Yura tadinya cuma mau neduh di gedung fakultas Hukum supaya badannya ga kena tetesan hujan, karena sore itu hujan tiba-tiba datang dan ngebuat dia terjebak di kampus sendirian.
Belakangan ini hujan sering tiba-tiba datang, parahnya menghambat Yura untuk pulang dan membuat perempuan itu terpaksa harus terdiam untuk menunggu hujan reda. Kalau beruntung dia akan dapat tumpangan dari seseorang, tapi kalau apes dia bisa terpaksa menerobos hujan dan berakhir sakit dalam beberapa hari ke depan.
Kali ini dia apes, dia terpaksa menunggu hingga hujan reda di fakultas hukum sembari mencoba mengusap lengannya karena hawa dingin menusuk kulitnya, awalnya Yura berniat untuk duduk di salah satu bangku yang ada di lorong taunya, ada seseorang yang dia kenal lagi mojok sambil mengeluarkan suara-suara setan yang menodai pikiran Yura.
"Astaghfirullah, gue dosa apa coba?" Yura langsung berbalik, lebih baik dia kehujanan dari pada harus ngelihat pemandangan kayak gini, selain ga pantes itu juga nyakitin hatinya.
"Loh Ra? Lo mau kemana? Hujan anjir? Tungguin aja, Taeyong juga tadi nyariin Lo," Lucas tiba-tiba muncul di depannya dengan pakaian yang cukup basah terkena air hujan kelihatannya cowok ini bernasib sama kayak Yura.
Yura tertawa lalu memukul pundak Lucas pelan.
"Nyariin gue apaan? Tuh di pojok ngedesah sama cewe lain," Yura tersenyum, menepuk pundak Lucas lalu pergi menembus derasnya hujan.
Sepeninggal Yura, Lucas cuma bisa ngehela nafas ngelihat kelakukan sahabatnya yang mulai kelewat bejat atau lebih tepatnya emang udah bejat dari orok.
"WOI ANJING!" Teriak Lucas, ngebuat dua orang di ujung sana langsung bangun, si cewek langsung pergi sambil benerin bajunya, dan si cowok yang dengan santainya nyamperin Lucas dengan tangannya yang dijejalkan masuk kedalam kantong celananya.
"Apaan sih teriak-teriak?" Taeyong menghampiri Yuta dengan baju yang berantakan.
Bukan sekali dua kali Taeyong begini, Sudah sering dinasehati mulai dari Yuta, Ten sampai Lucas tapi Taeyong sama sekali enggak merubah. Dia bilang hatinya cuma untuk Yura, tapi setiap hari Taeyong cuma menambah luka di hati Yura dengan gonta ganti cewek.
"Noh si Yura lihat lagi," Lucas menatap Jengah Taeyong yang masih berusaha merapihkan bajunya.
"Anjing?!" Taeyong auto panik, mau nyusulin Yura tapi keburu ditahan sama Lucas.
"Percuma, dia udah kebal ga perlu lo samperin, Yura juga udah hafal kebiasaan lo,"
Ya kebiasaannya Taeyong, berbuat salah, minta maaf, terus diulang lagi. Gitu aja terus sampe monyet bisa terbang. Kesel Lucas lama-lama lihat sahabatnya yang satu ini.
Sedangkan Yura lagi nyari tempat neduh padahal badannya udah setengah basah karena cukup lama ada di bawah derasnya hujan.
"Ra!"
Yura noleh, seseorang yang ia kenal sebagai mahasiswa jurusan arsitek lari kearahnya sambil memegang payung.
"Jaehyun?" Yura mendekat, membuat mereka sekarang berada di bawah naungan payung yang sama.
Untung Yura ketemu Jaehyun, kalo enggak dia udah mirip tikus kecemplung got. Jaehyun emang mirip iron man, suka datang saat Yura butuh.
Walaupun enggak terlalu dekat, tapi memang Yura dan Jaehyun beberapa kali mengisi acara kampus bersama. Makanya mereka cukup kenal satu sama lain.
"Ngapain hujan-hujanan? Kabarin gue juga entar gue samperin Ra," katanya sambil tersenyum, siapapun yakin kalau dia memang pantas di juluki cinta pertama semua orang.
"Ya kali, masa gue ngerepotin lo," Yura membalas senyuman Jaehyun.
Memang Jaehyun cinta pertama semua orang, tapi kayaknya enggak buat seseorang, Yura contohnya. Perempuan ini lebih memilih cowok yang Jaehyun kenal dengan kebengalannya. Ga usah di beritahu, Taeyong, Lucas, Yuta, Ten itu deretan manusia mudah khilaf.
"Mau kemana tadi?" Jaehyun merapatkan tubuhnya ke Yura karena jangkauan payung yang tidak terlalu luas.
"Gue tadinya mau ke kantin, lo tau sendiri dari kelas gue ke kantin kayak matahari sama bumi, jauh," Yura terkekeh pelan.
"Yaudah gue anter, sekalian nunggu hujannya reda," Jaehyun beneran nganterin Yura sampe ke kantin.
Mereka berdua pergi ke kantin, selama perjalanan ke kantin mereka membicarakan banyak hal, emang Yura anaknya gampang bergaul makanya itu jadi daya tarik sendiri di mata Jaehyun yang nyatanya ga se friendly itu ke orang lain.
Di kantin pun tanpa diminta Jaehyun langsung memesan Teh hangat dan segera melepas sweater-nya untuk di pimjamkan ke Yura.
"Pake dulu Ra, daripada kedinginan," Jaehyun meletakkan teh hangat di depan Yura.
Yura ga bisa bohong, angin yang dibawa hujan memang cukup membuat Yura kedinginan sekarang.
"Makasih," Yura segera memakai sweater Jaehyun dan meminum teh hangat untuk membantu menghangatkan tubuhnya.
Jaehyun emang baik, sayangnya terlalu salah untuk jatuh cinta pada seseorang dengan kepercayaan yang berbeda dengannya.
Bagai lagu peri cintaku milik marcell, benteng diantara Yura dan Jaehyun terlalu tinggi, terlalu sulit untuk digapai.
Apalagi kenyataan bahwa Yura pergi ke masjid sedangkan Jaehyun pergi ke gereja ngebuat semua semakin jelas. Takdir lagi ga berada di pihak mereka, tuhan punya rencana yang lebih baik untuk keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐡𝐞 𝐁𝐚𝐝 | 𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠
Fanfiction"Hei, aku melepasmu meski aku masih belajar mengikhlaskan, meski masih dalam bentuk niatan, aku harap kamu tak lagi menorehkan luka yang sama pada raga yang berbeda, perih mu aku paham tapi jangan jadikan itu alasan untuk memberi perih pada hati yan...