"Sepertinya kita akan menikah secepatnya." Putus Sean membuat semua terkejut dan langsung menoleh padanya, termasuk Jace. Gadis itu nampak kebingungan dan menuntut jawaban dari Sean, sedangkan Sean terlihat santai dan tenang, ia malah membalas tatapan Jace dengan satu kedipan mata.
Iyuhh sangat menjijikan dimata Jace.
"Tuh kan, sudah Kate bilang pun apa."
"Silahkan saja jika itu keputusan kalian berdua." Ucap Harry memberi restu.
"Keputusan berdua? Yang ada hanya keputusan anak gila mu saja Om." Batin Jace tentu dalam hati.
"Okay, lulus sekolah Jace, kita akan berpesta." Simpul Sean dengan senang dan seenaknya. Jace ingin sekali membantah, tapi ia tidak tau mengapa dirinya seketika menjadi patung seperti ini.
Memang, canggung itu sangat menyakitkan.
***
"Hei apa yang kau bilang tadi? Apa kau sudah tidak waras? Kau tidak dipaksa menikah secepatnya kan? Lalu apa alasanmu berkata seperti itu?" Ucap Jace setelah mereka ada di mobil.
"Apa salahnya?"
"Kita baru kenal hari ini, Sean. Apa itu tidak terburu buru untuk mengambil keputusan? Lagipula memang aku akan mencintaimu? Aku tidak mau menghabiskan masa depanku bersama pria yg tidak aku cinta."
"Aku tau kau mencintaiku, Jace."
"Kata siapa?"
"Hatimu yang mengatakannya." Ucap Sean asal, tapi Jace memikirkannya.
Memang sih hatiku selalu memikirkannya sejak tadi, bahkan aku tiba tiba kesal dengan kesalahannya yang belum tentu terbukti. Tapi gak mungkin kan aku jatuh cinta, itu sangat mustahil. Tidak ada orang yang bisa jatuh cinta dalam waktu sesingkat ini.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Tidak ada."
"Tidak perlu berbohong, aku tau kau sedang memikirkanku, Jace."
"Gak usah geer."
"Ya ya baiklah."
Mereka pun terdiam kembali dan hanya ada suara lagu yang memecah keheningan mereka. Sampai akhirnya mereka berhenti disuatu tempat yang membuat Jace kebingungan.
"Untuk apa kita berhenti disini? Aku tidak lapar, dan tidak ingin makan."
"Gak usah geer." Ucap Sean persis seperti yang belum lama dikatakan Jace.
"AH SIAL. DASAR SEAN GILA!"
"Apa kau tidak mau turun?"
"Sudah kukatakan aku tidak lapar."
"Ya sudah, aku akan makan. Kau tunggu saja di mobil jika terus mempertahankan gengsimu." Ucap Sean dan pergi begitu saja meninggalkan Jace dimobil.
1 detik, Jace kuat. 2 detik kemudian, Jace masih kuat. Dan 3 detik berikutnya ia sudah tidak kuat. Perutnya sudah menggertaknya dan mau tak mau Jace harus mengikuti kemauan sang perut.
"Yah baiklah, aku ikut. Sean tunggu!" Teriak Jace dan berlari mengejar Sean.
"Lain kali jika kau butuh sesuatu bilang, honey. Aku kan bukan peramal." Bisik Sean lembut dan tangannya meraih pinggang Jace.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe Me!
General Fiction*** Josephine Renatha namanya, biasa dipanggil Jace. Orangnya baik, berani dan tak lupa parasnya yang cantik. Hidupnya normal normal saja awalnya, ia hidup dan merasakan seperti yang orang orang seumurnya rasakan juga. Namun suatu ketika ia bertemu...