[12] Teman

458 118 134
                                    

Teman itu, ya menemani.”

°°°

Now playing
Stray Kids – I am You

°°°

Langit yang menaungi SMA Mongsang tampak sangat cerah di hari Sabtu ini. Suara pukulan shuttlecock yang silih berganti menciptakan harmoni tersendiri di seluruh lapangan outdoor. Lee Donghyuck tampak antusias, meski hanya terduduk di mini tribun. Sorot mata pemuda itu sejak tadi tidak pernah lepas dari sosok perempuan berambut sebahu di hadapannya.

“Haechan!”

Seseorang memanggilnya, ia kemudian mengalihkan pandang dan mencari sumber suara. Rupanya Lee Jeno menghampiri, kemudian duduk di sebelahnya. Ia telah menduga kedatangan Jeno di tempat ini, karena pemuda itu menanyakan keberadaannya lewat chat.

“Kenapa ada di sini? Kan, Jisung ada di ruang musik,” tanya Jeno yang penasaran dengan keberadaan Donghyuck yang tumben menonton anak-anak club bulu tangkis berlatih. Sebagai jawaban atas pertanyaan Jeno, Donghyuck mengarahkan atensi ke depan. Jeno lantas mengikuti arah pandang Donghyuck.

“Hana?”

Jeno menyebutkan nama perempuan yang dilihat Donghyuck. Tampak Hana sedang berlatih dengan Eunji di antara anak-anak club bulu tangkis. Ia juga melihat guru olahraga mereka, Park Chanyeol.

“Dia beneran masuk club bulu tangkis?”

Donghyuck mengangguk, sembari merekahkan senyumnya memandangi Hana dari kejauhan.

“Padahal semester depan, kita udah fokus ujian. Buat apa masuk club sekarang?” Jeno melayangkan pendapatnya.

“Biarkan saja.” Donghyuck kemudian terkekeh singkat, lalu mengulas senyum. “Jika Hana menyukainya, maka aku juga menyukainya.”

“Jadi, kau sengaja menemaninya di sini?”

Donghyuck mengangguk mantap, membenarkan perkataan Jeno.

“Teman itu, ya menemani, kan?”

Jeno terdiam sejenak, kejadian yang sama pernah terjadi setahun lalu.

“Waktu itu⸺” Jeno melakukan kilas balik dalam benaknya. “⸺Kau juga yang menemaninya seleksi club paduan suara.”

“내 빈자리를 채워줬던 너. 그 빈자릴 채울 수 있던 너. 그저 내 곁에 있어 준 것만으로도. 내겐 힘이 돼/Nae binjalileul chaewojwossdeon neo. Geu binjalil chaeul su issdeon neo. Geujeo nae gyeot-e iss-eo jun geosman-eulodo. Naegen him-i dwae/Kamu mengisi kekosonganku. Hanya kamu yang bisa mengisinya. Hanya dengan kamu berada di sisiku, aku sudah memiliki kekuatan.”

Donghyuck bersenandung. Sorot matanya masih betah menatap Hana di sana. Ia memperlebar senyumnya. Sepertinya, lagu itu mewakili perasaan Donghyuck pada Hana. Sementara itu, Jeno tersenyum sinis begitu mendengar nyanyian Donghyuck. Ia tidak habis pikir, Hana masih mau dekat-dekat dengan Donghyuck, setelah apa yang telah terjadi di antara keduanya.

"Kau tau, Jen?" Donghyuck tiba-tiba berkata pada Jeno. "Aku hanya ingin selalu bersamanya. Itu saja."

Jeno mendengus lemah.

"Ah, padahal aku berharap kalian tidak lagi bersama," celetuk Jeno, namun ucapannya jujur adanya. "Aku pikir, setelah Hana tau soal Choonhee, dia tidak akan sudi lagi berbicara denganmu. Ternyata, aku salah. Hana masih saja memilih untuk bersamamu."

Donghyuck lantas menoleh pada Jeno. Perkataan Jeno ada benarnya. Mungkin seharusnya, hal itu lah yang terjadi padanya dan Hana. Seharusnya, mereka tak saling bicara, tak saling melihat, dan menjadi orang asing kembali.

“Aku nggak pacaran sama Hana,” tutur Jeno tiba-tiba.

Donghyuck mengangkat alisnya, ia termenung sejenak, dan bertanya, “Mengapa mendadak memberitahuku?”

“Siapa tau, kau percaya sama anak-anak,” sahut Jeno merujuk pada Jaemin, Renjun, Chenle, dan Jisung. Jeno lantas menarik napas panjang. “Hana menolakku.”

Netra Donghyuck sontak membola, terkejut. Pemuda itu bisa saja melompat girang mendengar kabar ini, namun ia justru tertunduk. Di mata Donghyuck, sesungguhnya ia tidak khawatir apabila Hana berpacaran dengan Jeno. Sebab, Donghyuck tau, Jeno sangat peduli pada Hana. Namun⸺tetap saja⸺Donghyuck tak akan tahan melihat Jeno dan Hana bersama.

“Kau⸺”

Jeno mengangguk sejenak dan berkata, "Aku sudah mengatakan perasaanku pada Hana.”

Donghyuck terdiam. Suasana menjadi terasa canggung di antara mereka.

“Chan,” panggil Jeno. “Maaf, ya.”

Donghyuck mengerutkan keningnya, dan bertanya, “Maaf?”

Jeno menghela napas sejenak.

“Aku nggak seharusnya mukul kamu, waktu itu,” sesal Jeno. “Aku hanya ... terlalu iri padamu. Dibanding kau, aku bukanlah siapa-siapa bagi Hana.”

Donghyuck menghela napas sejenak.

“Sudahlah.” Donghyuck  kemudian menyentuh bahu Jeno. “Aku memang brengsek saat itu. Aku ... harusnya nggak menantangmu dan menjadikan Hana seperti bahan pertaruhan. Itu salah.”

Jeno mengembangkan senyum, muncul perasaan lega dalam benaknya. Berteman dengan seorang Lee Donghyuck memang tak selalu menyenangkan, karena mereka tidak selalu cocok. Namun, Jeno bersyukur, mereka tak perlu saling menggunakan topeng. Cukup menjadi diri sendiri, bahkan jujur dengan perasaan masing-masing.

Bruk.

“Aw!”

Terdengar suara jeritan yang nyaring dari arah lapangan. Sontak, atensi Donghyuck dan Jeno beralih. Tampak di hadapan mereka, Hana yang terduduk sambil memegangi pergelangan kakinya. Tak perlu berpikir dua kali, Donghyuck dengan cepat berlari, kemudian disusul oleh Jeno.

Eunji yang berada di dekat Hana, lantas membantu gadis itu berdiri. Ia hendak membawa Hana menuju mini tribun.

“Kamu nggak papa?” Tanya Donghyuck begitu tiba di lapangan. Bola matanya bergerak tak teratur saking cemasnya.

“Hana-ya, kamu nggak papa?” Tanya Jeno pula.

“Eh, Jeno?” Hana sedikit terkejut dengan kehadiran Jeno di tempat ini. “Ah, cuma terkilir.”

“Biar aku saja,” ujar Donghyuck, kemudian dengan cepat melingkarkan tangan kanannya pada pinggang Hana. Mengambil alih Hana dari Eunji.

“Di sana,” ucap Eunji sembari menunjuk mini tribun. “Ada kotak obat di pojok kanan.”

Donghyuck kemudian dengan hati-hati hendak menuntun Hana menuju mini tribun.

“Oya,” ucap Jeno sebelum Donghyuck melangkah. “Aku duluan, ya,” pamit Jeno. "Hana, aku duluan, ya. Udah ada Haechan yang bantuin kamu. Aku mau bantuin Jisung dulu di ruang musik."

“Loh, Jeno-kun, cepet banget perginya.”

“Aku udah dari tadi, kok,” sahut Jeno sembari menyungging senyum. “Jangan lupa nanti kalian ke ruang musik. Choonhee akan membuatkan kostum untuk kita.”

“Kami bakal nyusul,” balas Donghyuck dan disusul anggukan kepala Hana.

Jeno kemudian melangkah pergi. Tungkainya bergerak pelan, karena masih betah melihat Donghyuck dan Hana. Sesungguhnya, Jeno masih iri pada Donghyuck. Tetapi, begitu melihat senyum dari wajah Hana di sana, Jeno tidak keberatan untuk membiarkan Donghyuck bersama gadis Kagerama itu. 

"Tapi ... apa mereka hanya berteman?" Gumam Jeno yang sejenak larut dalam perputaran otaknya. Jeno lalu menatap lurus dan mendapati seorang Kagerama Hana yang mengecup pipi pemuda bernama Lee Donghyuck.

bersambung
14/04/2020

Another Flower | Lee Haechan✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang