usaha

12 4 0
                                    

"Bismillah dulu kelvin baru jadi Alhamdulillah".
-Renaya Zella

Hari ini naya bangun pagi sekali untuk melakukan tahap tahap usaha yang telah dia susun tadi malam.

Hampir semalaman penuh naya memikirkan bagaimana cara menaklukkan hati seorang Kelvin Argasa.

Naya menuruni tangga dengan senyum mengembang di bibir merah alami nya.

"Pagi bunda". Sapa naya ketika sampai di meja makan.

"Pagi juga anak bunda". Jawab bunda dari arah dapur.

Seperti biasa bunda memasak nasi goreng kesukaan naya.

Bunda meletakkan beberapa piring di meja makan bersamaan dengan datang nya ayah dan kenzo dari lantai atas.

"Pagi sayang". Ucap ayah mencium kening naya dan bunda bergantian.

"Pagi". Jawab naya dan bunda bersamaan.

Kenzo menarik kursi meja makan dan duduk di samping naya.

"Berangkat bareng kan?". Tanya kenzo pada naya.

Naya hanya bergumam singkat, dia sedang memikirkan rencana nya untuk mendekati kelvin.

Sepanjang perjalanan ke sekolah tidak henti nya naya mengucap doa, entah itu doa mau tidur atau doa mau makan dia tidak peduli yang terpenting dia harus berhasil.

Sesampai nya di sekolah naya langsung turun dari mobil sebelum suara seseorang mengintrupsi nya.

"Jangan aneh aneh kalo sekolah". Kenzo mengingatkan.

Dia merasa aneh dengan adik kesayangannya ini.

"Siapa juga yang aneh aneh, abang tuh suka ngerokok di roftoop". Ucap naya sambil melirik tajam ke arah kenzo kemudian keluar membanting pintu mobil dengan keras.

"Dasar abang ngeselin".

"Dia tuh yang harusnya ga aneh aneh".

"Sekolah ya buat belajar bukan buat aneh aneh".

"Kecuali kalo mengejar cinta itu beda lagi cerita nya".

Begitulah kira kira ocehan naya sepanjang jalan menuju kelas.


•••

Renaya dengan gusar menunggu jam istirahat, dia merasa jam hari ini berjalan sangat lama sedangkan pikirannya sudah berkelana.

Pelajaran semakin membosankan akhirnya dia memutuskan untuk mendinginkan otak sebentar ke kamar mandi.

Naya mengangkat tanganya.

"Kenapa naya kok kamu angkat tangan kan saya ngga ngasih pertanyaan?". Ucap bu endang guru mata pelajaran sastra.

Naya menurunkan sebelah tangannya, dan menatap guru dengan badan besar yang ada di depan papan tulis itu.

Tubuh nya yang besar hampir menutupi semua bagian papan tulis sampai sampai teman nya yang sedang menulis memiringkan sedikit kepala nya agar bisa melihat catatan sastra itu.

Siapa juga yang mau tanya. -Batin naya.

"Saya mau ijin ke kamar mandi bu endang cantik".

RENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang