[13] Takut

465 114 138
                                    

Kamu dekat, tapi terasa jauh

°°°

Now playing
SEVENTEEN – Fear

°°°

“Hati-hati, dong.”

Pemuda bernama Lee Donghyuck itu berkoceh pada Hana. Sementara, gadis yang berada dalam rangkulannya justru mencebik dan memutar bola mata. Jalannya terpincang-pincang, sebab kaki kanannya tidak menyentuh tanah.

“Akh, aw!” cicitnya, menahan sakit di pergelangan kaki.

“Kamu pemanasannya nggak bener, ya?” omel Donghyuck untuk kesekian kali.

Hana sedikit menyungging senyum. Ia senang, pemuda di sampingnya menunjukkan perhatiannya. Hana memejamkan mata sejenak, hatinya menjerit. Detik berikutnya, Hana membuka mata dan mendapati wajah Donghyuck di samping. Jika diingat-ingat, sudah sebulan lebih, Hana tidak sedekat ini dengan Donghyuck.

Kamu dekat, tapi terasa jauh, batin Hana risau.

Hana merindukan Donghyuck, meski sosok pemuda Lee ini hampir setiap hari ia temui. Hana lantas mendekatkan wajah dan sebelum Donghyuck menyadari pergerakkannya, gadis itu telah berhasil meletakkan bibirnya pada pipi Donghyuck.

Kya!” Pekik Donghyuck, amat terkejut. Kedua matanya membulat sempurna.

“Makanya, jangan berisik,” sahut Hana, lalu menggembungkan pipinya. “Beneran sakit ini.”

“Tapi, nggak asal cium, dong, Ha-chan!” protes Donghyuck, kemudian mengendarkan pandang. Takut-takut ada yang melihat mereka berdua. Matanya mengarah pada guru olahraga yang tampak sibuk melatih anak didiknya. “Untung, Park Ssaem (sebutan untuk guru) nggak lihat.”

“Lihat juga nggak papa,” celetuk Hana, cuek. Sengaja menggoda Donghyuck.

“Aish,” desis Donghyuck sembari menatap nyalang Hana.

“Ya udah, sih. Ayo, jalan. Tambah sakit, nih.”

Donghyuck mendengus lemah, kemudian kembali menuntun Hana dengan hati-hati. Ia mendudukkan gadis itu di salah satu bangku, kemudian mengambil kotak obat yang tadi dimaksud Eunji.

“Ini ada perban,” ucap Donghyuck sembari mengangkat perban elastis dari kotak. “Mau pakai ini atau salep aja?”

“Pakai perban aja,” sahut Hana.

Donghyuck kemudian berjongkok di hadapan Hana. Ia mengambil kaki kanan gadis itu, lalu mengurutnya perlahan. Hana meringis, menahan rasa sakit yang seketika menjalar dari bawah ke atas. Namun, dibalik rasa sakit itu, Hana sesekali menahan senyumnya pula. Wajah pemuda di hadapannya adalah alasannya.

“영원한 건 절대 없단 걸. 알면서도 끝낼 수도 없어/Yeongwonhan geon jeoldae eobttan geol
Almyeonseodo kkeutnael sudo eopseo/I know nothing is forever. But, I still can’t let go/Aku tau, tiada yang abadi. Tetapi, aku masih tidak bisa mengakhirinya.”

Hana mulai bersenandung lirih. Donghyuck menengadah begitu selesai membalut pergelangan kaki Hana dengan perban elastis. Binar mata Hana memudar, Donghyuck yang tau maksud nyanyian gadis itu lantas membalas.

“넌 내 기억을 지워야 돼 I'm poison. I know I can't take it no more/Kau harus menghapus ingatan tentangku, aku adalah racun. Aku tau, aku tak tahan lagi.”

Ada hening beberapa saat. Donghyuck dan Hana saling menjatuhkan sorot matanya pada sosok di hadapannya. Dalam keheningan itu, mereka sedang menyampaikan perasaan masing-masing.

Another Flower | Lee Haechan✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang