04 .

733 137 15
                                    

ayah jeong yang meminta putra satu-satunya itu untuk meninggalkan dunia basket, salah satu cabang olahraga yang paling yunho gemari sejak usianya menginjak umur enam tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ayah jeong yang meminta putra satu-satunya itu untuk meninggalkan dunia basket, salah satu cabang olahraga yang paling yunho gemari sejak usianya menginjak umur enam tahun. basket adalah salah satu sumber kebahagiaan yunho sejak kecil, begitupun ayahnya yang tidak menyetujui sang putra memainkan bola bundar itu. ayah jeong selalu menyuruh yunho untuk belajar tanpa henti, menginginkan putranya itu menjadi orang yang sukses. tapi bukankah itu keterlaluan? masa kecil yunho harus didampingi dengan kebahagiaan bukan hanya untuk sekedar membaca buku dan menjawab soal tanpa henti setiap harinya.

"maaf. tapi aku tidak bisa ayah," yunho tertunduk takut.

ayah jeong mengusap wajahnya kasar menggunakan tangan kekarnya kemudian menatap yunho untuk kesekian kalinya.

"aku lelah dengan ini. aku tidak peduli lagi dengan apa keputusanmu. yang terpenting dari segalanya, kau bisa mengurus perusahaanku dengan baik. jika benda bundar itu mempengaruhi atau merusak tingkat kecerdasanmu dalam mengatur perusahaan, aku tidak akan segan memaksamu untuk meninggalkannya,"

setelah ayah jeong usai mengatakan kalimat itu, sena memulai aktingnya kembali.

"akan aku usahakan agar yunho dapat meninggalkan itu. dan tolong jangan memarahi atau membencinya," aktingnya benar-benar mulus.

tanpa berkata apa-apa lagi, ayah jeong segera pergi meninggalkan orang-orang disana. dapat dilihat dengan jelas dari raut wajahnya, ayah jeong mencoba untuk tidak meluapkan emosinya. kemudian ibu jeong menyusulnya, sebelum itu ia pamit terlebih dahulu kepada yunho, sena, serta seonghwa.

mereka dapat mendengar suara bantingan pintu mobil, menghasilkan suara nyaring yang cukup mengganggu pendengaran. ya.. itu ayah jeong, segitu marahnya ia hanya karna sebuah masalah yang terbilang sepele.

setelah itu, sena mulai beranjak dari tempat duduknya. menggiring kaki mungilnya itu ke arah pintu utama, ia berhasil keluar jika saja netranya tidak mendengar teguran dari seonghwa.

"kau mau kemana?"

"tidak perlu bertanya, sudah pasti kau mengetahuinya."

sena melanjutkan kegiatan membuka pintu utama yang sempat tertunda, ia berlari kecil menghampiri mobilnya yang terparkir apik di garasi.

"yak! apa kau tidak mau menginap semalam saja?"

sena berpura-pura tidak mendengar pertanyaan seonghwa yang belum lama terlontar. ia tetap berjalan tetapi seonghwa tidak tinggal diam, ia mengejarnya. serasa sudah dekat, seonghwa refleks menarik tangan sena agar sang empunya menoleh.

plak!




































sena adalah pelakunya. pelaku dimana suara nyaring itu terlontar akibat tangan mungilnya yang mendarat mulus tepat dipipi tidak bersalah seonghwa.

tangan sena tercetak apik dipipi seonghwa yang mulai memerah, "oh, lihatlah jalang ini," seonghwa mengusap pipinya yang terasa panas.

[✓] un easy ; jyh [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang