Chapter 9

2 0 0
                                    

aku melangkahkan kakiku mundur untuk menjauh dari Meja Vino cs dan
"Bruk!!"
"Aw"
"Shei!" Kaget Bunga yang melihatku terjatuh, ya salah satu kakiku masuk ke lubang kecil yang pas berada di belakangku
"Luka Shei! Gimana sih lo!" Vino menghampiriku dan meraih tanganku yang terluka, aku membiarkan Vino membersihkan debu yang menempel di sekitar lukaku, pandanganku lagi lagi bertemu dengan mata Rean hal itu membuatku tidak memperhatikan Vino

Aku melihat tatapan khawatir di mata Rean, namun kenapa dia tetap stay cool dan tidak memperdulikanku? Dia hanya menatapku dan sesekali menatap luka yang Vino bersihkan

"Udah Vin! Cuma luka biasa kok! Oiya gue ke Arum ya!" Aku menarik tanganku dan bergegas untuk berdiri
"Ngek! Ayo!" Ajakku pada Bunga dan berlalu meninggalkan Vino cs, sebelum aku benar benar meninggalkan mereka, aku kembali menatap Rean dan alhasil Rean masih sama, tetap menatapku padahal temannya yang lain sudah kembali fokus pada gamenya
"Ngek! Gue malu plus sekarang jantung gue loncat loncat!" Bisikku ke Bunga sembari tetap berjalan
"Lebay lo Shei! Lagian lo ceroboh banget!" Tanggap Bunga yang hanya aku balas dengan nyengir kuda

"Eh Shei lo kenapa?" Tanya Arum setelah aku baru tiba di mejanya
"Jatuh dia! Biasa bukan Sheila kalo gak ceroboh!" Jawab Bunga
"Luka dikit kok Rum! Tadi juga udah di bersiin sama Vino!" Sambungku menjawab pertanyaan Arum
"Loh kok Vino? Emang Rean gak peduli?" Goda Arum kepadaku
"Rean bakal peduli? Sampe air laut gak asin pun kayaknya gak bakal terjadi deh Rum! Hahaha!" Ujar Bunga
"Kan aku kenalnya sama Vino! Apalagi kalian tau kan kalo Vino itu emang baik banget! Ya mungkin keduluan Vino!" Jawabku
"Cielah bucin lo!" Tanggap Arum sambil tertawa yang di susul oleh Bunga
"Lagian sih! Ini cuma luka biasa kok!" Sambungku tak terima di tertawakan
"Iyaa Shei! Bebas deh lo mau bilang apa! Nih minum dulu oreo milk chocolate! Biar kuat ngebucinnya!" Bunga menyodorkan minuman yang aku pesan
"Iya iya!" Dengan meng iyakan perkataan Arum dan Bunga, berharap mereka berdua berhenti mengangguku

Waktu pun menunjukkan pukul 10 malam, aku dan Bunga memutuskan untuk pulang begitupun dengan Arum

✨✨✨

"Shei! Istirahat makan bakso yuk, di kantin pak Hasan!" Ajak Reni yang sedikit berbisik karena tidak ingin guru yang sedang menjelaskan mendengarnya, aku berfikir sebentar lalu langsung mengisyaratkan oke dengan mengacungkan jempol

Setelah sekian lama, akhirnya bel istirahat pun berbunyi, karena tak ingin mengantri terlalu lama, aku dan Reni langsung berlari menuju kantin pak hasan yang berada di halaman belakang sekolah, dan untung saja ketika aku sampai kantin itu masih sepi

"Pak hasan! Bakso dua ya pak makan sini!" Ujar Reni memesan bakso
"Oke non!"
Tak lama bakso pun datang, aku dan Reni langsung menyantap bakso itu

