4. my lord!

3.5K 144 1
                                    

4. Tuanku!

"jauhkan tanganmu!" Billypun langsung berdiri tegap, dengan tatapan tajam sambil meremas tangannya geram.
"Billy?" Panggil Henry
"Iya Raden"
"Tunggu hukuman kamu besok"
"Siap Raden"
"Maafin, mas Billy tuan. Ini salah saya. Tolong jangan hukum mas Billy. Kalau mau hukum mas Billy, hukum saya saja" Adit membela Billy. 
Walaupun Billy sudah membuat Adit terlecehkan, namun ia tetap membela Billy. Entah kenapa sikap Adit ini yang membuat Billy tak suka.
"Kamu diam!" Sergah Henry
"Ba-ba baik tuan!" Adit hanya menunduk malu, serta rasa takut menggerogoti seluruh badannya
"Adit!"
"Iya tuan!"
'mati aku'
"Ikut saya!"
"Baik tuan"
Pergilah mereka berdua meninggalkan Billy yang sedang geram dengan perlakuan Henry dan Adit. Salah Adit? Membela Billy! Kenapa? Billy merasa harga diri Billy sebagai seorang laki-laki diinjak-injak. Kenapa? Billy tidak terbiasa dengan semua belaan. Karena waktu kecil ia dididik sangat keras oleh ayahnya. Ibunya pun tidak membela Billy ketika ia masih kecil. Namun, Billy merasa juga kalau perlakuannya terhadap Adit, membuatnya kehilangan harga diri. Dan ia pikir semua itu 50/50 fifty-fifty..
**************

"Masuk!" Adit menelaah setiap inchi kamar tersebut. Terlalu besar ia rasa. Apa yang Henry mau?
"Tapi, tuan"
"Ini perintah!" Adit seketika diprogram untuk menurut jika mendengar kata "perintah" dari seorang Henry. Yang mungkin akan menjadi kebiasaannya sampai ia berhenti bekerja.
"Ba-baik tuan" Adit melangkah maju ke dalam kamar, disusul oleh Henry dari bekakang
"Mulai hari ini, ini menjadi kamar kamu" Adit sedikit terkejut. Kamarnya? Adit merasa terlalu besar untuk ia seorang.
"Ta-tapi tuan, ini terlalu besar" ucapnya sembari berputar ke arah henry
"Ini perintah" sekali lagi, Adit tidak bisa membantah perintah tuannya
"Ba-baik tuan!"
"Dan sebelum itu"
"Apa tu-? Hmff!-" lagi-lagi Adit terkejut dengan perlakuan Henry, ciumannya berhasil membuat Adit salah tingkah.
Lama Henry mencium Adit, sedikit demi sedikit Adit pun mengikuti permainan bibir henry. Lidah Henry berusaha masuk ke dalam mulut Henry, berupaya agar bisa bermain bebas disana. Adit lengah, lidah Henry berhasil masuk dan menggeliat penuh gairah menjilati lidah, langit-langit mulut Adit. Ketika merasakan sensasi lembut dan nikmat sekaligus, Adit mengikuti permainan lidah Henry yang semakin ganas itu. Adit tersadar akan posisinya dirumah ini! Adit menyudahi permainan lidah mereka.

"Selamat malam" ucap Henry sambil menatap lembut ke manik mata Adit
"Se-selamat malam tuan!!" Adit berulang kali membungkukkan badannya karena rasa aneh menjalar ke seluruh tubuhnya. Mana mungkin ia bisa menikmati cumbuan dari seorang pria!
"Kunci pintu" ujar henry
"Baik tuan!"

"Em, tu-tuan!" Langkah Henry tercekat
"Iya?"
"Hmm, Ma-makasih, tuan" ucap Adit tersenyum dan kembali membungkuk.
"Terimakasih untuk apa? Untuk bantuin kamu atau..... untuk ciuman selamat malam tadi?" Henry menyeringai senang dengan sikap Adit yang malu-malu
"Sudah bantu saya, tuan!" Dengan cepat ia menjawab dan kembali membungkuk, sampai-sampai ia merasa punggungnya sakit
"Hm, sama-sama" Henry melenggang pergi dari pantauannya

Ceklek..!
Dengan malas Adit menghempaskan badannya di atas kasur. Pikirannya kacau balau. Karena Billy, dan Bahkan akibat tuannya sendiri. Ia bingung terhadap semua pekerjaan dan jalan hidup yang ia tempuh. Disisi lain, ia mau hidup senang dengan pekerjaan ini. Disisi lain juga, ia takut dengan pekerjaan ini.

