PRANG!
"monyong!" Bola menghantam dan terjun bebas mengenai bahu seorang gadis yang sedang asyik sendiri dengan cermin kesayangannya yang bermotifkan frozen. Yang kini hancur berkeping-keping akibat terlempar bola.
"shit! Kaca gue pecah!" matanya hampir menjulur keluar, gadis itu terlihat begitu kesal.
"siapa disini yang udah berani mecahin kaca kesayangan DARA!? Ngaku lo semua." Gadis itu meremas kedua tangannya dengan sangat kencang
Gadis itu menunjuk semua orang yang tengah berada di lapangan bola.
"gue," seru seorang pria berwajahkan setengahnya dari lee minho.
"anjir.. gila, demi kepala spongebob yang kotak dan patrick yang lancip gua berani taruhan, tuh anak pasti jodoh gue." Seketika jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat melihat pria yang bersuara di seberang sana.
"sinting lo! Kaca doang yang pecah pake heboh. Lagian salah lo sendiri kenapa jalan nggak pake liat-liat, ini lapangan tempat main bola! ngapain lo di sini?"
Tunggu! kenapa pria tampan itu sifatnya bertolak belakang menjadi menyebalkan. Tidak seperti wajahnya yang menawan.
"kok jadi lo yang nyolot sih? lo yang salah kali nendang bola ke arah gue. Lo kira lapangan ini punya nenek moyang lo?" gadis itu menaruh salah satu tangannya ke atas pinggang.
"nggak guna! alay!" Pria itu berbalik badan dan meninggalkan gadis yang mengumpatinya.
Mereka semua pergi dari lapangan bola dan menuju kelasnya masing-masing, terkecuali gadis yang diketahui bernama dara.
"awas aja! gue sumpahin lo suka sama gue!" pria itu tidak menghiraukannya dan memilih tetap berjalan menuju kelasnya. "dasar lo.. mirip babon, muka gitu aja dibanggain. Cakepan si omen, lele di rumah gue." Mengibaskan rambut panjangnya yang terurai.
Suara bel masuk terdengar begitu nyaring, nyaris seperti pedagang tahu bulat dadakan.
Tak seperti hari-hari biasanya, cacing di perut gadis itu kali ini ikut berdebat hebat menghabiskan waktu istirahatnya, batagor kesukaan terlewatkan karena insiden tadi.
Pelajaran terakhir pun telah usai, matahari terlihat gagah berdiri seperti tombak. Semua siswa bertebaran memenuhi segala sisi atmosfer sekolah untuk bersiap pulang.
Terlihat gadis yang bernama dara sedang berdiri mematung menungu mobil jemputannya, seketika itu matanya mengerjap ke arah bayi kucing yang sedang berjalan dengan santai di tengah jalan. Mata dara berhasil membulat ketika salah satu mobil yang melaju menuju bayi kucing tersebut. Dengan sigap dara berlari ke tengah jalan.
"ni bocah ngapain siang bolong rebahan di tengah jalan? Bosen idup apa gimana?" Sambil mengelus bayi kucing yang digenggam tangannya.
Terdengar suara klakson mobil seperti meneriaki dara berkali-kali. Namun gadis itu tidak menghiraukan klakson tersebut, dia hanya fokus seakan sedang menenangkan bayi kucing yang digenggamnya.
Pintu mobil terbuka, terlihat seorang pria keluar dari sana.
"gila! Lo bosen hid--" seketika dara berbalik arah kepada pria yang sedang memarahinya.
"buset dah, ketemu pantat babon lagi." Potongnya. Dara masih terlihat fokus mengelus bayi kucing.
"jaga omongan lo! momonga!" Ujar pria itu.
Dara terlihat mengerutkan dahinya, otaknya berpikir keras apa itu momonga.
"otak lo kekurangan zat besi apa gimana sih? Nih anak mau lo lindes, bukannya merasa diri penuh dosa, malah ngatain orang!" dara meninggalkan pria berwajah setengah lee minho itu, dia berjalan ke arah mobil jemputannya dan membawa bayi kucing itu masuk ke dalam mobilnya.
Saat di perjalanan pria itu tak habis pikir mengapa hari ini dia begitu sial bertemu gadis itu lagi. Sungguh hari yang buruk baginya.
"kenapa gue bilang momonga, dia kan hewan imut? Harusnya gue katain dia bekantan. Awas aja kalo sampai ketemu lagi abis lo gue katain. Eh, tapi tunggu ngapain juga gue ngarep bisa ketemu lagi." Sadar byan. "lo engga boleh ketularan gila kaya cewek sinting itu." Ucap biyan dalam hatinya.
Haii.. semua, semoga kalian menyukai ceritanya. maaf masih banyak kesalahan dalam menulis karena kami penulis yang amatir dan ini cerita pertama kami. enjoy...
jangan lupa untuk klik tombol bintangnya dan sarannya. thanks..
KAMU SEDANG MEMBACA
BYAN & DARA
Teen Fictionwalau aku tidak yakin, awalnya. Tetapi aku malah jatuh cinta kepadanya.