"Shei! Lo udah belum tugas dari bu Romlah?"
"Yang mana Ren? Perasaan gak ada tugas!"
"Yaelah ada Shei! Awas lo kena hukum kalo belum!"
"Astaga iya Ren gue belum! Simbol peta itu kan?"
"Nah loh! Gimana tuh!"
"Palingan juga bu Romlah gak masuk! Kan sering tuh gitu!" Ujarku dan kembali menyantap bakso

"Pak hasan! Ini uangnya ya tadi nambah air botol sama lontong!"
"Iya non pas!"
"Pak hasan bakso satu!" Ujar seseorang yang baru saja memasuki kantin, seperti familiar dengan suaranya
"Siap den Rean!" Tanggap pak Hasan, benar saja dia Rean aku kenal dengan suaranya, aku membalikkan badanku untuk meninggalkan kantin namun lagi lagi aku melihat Rean menatapku, menatap mataku dan tanganku yang terluka walau tertutup seragam, aku berusaha tidak menperdulikannya bisa saja jantungku kelelahan kalau aku tidak cepat cepat keluar dari kantin

✨✨✨

"Shei! Ada bu Romlah!" Ujar Reni yang berlari dari luar kelas
"Hah! Mampus dong gue!"
"Mau ngerjain juga gak nutut Shei! Bu romlah udah perjalanan ke kelas!"
"Ya gimana lagi! Kena hukum nih gue!"
"Yang sabar ya Shei! Lain kali jangan suka ngentengin!" Ujar Reni mengusap punggungku

"Kumpulkan tugas kalian!!" Perintah bu Romlah yang baru saja memasuki kelas, aku menghampirinya dan berkata jujur bahwa aku tidak membuat tugas, dan dugaan yang sangat benar, aku di hukum mengerjakan tugas itu di luar kelas dan mendapat 2 poin pelanggaran

Kini aku berada di taman pinggir lapangan, menduduki kursi taman dan memulai membuat tugas
"Kena hukum lo Shei?"
"Eh Vino! Kok lo ada disini?" Kagetku karena melihat Vino
"Biasa jam kosong! Main basket sama anak anak!"
"Owh! Iya nih gue kena hukum bu romlah!" Ujarku dan menjawab pertanyaan Vino
"Yaudah Shei gue lanjut main ya! Semangat lo!"
"Oke Vin! Makasih!" Vino meninggalkanku dan aku kembali fokus mengerjakan prku

"Rean!" Panggilku yang melihat Rean duduk di sampingku, dia hanya menatapku dan mengambil tanganku melipat lengan seragamku dan membersihkan lukaku menggunakan alkohol, setelah selesai membersihkannya Rean meneteskan obat merah dan menutupnya menggunakan plaster luka bermotif emoticon, aku tersenyum melihatnya bahagi sekali hati ini hingga rasa perihnya luka tak lagi kurasa

"Shei! Bangun Shei!"
"Hmmm iya Rean!"
"Shei! Gue Reni!" Reni kembali membangunkanku, aku pun terbelalak dan sadar ternyata semua yang aku alami hanyalah mimpi
"Sudah?" Tanya Reni
"Eh iya Ren! Sudah kok!"
"Yaudah langsung kumpulkan ke ruang guru katanya! Gue mau ke doi dulu ya!" Ujar Reni dan berlalu meninggalkanku
Aku termenung mengingat mimpi yang tadi menghampiriku, mimpi namun terasa sangat nyata, aku mencoba mengecek luka ku

"Loh! Ini siapa yang pasang plaster?" Bingungku setelah melihat luka ku
"Apa Rean?"
"Tapi tadi kan cuma mimpi!"
"Tapi ini kok nyata? Plaster nya juga sama! Motif emoticon!"
"Iyakah Rean?"
Tanyaku kepada diriku sendiri, aku mengedarkan pandanganku ke arah sekitarku, namun sudah tidak ada siapa siapa selain siswa kelas X yang lalu lalang, bingung? Penasar? Ya hal itu yang aku rasakan, namun jika benar ini Rean yang melakukannya
"Anggap aja ini Rean!! Duh gue bahagia!"

REAN - YUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang