Pagi harinya Raya seperti kebakaran jenggot. Ia benar- benar baru bangun dari tidur panjangnya dalam keadaan well bisa dibilang belum siap. Buku belum dibereskan, pr belum dikerjakan dan yang parah ia belum makan dari semalam. Jam dinding sudah menunjukan pukul 6.10 kebayang dong gimana riwehnya Raya sekarang. Hebatnya ia hanya memerlukan waktu 3 menit untuk gosok gigi dan cuci muka. Tanpa berfikir panjang ia langsung bergegas meninggalkan rumah.
"lama banget si lo, tidur apa mati?"
Raya kenal suara itu. Raya yang sedang menutup pintu depan utama langsung menoleh ke belakang. Siapa sangka bahwa sudah adaa anak laki-laki dengan seragam sekolah yang sama berdiri di depan pagar rumahnya.
"lo kok.. di sini?" tanya Raya heran.
"tadi nyokap gue maksa suruh jemput lo." Balas Arga. "buruan udah jam segini." Arga menyalakan mesin motornya.
"gue naik gojek aja Ga." Tolak Raya.
Arga melihatnya tidak senang. "sekali aja nurut sama gue bisa ga sih Ray."
"engga."
"naik."
"gamau." Balas Raya cepat bahkan Arga sendiri tidak yakin ucapannya dibalas. Raya membuka applikasi ojek onlinenya.
Dengan lincah Arga mengambil paksa hp-nya. "naik kalau gamau telat, tadi di lampu merah pertigaan yg belok kiri lagi ada razia polisi dan bikin macet parah." ancam Arga
"lo boongin gue ya?" tanya Raya sambil menatap Arga tidak yakin.
"ya kalau mau telat sih yowes gojek aja. Jalanan jam segini tau kanmacetnya gimana, belum lagi lokasi abang gojeknya jauh, trus lo nungguinnya lama, trus abang gojeknya nyasar pas masuk komplek lo. Trus—"
Tanpa mengindahkan ucapan Panjang lebar Arga, Raya dengan sendiri langsung menaiki jok belakang motornya "gue bareng lo." Potong Raya.
Arga memberikan helmnya ke Raya. "kalau daritadi gini kan kita hemat 5 menit."
Dibalik helmnya yang berwarna gelap, Arga tersenyum tipis.
Raya dan Arga saling bungkam sepanjang perjalanan. Keduanya tidak ada hasrat untuk memulai percakapan. Setelah sepeda motor Arga memasuki gerbang sekolah semua mata melihat mengikuti mereka sampai motor itu terparkir. Raya tahu ini pasti menarik perhatian semua orang bagaimana Raya bisa menaiki sepeda motornya dan berangkat bersama.
Setelah belum reda gossip yang berebar kemarin saat dikantin ketika Arga duduk di meja yang sama dengan Raya kali ini public dibuat terkejut ketika mereka memasuki gerbang sekolah bersama. Raya dengan notabe gadis biasa kelas 2 ini menaiki motor Arga senior kelas 3 yang reputasinya dibilang cukup baik. Saking baiknya perilakunya pun tidak dapat ditulis di dalam buku kebaikan namun jika dilihat dari catatan buku dosa sekolahnya sudah tidak bisa lagi menulis apa-apa karena hampir seluruh halaman untuk namanya sudah full. Namanya sudah sangat dihapal dikalangan guru-guru bahkan penjaga kantin pun sudah tahu bagaimana kelakuan Arga. Arga merupakan pentolan di SMAnya. Sejak kelas sebelas ia sudah terkenal dengan reputasi yang buruk dan ketika naik di kelas duabelas reputasi dan kedudukan yang ia punya semakin menjadi-jadi.
Tawuran kemarin sore itu pun dipimpin oleh Arga jadi bagaimana penghuni sekolah tidak heran ketika Arga membonceng Raya. Bahkan murid murid disekolahnya yang mengenal Raya selain teman sekelasnya dapat dihitung jari.
Raya memasuki ruang kelasnya dengan tampang tebal yang ia punya. Dari pintu masuk kelasnya pun Raya bisa melihat jelas bagaimana Gita melihat dirinya dengan mata penuh Tanya. Namun yang berbeda dari Gita ia tidak terlalu terkejut bagaimana mereka berdua bisa berangkat sekolah bersama.
"hmm udah ada kemajuan nih." Bisik Gita ketika Raya sudah duduk di sebelahnya.
"gaada apa-apa kok tadi Cuma ketemu dijalan pas bgt di belokan McDonals emang lagi rame bgt angkot mogok tadi daripada gue telat yaudah gue nebeng aja. Eh tapi bukan gue yang minta loh ya pure dia yang nawarin dan gue gamau telat karena tugas Bu Desi belum gue kerjain ini." Jelas Raya panjang lebar dengan mata yang tidak mau melihat Gita. Ia takut jika Gita mengetahui kalau ia berbohong.
"hmm iyaa, padahal gue juga gaminta dijelasin kok." Senyum usil Gita mengembang.
Gita melanjutkan prnya yang belum selesai. "kemari ternyata ada tawuran loh Git, untuk kita dikasih tau Ka Arga buta jangan disini sore" celotehnya.
"ha? Iy-iya untung kita udah ga disekolah ya, serem banget hehe." Jawab Raya bohong. Raya sendiri merasa tidak perlu menceritakan kejadian kemarin sore yang menimpanya, ia sendiri mau cepat-cepat melupakannya.
Raya tersenyum masam,
Apapun yang terjadi, gue gamau ngerasain lagi. Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya
Teen FictionPerasaan ini tumbuh tanpa diminta. Perasaan ini mekar tanpa disiram. Tapi harus sampai kapan ia harus membohongi dirinya sendiri? #3 in Highschoollife ( 20 januari 2021)