Senin lagi. Sekolah lagi. Tugas lagi. Dan yg paling Raya benci adalah upacara lagi. Dari awal upacara saja ia sudah mendumal tidak jelas.
Istirahat tiba, inilah yg ditunggu tunggu Raya dari awal menginjakan kaki ke sekolah. Tepat saat guru sosiologinya keluar, ia langsung menarik Gita ke kantin. Tidak peduli apa yg sedang Gita lakukan.
"Elah gue belom rapi nyatet Ra" omel Gita.
"Itukan bisa kapan kapan" jawab Raya santai sambik menuruni anak tangga.
"Yeh dasar makan mulu otak lo" geram Gita.
Tanpa menghiraukan omelan Gita, ia tetap saja menuruni tangga dengan cepat. Masa bodo dengan catetan yang penting cacing cacing di perutnya sudah minta jatah dari pagi.
"Ra, pelan pelan kali ampe jatoh gue ketawain" ucap Gita.
"Ampe kaga----" belum sempat Raya menengok ke belakang untuk membalas ucapan Gita, badannya sudah menabrak keras seseorang di depannya.
.
.
Arga.
Bajunya basah, dikit. Akibat air jeruk Arga yg tumpah ke bajunya.
"Hah dasar ucrit liat liat kek" ucap Arga.
"Sorry ga buru buru. Gue ganti deh" ucap Raya santai.
-----
Disinilah mereka bertiga, Arga sedang memesan makanan untuk mereka. Raya baru menyadari bahwa Gita daritadi diam tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Disenggolnya bahu Gita. "Woi lo napa"
"Itu tadi ka Arga ya?" Ucapnya pelan.
"Bukan itu Farel kelas sebelah."
"Ish serius."
"Menurut loo?"
"Itu yang gue bilang kaka gemash Ra, masa ga sadar." Bisik Gita ke Raya. Karena orang yg sedang diomongin mereka sedang jalan mendekat.
"Ohh. Kaka gemash tuh yang ini" dengan sengaja Raya mengeraskan volume suaranya.
Arga mengerutkan dahi. "Kaka gemash?"
"Ya---"
"Ka Nio" potong Gita.
"Oh naksir Nio? Tar gue salamin deh" ucap Arga sambil tersenyum jahil.
"Nio yg mana coba. Kok gue kudet banget sih" ucap Raya heran.
"Emang, pas kemaren aja lo gak tau gue yang mana" balas Arga sambil menegak es jeruk barunya. Di beliin Raya tadi.
"Kemaren?!" Ucap Gita sambil melotot ke arah Raya meminta penjelasan.
"Arga itu anak temennya nyokap gue trus kemaren kita ketemu"
"O-oh." Gita mengangguk mengerti.
"Lah, somay gue mana?" Heran Raya ketika melihat makanannya datang tapi hanya ada 2 mangkuk somay.
"Pesen sendiri"
"Hhhh." Ucapnya sambil berdiri dan meninggalkan Gita dan Arga.
"Temen lo itu emang kaya gitu ya?" Arga memulai percakapan.
"Ha?" Ucap Gita tidak mengerti. Bagaimana mau mengerti, sedari tadi Gita berusaha mati matian menjaga matanya agar tidak menatap mata Arga langsung.
"Suka gajelas gitu Raya. Oiya kita belum kenalan, gue Arga. Temen sekelasnya Raya?"
"Gita. Udah sekelas sebangku lagi haha."
bego bego bego, maki Gita dalam hati, bodohnya dia tidak menggunakan kesempatan emas ini untuk bertanya tanya tentang Arga.
Raya datang dengan mangkuk di tangannya.
"Eh masa dari tadi kuping gue panas gitu dah. Kalian ngomongin gue ya?" Tanya Raya.
"Emang." Reflek Arga dan Gita bersamaan.
Raya melirik Arga dan Gita dengan tatapan aneh.
"Gue udah rapi makasih ya crit." Arga bangun dari kursinya.
Baru beberapa langkah, ia kembali. "Eh btw ntar kalian pas bel pulang langsung balik ya jangan main di sekolah. Ok?" Ucapnya dengan tatapan serius.
"Kenap---" tanya Raya heran kepada Arga.
"Langsung. Balik." Balas Arga dengan penekanan di setiap katanya. Dan lalu ia benar benar meninggalkan Raya dan Gita. Meninggalkan sejuta tanda tanya yang besar di kepala Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya
TienerfictiePerasaan ini tumbuh tanpa diminta. Perasaan ini mekar tanpa disiram. Tapi harus sampai kapan ia harus membohongi dirinya sendiri? #3 in Highschoollife ( 20 januari 2021)