Sepanjang perjalanan begitu hening.
dara mulai memberanikan diri untuk bicara.
"lo nggak mau tau nama gue?" tanya dara memecahkan keheningan.
"siapa?" jawab byan dengan dingin.
"nama gue Dara Ailyn, orang-orang sih panggil gue dara. Nama lo siapa?"
"byan."
"byan doang? kok pendek banget sih?"
"Byan Gerald."
"ohh.." mengangguk-angguk.
"rumah lo arah mana?"
"depan sana tinggal belok."
Mereka berhenti di sebuah rumah mewah.
"ra maafin gue ya.." memelas "lo mau kan maafin gue?" lanjutnya
"hmm, gu-e maafin. Tapi ada syaratnya."
"apa?"
"lo maukan jadi temen gue?" tanya dara dengan penuh harapan
"iya, gue mau."
"yaudah, mulai sekarang kita temenan. Sini mana hp lo?"
"buat apaan?"
"udah cepetan sini."
Byan mengambil hp dari sakunya dan memberikannya kepada dara. Terlihat dara sedang mengetik sesuatu di hp byan.
"nih, itu nomor hp gue. Nanti malem lo harus hubungin gue."
"hubungin lo, buat apaan?"
"lo tuh gimana sih! Katanya temenan?!"
"iya deh, iya nanti malem gue telpon lo."
"oke, gue masuk dulu ya by. Makasih tumpangannya."
Kali ini hati dara terlihat begitu berbunga, hampir saja dia lupa memar di wajahnya. Wajahnya tersenyum dengan lebar. Sepertinya bekas tonjokan di pipinya sembuh seketika.
Siang telah berganti menjadi malam, dara terlihat gelisah di atas kasurnya. Berulang kali dara mencoba menutup matanya tapi dia selalu kembali terbangun. Berulang kali dara membuka layar handphonenya tapi tidak ada satupun pesan yang masuk. Berulang kali dara mendengus kesal karena dia merasa telah dibohongi byan.
"ngeselin banget sih! Dasar babon!" kesal dara.
Terlihat sinar mentari mulai terbit, alarm berdering dengan keras. Dara terbangun dari tidurnya, gadis itu langsung tertuju pada layar di handphone nya. Ternyata tidak ada notif dari byan. Wajahnya terlihat muram, hari ini akan menjadi mood terburuknya.
Terlihat dara sudah siap untuk berangkat ke sekolah, kali ini dia memakai hoodie yang terlihat lebih besar dari ukuran tubuhnya.
Kali ini dia pergi lebih awal dari biasanya, sekolah masih terlihat sepi dan sesampai di kelas hanya ada beberapa orang yang sudah datang. dia duduk di bangku paling depan, dia menenggelamkan kepalanya diatas meja yang beralasan buku paket tebal, wajahnya menghadap ke arah pintu keluar. Kali ini dia mengeraskan headset di kupingnya. Matanya menatap kosong ke arah pintu kelasnya yang terbuka. Semua ini salah siapa lagi kalau bukan karena byan yang telah membohongi dara akan menghubunginya.
Wajah manisnya hampir tertutup aura kegelapan yang menyelimutinya, matanya mulai berkaca-kaca. Bukan karena menangis melainkan dia mulai merasakan kantuk karena begadang semalaman. Perlahan matanya mulai tertutup.
"woy.. bangun, sekolah woy! Malah tidur." Teriak lintang di telinga dara.
Dara masih belum terbangun dari tidurnya, lintang mengguncangkan tubuh dara dengan kencang.
"bangun anak mami! masih pagi udah tidur aja."
"apaan sih lin! Gue ngantuk tau."
"lo kalau mau tidur jangan di sekolah dara, mending lo balik aja sana ke rumah. Lagian tumben-tumbenan lo dateng pagi."
"sengaja biar bisa tidur dulu."
"wah wah wah, anak mami sekarang bermutasi jadi anak kebo ya?" Decak lintang sambil menggelengkan kepalanya keheranan.
"udah ah, gue mau cuci muka dulu,"
"awas skincare nya luntur."
"apa sih tomboy! cerewet banget."
Dara pun beralih pergi dari kursinya menuju toilet untuk membasuh wajahnya, agar rasa kantuknya hilang.
Saat melewati koridor sekolah dara berpapasan dengan byan, terlihat dara membuang muka dan berjalan lebih cepat lagi. Dari belakang terlihat byan mengayunkan tangannya dan menarik lengan dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BYAN & DARA
Teen Fictionwalau aku tidak yakin, awalnya. Tetapi aku malah jatuh cinta kepadanya.