I'm afraid I can't explain myself
because I'm not who I really am.𖦹𖦹𖦹
"Siapa kamu?" tanya pria tua yang ditemui Lucy di pertengahan labirin mimpinya.
"Saya tidak yakin," jawab Lucy, tidak memberikan jawaban yang tepat.
Pria tua tersebut menghentakkan kakinya ke tanah beberapa kali sembari mengulangi pertanyaannya, "Aku tanya, siapa kamu?"
Namun, Lucy—lagi-lagi—tidak memberikan jawaban yang pasti. "Saya khawatir saya tidak dapat menjelaskan tentang diri saya sendiri, karena saya bukanlah diri saya yang sebenarnya, Tuan."
Toh, yang berbicara saat itu hanya kesadarannya saja, bukan dirinya yang asli dengan tubuh yang sebenarnya.
"Tapi jika pertanyaan anda adalah siapa nama saya, maka jawabannya adalah Lucy, Tuan. Hanya Lucy," sambungnya.
Pria tua itu mengangkat alisnya sebelah. "Apa kamu tersesat?" tanyanya sekali lagi.
"Tersesat?" Lucy melirik ke sebelah kiri sedetik sebelum kembali menatap pria tua tersebut. "Saya bahkan tidak tahu kemana mimpi ini akan membawa kami, atau apakah ini memiliki ujung?"
"Maka tidak menjadi masalah kemana kamu pergi, karena kamu tidak tahu kemana kamu akan pergi," ujar pria tua tersebut.
"Lucy..." Terdengar bisikan perempuan misterius yang ditemuinya di penglihatan sekilasnya sesaat bergeming di lift sebelumnya. Sontak ia mengalihkan kepalanya—mencari sumber suara—namun tak menemukan siapapun di sana, selain dirinya dan–
Oh, tidak. Pria tua itu juga menghilang seketika, tanpa aba-aba, seperti hantu. Kini, hanya tersisa Lucy seorang diri, bersama dengan bisikan perempuan misterius tersebut.
"Lucy... carilah bunga bulan..." bisik perempuan misterius itu lagi.
"Kamu siapa? Kamu ada di mana?" tanya Lucy sembari mengamati sekeliling.
"Carilah bunga bulan..." Bukannya menjawab pertanyaan dari Lucy, perempuan misterius tersebut malah mengulangi frasanya.
"Ada di mana itu?"
Anehnya, Lucy merasa seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri karena tidak dapat menemukan sosok perempuan misterius yang berbisik padanya itu, meski bisikan tersebut seakan berdengung di kepala serta telinganya.
"Wonder wheel..."
Lucy mengangkat kepalanya dan menatap bianglala besar di hadapannya. "Maksudmu bianglala besar dan rapuh ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 𝐂𝐚𝐭𝐜𝐡𝐞𝐫 𝐆𝐢𝐫𝐥 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐁𝐚𝐜𝐤𝐫𝐨𝐨𝐦𝐬
Science Fiction【 Horror, Mystery, Adventure, Psychological 】 Hanya aku yang terbangun pagi itu. Belakangan ini banyak sekali kasus anak-anak yang tidak dapat terbangun dari tidur mereka. Meskipun mereka masih hidup, para dokter menyebut peristiwa tersebut se...