Follow Ig Author : @aniaprl_06
Jangan lupa vote and comment ya!o0o
Kuliah hari ini telah selesai. Lelah juga rasanya seharian memikirkan mata pelajaran kuliah.
"Syifa ayo aku anterin pulang," ajak Fatimah.
Fatimah Haliza. Sahabat Syifa. Dia baik, sangat baik. Syifa sempat berfikir bahwa orang orang disini akan bersikap sombong dan memilih milih dalam berteman. Ternyata Syifa salah, buktinya Fatimah mau berteman baik dengannya selama setahun ini. Walaupun keluarga Fatimah merupakan keluarga terpandang, itu semua tidak menjadikan Fatimah sombong. Dan Syifa bersyukur akan hal itu.
"Ah nggak usah, aku pulang naik angkutan umum aja," tolak Syifa halus.
"Jam segini angkutan umum jarang lewat sini Syifa."
Syifa menggeleng lembut. "Pasti ada kok kamu tenang aja."
"Aku disuruh Bunda pulang cepet, nggak papa aku tinggal?" tanya Fatimah meyakinkan.
"Nggak papa kok," ucap Syifa seraya tersenyum ramah.
"Yasudah aku duluan ya, Assalamualaikum Syifa," ucap Fatimah dan langsung pergi.
Syifa berjalan menuju halte, tempat menunggu angkutan umum. Lama sekali Syifa menunggu, tidak ada satu pun angkutan umum yang lewat. Benar kata Fatimah, jam segini angkutan umum jarang lewat.
Akhirnya Syifa memutuskan untuk berjalan, karena hari sudah mulai gelap.
Lama berjalan menyusuri jalanan, pandangan Syifa terpaku pada seorang anak kecil yang duduk sendirian di taman sekolah dasar. Akhirnya Syifa pun menghampiri nya.
Ternyata anak kecil itu sedang menangis. Entah apa yang membuat nya menangis tersedu sedu seperti itu.
"Hai, kenapa menangis?" tanya Syifa sambil duduk di samping anak kecil itu.
Syifa tau, anak kecil ini sedang ketakutan.
"Jangan takut, kenalin kakak Syifa. Kamu siapa heum?" tanya Syifa.
Dia tidak menjawab, dia hanya menangis.
"Hei sayang, sudah jangan menangis."
"Lindu takut," jawabnya sambil sesengukan.
"Jadi namanya Rindu. Lucu sekali anak ini, susah mengucapkan huruf R," batin Syifa.
Ya. Anak kecil itu Rindu. Anak dari Althaf Adrian Pratama dan Nadira Nadhifa.
"Ini sudah hampir malam, kenapa belum pulang?" Tanya Syifa lembut.
"Nungguin Ayah," jawab Rindu seadanya.
"Emang Ayah kamu kemana?" tanya Syifa lagi.
"Katanya Ayah mau jemput Lindu, tapi sampai sekarang nggak ada," jawab Rindu sendu.
"Bunda kamu?" tanya Syifa.
"Kata Ayah, Bunda sudah bahagia di Surga," lirih Rindu.
"Jadi bunda nya sudah meninggal," batin Syifa.
"Eum maaf ya sayang, kakak nggak tau," ucap Syifa merasa tidak enak.
"Mending sekarang Rindu pulang, kak Syifa anterin ya."
Rindu menggeleng.
"Kenapa?"
"Entar Ayah kesini Lindu nggak ada, Ayah pasti khawatir," jawab Rindu. Syifa hanya mengangguk.
"Kak Syifa," panggil Rindu.
"Iya sayang?"
"Boleh Lindu panggil kak Syifa Bunda?" ucapnya memohon.
"E-eh." Syifa terkejut bukan main. Mereka baru saja saling mengenal, dan ini tidak mungkin. Syifa masih kuliah, dan anak kecil ini mau menyebutnya dengan sebutan Bunda? Yang benar saja.
"Lindu pengen punya Bunda." Suaranya terdengar sangat lirih. "Boleh ya?" lanjut Rindu.
"Bo-boleh sayang," jawab Syifa gugup.
"Yeay Bunda," teriak Rindu girang. Syifa hanya tersenyum. Ada rasa hangat ketika Rindu memanggil nya Bunda.
"Boleh Rindu peluk Bunda?" tanya Rindu yang dijawab anggukan oleh Syifa.
Rindu pun langsung menghambur ke pelukan Syifa, tangisnya sudah reda diganti dengan senyuman bahagia.
"Lindu punya bunda sekarang, sama kayak temen temen Lindu," ucapnya di pelukan Syifa.
Lagi lagi Syifa tersenyum hangat.
"Rindu," panggil seorang lelaki dengan lesu.
Merasa namanya dipanggil, Rindu pun melepaskan pelukannya dari Syifa. Dilihatnya wajah sang Ayah dengan tatapan kecewa.
"Rindu maafin Ayah, Ayah sibuk meeting dan nggak sem-"
"Ayah emang selalu sibuk," potong Rindu lirih.
"Sayang, dengarkan Ayah. Ayah kerja untuk Rindu," ucap Althaf mencoba memberi pengertian kepada Rindu.
Ya. Lelaki tadi adalah Althaf Adrian Pratama, Ayah Rindu.
Rindu hanya menunduk dengan air mata yang sudah membasahi pipi gembul nya.
"Untung disini ada Bunda," cicit Rindu.
"Bunda?" tanya Althaf heran dan langsung memberi tatapan tajam kepada Syifa yang sedari tadi memperhatikan Rindu dan Althaf. Syifa hanya menunduk takut.
Althaf paling tidak suka jika anaknya dekat dengan orang yang tidak dikenalnya, dan apa tadi? Bunda? Yang benar saja. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Nadira.
"Ini Bunda Ayah, Rindu ketemu Bunda," ucapnya girang.
"Rindu, Bunda kamu sudah bahagia di Surga," ujar Althaf dengan suara tinggi.
Rindu langsung memeluk Syifa.
"Tuan, jangan berbicara dengan anak kecil dengan suara tinggi. Dia bisa takut," ucap Syifa memperingati.
"Tau apa kamu tentang saya dan anak saya?" tanya nya tajam.
"Rindu ayo kita pulang," ucap Althaf tegas dan tidak terbantahkan. Rindu hanya menurut.
"Bunda, Rindu pulang dulu ya. Ayah marah, maafin Ayah ya Bunda," ucap Rindu.
"Iya sayang, tidak apa apa," jawab Syifa lembut.
"Bunda, semoga Allah mempeltemukan kita lagi," ucap Rindu penuh harap.
"Assalamualaikum bunda," ucap nya lalu mencium sang bunda.
"Waalaikumussalam," jawab Syifa.
Rindu. Anak kecil itu membuat Syifa bahagia dengan sebutan Bunda kepadanya. Ada rasa hangat ketika Rindu memeluk dirinya, dan entah perasaan apa lagi yang sekarang Syifa rasakan. Intinya Syifa begitu bahagia bertemu dengan Rindu. Anak itu benar benar lucu.
Assalamualaikum
Kalo ada typo mohon comment ya!
Jangan lupa vote!
Saranghaeeee ❤️
Happy reading ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ujung Penantian [END]
General Fiction•Sequel dari Imamku Surgaku• •[SELESAI]✓ Berawal dari pertemuan nya dengan anak kecil yang tiba-tiba memanggilnya Bunda. "Boleh Lindu panggil Kak Syifa Bunda?" ucapnya memohon. "E ... eh." Syifa terkejut bukan main atas ucapan anak perempuan dihadap...