AUTHOR
"Hah sungguh menyebalkan. Apa yang mesti aku lakukan sekarang?" Sebal Jace. Bagaimana ia tidak kesal, pria gila pagi tadi tak kunjung menampakkan wajahnya di hadapan Jace. Padahal ini sudah hampir dua jam.
"Ah baiklah aku akan menelponnya saja. Bodoamat dengan harga diri."
Jace pun mengambil ponselnya dan memutuskan mengesampingkan gengsi nya. Sebenarnya bisa saja ia pulang sendiri, tapi entah kenapa hatinya malah memilih untuk tetap menunggu, apa karna paksaan pria itu?
Lemah banget sih lu hati.
Tutt....tuttt...tutt
Panggilan tersambung. Namun saat dijawab, entah mengapa ia mendengar desahan seorang cewek. Ia pun segera memutuskan panggilan. Apa ia salah sambung? Tidak, ini benar nomornya. Nomor yang tadi mengirimkan pesan padanya. Pikiran aneh dan negatif pun muncul di kepala Jace. Apakah pria tersebut mempermainkannya?
"Tidak tidak. Kau tidak boleh berpikir negatif dulu, Jace. Mom tidak pernah mengajarkanmu seperti ini." Ia pun mulai menanamkan pujian yang menumbuhkan pikiran positif.
"Lah kenapa gue malah muji muji tuh orang?"
"Sepertinya kau sedang error Jace."
Gadis itu pun berputar-putar di tempatnya berharap dapat memulihkan pikirannya yang error.
"Jace, apa kau belum pulang juga? Apa kau masih menunggu pacar barumu itu?" Chris mengagetkan Jace sehingga membuat aktivitas cewek itu terhenti.
"Yaampun Chris, sudah kukatakan dia bukan pacarku."
"Ya ya baiklah. Sekarang apa kau tetap ingin disini menunggunya atau kau akan pulang? Kebetulan hari ini jadwal latihan basket dibatalkan, jadi aku bisa mengantarmu pulang, Jace. Bagaimana?"
"Kok bisa dibatalkan?"
"Yah, Mr.Pam sedang berhalangan hadir. Jadi ia tidak bisa melatih kami."
"Kau pasti berbohong kan Chris?"
"Ya baiklah, aku tidak bisa berbohong didepanmu."
"Tentu saja. Bagaimana bisa dibatalkan sedangkan minggu depan kau harus bertanding bukan? Silahkanlah Chris, aku tidak papa disini, kau pergi saja latihan."
"Jace, apa kau serius?"
"Seriuslah bocah. Apa kau tidak melihat wajahku yang sedang serius. Aku tau ini pertandingan terakhir mu mewakili sekolah. Sudahlah, lebih baik sekarang kau kembali saja dan berlatihlah dengan baik. Agar kau bisa menang dalam pertandingan nanti."
"Tap-
"Chris, please. I'm okay."
"Yah baiklah. Hati-hati. Kalau kau butuh bantuan, aku ada di lapang."
"Siap Chris." Ucap Jace. Ia hanya tersenyum saat tiba tiba Chris menepuk dan mengacak rambutnya lembut.
Tumben sekali ia berbuat seperti itu.
Jace pun melihat jam yang melingkar di tangannya. Sudah dua jam lebih lima menit ia menunggu disini. Akhirnya ia pun kembali menelpon pria itu. Meski ragu, ia pikir ini yg terakhir kalinya.
Tutt..
Panggilan ditolak.
Apa apaan pria ini? Argh sekarang aku tidak bisa lagi berpikir positif. Aku yakin ia tak lebih dari pria kebanyakan pada umumnya. Hanya bisa mempermainkan wanita, memaksa, kasar dan tidak punya hati. Sudahlah lebih baik aku pulang saja sendiri daripada aku lumutan disini. Lagipula aku pun tidak membutuhkannya. Memangnya siapa dia? Ucap Jace dalam hati kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe Me!
General Fiction*** Josephine Renatha namanya, biasa dipanggil Jace. Orangnya baik, berani dan tak lupa parasnya yang cantik. Hidupnya normal normal saja awalnya, ia hidup dan merasakan seperti yang orang orang seumurnya rasakan juga. Namun suatu ketika ia bertemu...