Tiga hari berlalu, Nayeon kembali lagi ke suasana hati terburuknya. Ia benar-benar menolak untuk makan sedikitpun. Si Cheonsa yang selanjutnya mari kita panggil Bangchan, akhirnya memutuskan untuk membuka obrolan.
"Apalagi yang mengganggu pikiranmu?"
Nayeon hanya diam, pandangannya kosong.
"Baiklah, lihat aku. Aku akan membantu memperbaiki suasana hatimu. Kau mau apa?"
Nayeon perlahan menoleh ke arah Bangchan.
"Apapun?"
"Eoh, apapun agar kau senang."
"Baiklah, kalau begitu bantu aku."
"Apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanya Bangchan yang kini duduk di hadapan Nayeon.
"Balaskan dendamku terhadap orang-orang yang menyakitiku. Setidaknya, buat Jihyo dan Minho menderita."
"N-ne? Tidak. Aku tidak bisa. Itu terlarang untuk ku lakukan."
"Baik, kalau begitu pergilah. Tinggalkan aku. Tanpa kau juga sama saja."
Bangchan menunduk. Sejenak memikirkaan apa yang harus ia lakukan sekarang.
"Baiklah, aku.. aku akan membantumu." Jawab Bangchan ragu-ragu.
"Benarkah? Kau akan membantuku?" tanya Nayeon yang sontak memegang tangan Bangchan dengan raut muka semangatnya.
"Buat mereka tidak lolos ujian masuk universitas dan terkena sebuah kasus. Mereka harus tau rasanya dianggap sebagai sampah." sambungnya.
"Nayeon, i-itu.. menurutku itu terlalu parah."
Nayeon merengut dan berjalan keluar kamar meninggalkan Bangchan.
"Ya, ya baiklah akan ku lakukan. Tapi kau berjanji setelah ini kau akan berusaha melupakan masalah ini kan?" teriak Bangchan dari dalam kamar Nayeon.
Nayeon yang sudah berada di luar pintu kamarnya, masuk kembali dan berlari memeluk Bangchan.
"Kau memang yang terbaik. Tidak sia-sia Tuhan mengirimkanmu. Balaskan ya. Hehe."
Bangchan sudah berjanji untuk membalaskan dendam Nayeon kepada Jihyo dan Minho, orang-orang terdekat Nayeon yang kini menganggapnya seperti sampah.
Jihyo dan Minho saat ini berada di salah satu club besar di Seoul. Bagaimana bisa mereka masuk ke sana? Tentu memanfaatkan kekuasaan orang tua mereka.
Jihyo dan Minho sedang duduk berdua menikmati minuman yang tidak seharusnya mereka nikmati sekarang. Mereka sudah menghabiskan berbotol-botol minuman dan terlihat sedikit mabuk. Jihyo yang masih lebih sadar, mengingatkan Minho untuk berhenti minum tapi Minho tidak menggubris kata-kata Jihyo.
"Sayang, ayo pulang. Nanti papa mencariku."
"Se-sebentar.. setelah i-ini, ne? Haha." jawab Minho sambil menumpu kepalanya dengan tangan.
Seorang laki-laki terlihat mendekati Jihyo. Ia mengajak Jihyo berkenalan dan menari ke tengah namun Jihyo menolak. Ia tau jika ia meladeninya, akan menjadi sebuah malapetaka.
"Yaiishh! K-kau! Be..beraninya meny— menyentuh pacarku!" teriak Minho yang dalam keadaan mabuk ini. Ia berjalan sempoyongan mendekati dan mencengkeram baju lelaki asing tadi.
Tanpa basa-basi, lelaki asing tadi memukul wajah tampan Minho dengan keras hingga Minho terjatuh.
"Minho!" Jihyo sontak menolong kekasihnya yang tidak bisa memberi perlawanan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHEONSA • Bangchan
Fanfiction"K-kau siapa?" "Aku Cheonsa." "C-cheonsa? malaikat? " "Eoh, Cheonsa. Aku malaikat penolong. Aku akan menyelamatkan dan mengobati hatimu dari kesedihan." Tuhan bisa mengutus mengutus malaikat untuk mengobati kesedihanmu, tapi Tuhan juga bisa murka...