya kamu nisa." Ucap Avillia.
"Lah kenapa jadi nyamain aku sama dia." Sargahku.
"Eh lo jangan kaya gitu lama-lama lo suka sama dia lagi." Goda Adeeva sambil menyenggol badanku.
"Boro2 suka bahkan ngerasain yang namanya jatuh cinta aja engga dia." Ucap Fitri sambil menunjukku.
"What lo belum pernah jatuh cinta." Tanya Adeeva.
"Hmm entahlah jatuh cinta cuma buang buang waktu untuk sesuatu yang tak pasti bagi aku."
Bukan hanya itu sebenarnya yang membuat aku enggan untuk merasakan cinta pada masa pubertas ini. Ayah, dia udah ninggalin mamah waktu aku kelas 8, sebelum kepergian Ayah pun mereka sering sekali bertengkar bahkan yang aku lihat Ayah sangat kasar kepada mamah, tapi mamah selalu mengatakan bahwa yang dilakukan Ayah itu adlah cinta. Dan saat itu aku menyimpulkan bahwa cinta itu kasar dan memodohkan diri, tapi entahlah apakah aku akan tetap seperti ini ataukah aku akan merasakan cinta suatu saat nanti, namun aku berharap tak akan pernah merasakannya.
"Heh bengong aja lo." Tegur Adeeva.
"Ah engga, ohiya Avillia ayo ding cerita hal mistisnya sekarang."
"Oke, sebenarnya tempat yang keramat disekolah ini tuh banyak, jadi aku bakal ceritain satu tempat aja. Itu terletak di Ruang Kesenian, klo kita mau ketempat itu kita harus melewati lorong yang panjang-"
"Emang ada ya Ruang Kesenian?" Tanyaku memotong ucapan Avillia.
"Jangan dipotong dululah, dengerin sampe aku selesai ngomong nih." Protes Avillia.
"Heheh yaudah lanjut."
"Di Ruang Kesenian itu banyak banget lukisan-lukisan aneh yang dibuat sama salah satu murid yang udah meninggal satu tahun yang lalu namanya Rima dan banyak yang bilang lukisannya itu kadang-kadang bisa menjadi kenyataan, dia perempuan cantik pinterr tapi sayangnya dia ga punya temen sama sekali bahkan dia sering jadi bahan bullyan sama temen-temennya yang sekarang jadi anak kelas 11-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Tua 10.A (END)
TerrorWanita itu diam berdiri, terdiam dengan rambut panjangnya. Dia hanya menangis tersedu-sedu, tapi ada yang aneh. Terlihat tetes demi tetes darah pun dari wajahnya. sampai tiba-tiba dia mengangkat kepalanya dan melihatku dengan mata merah yang menyala...