Perlahan Adit memejamkan mata, dan akhirnya ia tertidur pulas
*********

Esoknya...
Singkat cerita. Henry memerintahkan anak buahnya, kecuali Billy. Untuk menemani Adit mengemasi barang-barangnya dari kost tempat tinggalnya kemarin.
Setelah selesai, Adit disuruh untuk membuat makanan untuk Henry dan mengantarnya ke ruang kerja henry.
Setelah selesai mencampur adukkan bahan-bahan dan bumbu masakan, Adit berjalan menuju ruang kerja Henry. Terlihat Henry seorang diri duduk di kursi, sembari menekan-nekan jidatnya karena pusing.
"Makanannya tuan"
"sekitar 1 jam lagi temui saya" pinta Henry
'apa? Di-dia mau apa? Bukannya aku belum menyetujui pekerjaan ini? Henry mau apa?'
"Kamu dengar atau tidak?"
"Ba-baik tuan!" Jawab Adit ngak nyambung

Adit segera pergi dan bersih-bersih sedikit pada bagian dapur karena ulahnya memasak

"Huh... Selesai" hela-nya sambil mengelap keringat
"Kenapa rumah ini bersih ya? Padahal ngak ada pembantu" gumam kecilnya sembari duduk di kursi yang tersedia di dapur.
'tolong restui pekerjaan ini' Adit berdoa, ntah kepada Tuhan atau meminta restu kepada orang tuanya yang sudah tiada. Ayah Adit yang meninggal 10 tahun yang lalu dan ibunya yang menikah kembali saat umurnya yang masih muda. Membawa kesan tersendiri kepada Adit. Adit mudah stress akibat keuangan yang tak pernah mencukupinya. Memang, tanpa orang tua semuanya susah.

"Eh, kamu pelayan baru itu ya?" Sapa seseorang yang lebih tua dri adit di sela lamunan adit
"Eh, mas. Iya, saya Adit" aditpun langsung berdiri dan membungkukan badan
"Owh, gue Aris" ucapnya memperkenalkan diri sembari menjulurkan tangan aditpun mengikuti. Adit hampir terpesonah melihat paras tampan Aris, wajahnya terlihat dewasa dan berkharisma. Kalau saja ia pacar Adit, dengan senang hati Adit menerimanya, pikir Adit.
"Kamu pindah ke sini kan?" Tanya Aris sambil mengambil air mineral kotak di sudut ruangan
"Hmm,, iya mas" jawab Adit sambil membungkukkan badan, lagi.
Aris melihat Adit yang begitu formal merasa sungkan.
"Santai aja dit. Jangan terlalu formal, hehe"
"Eh, hehe,, iya mas, maaf" ucap adit, sambil membungkukkan badannya, lagi!
"Santai aja" ujar mas Aris sambil menepuk kecil pundak Adit dan hanya dibalas Adit dengan senyuman
"Owh, iya dit. Emang bener kamu hampir digituin sama Billy?" Tanya Aris. Adit yang tidak paham dengan kata "digituin" seketika mengerti ketika mendengar nama Billy. Adit hanya bisa menunduk tanpa ekspresi
"Eh, maaf dit.. gue kepo, hehe.. kaget aja gitu, kok bisa-bisanya Billy nafsu Ama laki. Bukannya Billy normal?"
Deg..

Entah kenapa hati Adit hancur ketika dikatai Seperi itu. Walaupun bukan untuknya, tapi Billy. Adit berpikir lagi, bukannya Adit normal?

"Eh, sorry dit" dikiranya Adit teringat dengan kejadian na-as itu. Tetapi bukan.
"Hmm, ngak pa-pa kok mas"
"Oke kalau gitu, gue pergi dulu ya. Jaga di depan" ujarnya sambil meneguk airnya
"I-iya mas"
"Bye"
"Bye"

"Pacar baru?" Tanya Henry terlihat melipat tangannya. Adit hampir saja melompat dari tempatnya, jika ia tidak harus menahan tata Kramanya
"Eh, tu-tuan"
"Ada apa dengan Aris?" Tanya Henry yang kini mulai maju ke arah adit
"Ng Ng-Ngak tuan, kita cu-cuman ngobrol bentar" jawab Adit gemetar. Adit takut jika terjadi apa-apa kepada Aris yang ia anggap teman baiknya
"Ini sudah 1 jam" Adit tertegun. Apa yang tuannya mau?
"Ikut saya"
"Baik tuan"
***************

Cittt...
"A-apa ini tuan?" Tanya Adit sembari masuk ke dalam ruangan yang remang itu. Cahaya merah di campur putih hangat itu, terlihat sangat redup.
"Ini ruang yang bakal jadi tempat kerja kamu" ujar Henry. Adit kini berjalan mendekati rak penyimpanan yang penuh dengan alat kontrasepsi yang ia sendiri tak tau kegunaannya
"A-ada rantai? Tali? Ca-cambuk? Bu-buat apa tu-tuan?" Tanya Adit sambil menyentuh alat itu.
"Untuk hukum kamu" ucap Adit dengan santai. Kini, Adit berkeringat dingin sambil gemetar luar biasa. Selama Adit hidup,  ia tidak pernah dapat hukuman, bahkan saat ia masih bersekolah. Ia termasuk murid yang rajin dan telaten.
"Kesini" ajak Henry lagi kesebuah ruangan yang ada kasur dan meja
"Eh,, tu-tuanku mau apa"
"Adit..."

LoL?🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang