Bagian Kelima

56 2 0
                                    

Hola, rders 😊🙌

Selamat datang di tahap kelima 💫 Jangan lupa rders, nikmati perjalanannya

*CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN DARI RDYNIM. SEMOGA RDERS MENGERTI*

🐼🐻🐻‍❄️

[# BAB KELIMA]

Suasana ibu kota tengah diguyur hujan yang cukup deras sehingga, membuat udara menjadi dingin dan lembab. Bagi para pecinta hujan, mungkin 'hujan adalah sebuah anugerah' yang akan membuat mereka merasa nyaman, seperti sedang di dekap oleh seseorang atau menghadirkan seseorang yang menemani mereka yang tengah kesepian. Namun, tidak demikian bagi mereka yang sangat membenci hujan. Yang mana, dari segi perspektif mereka, 'hujan adalah sesuatu hal yang membuat ruang gerak mereka menjadi terbatas' bahkan menurut mereka, orang yang menyukai hujan itu orang mellow. Inilah manusia, memiliki pandangan yang berbeda adalah ciri mereka, mereka dengan berbagai pengalaman di hidup mereka yang membentuk persepsi.

Seseorang menatap keluar jendela yang memperlihatkan aliran air mengalir, tangannya merogoh ke dalam saku apron hitamnya, mengambil sebuah benda hitam pipih miliknya.

"Udah lama juga durasi hujannya" ujarnya, lalu dia kembali kedekat mesin kopi,

"Lo kenapa sih, Gema?" tanya Tania,

"Gak, cuman lihat hujan" balas Gema,

Tania menatap Gema dengan menaikkan alisnya, "udah malam, lo gak berniat pulang?" tanya Tania yang kemudian mengambil duduk disebelah Gema.

Gema menatap Tania datar, "yang ada, gue yang ngomong gitu ke elo" ketus Gema,

Tania tertawa, "yaelah, santai aja. Udah biasa gue, lagian kan ini bukan shift lo"

"Enak disini, wi-fi nya kenceng"

"Ye! Itu sih maunya elo, dasar gak modal" ejek Tania sambil memutar matanya malas, 

"Langit masih disini?" lanjut Tania yang dijawab anggukan kepala oleh Gema.

"Kenapa gak pulang sih? Perasaan hampir tengah malam loh ini" ujar Tania

"Kayak gak tahu Langit aja"

"Iya sih, tuh anak kalau nongkrong disini betah banget, kek apaan aja"

Gema bangkit dari duduknya dan melepas apron hitamnya lalu meletakkan diatas meja, "gua nyusul Langit dulu, tolong beresin nanti ya" ujar Gema membuat Tania memutar matanya malas.

"Serah lo deh,"

Gema berjalan menuju meja yang ditempati Langit, dia menggelengkan kepalanya heran dengan temannya yang satu itu. Hidupnya seolah-olah hanya dia dan untuk dirinya sendiri, tidak mau peduli akan sekitarnya.

"Gak pulang lo?" tanya Gema lalu menarik kursi didepan Langit,

"Bentaran bang, masih hujan" balas Langit

"Yaudah, nginep aja lo disini" ujar Gema

Langit mendengus, "ya gak gitu juga bang" 

"Lagian, lama amat disini"

"Gak mau café nya gue larisin" balas Langit dengan santai dan menatap datar Gema yang cekikian dengan respon Langit.

"Santai-santai, pulang barengan gimana?" tawar Gema

"Gak usah bang, ngerepotin. Lagian gue juga bawa motor sendiri, buat Tania aja" tolak Langit dengan halus,

"Ck, yaudah, gue cabut duluan" ujar Gema lalu bangkit dari duduknya, namun tiba-tiba Gema berbalik kembali ke Langit.

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang